ulasan. resensi. kesan.

ulasan. resensi. kesan. ini bukuku, apa bukumu?

Selasa, 13 Agustus 2013

Selama Kita Tersesat di Luar Angkasa: Kumpulan Cerita Absurd

Selama Kita Tersesat di Luar Angkasa: Kumpulan Cerita AbsurdSelama Kita Tersesat di Luar Angkasa: Kumpulan Cerita Absurd by Maggie Tiojakin

My rating: 4 of 5 stars


Ketika terpintas kata absurd, what's on your mind? Sering dikategorikan sebagai aneh, menjadi absurd itu menyenangkan. Kenapa? Ya, kita kan nggak perlu mikir apa-apa, just let it flow. Setiap pembicaraan yang bertopik awal apa, bisa lari ke mana dan menyisakan sesuatu yang nggak perlu dikenang. Tapi entah ada saja yang teringat.

Pikirkan latar. Baca paragraf-paragraf awalnya. Kau akan terlingkupi sehingga terfokus pada ceritanya. Itu yang membuat ceritanya kuat, tidak seperti cerpen-cerpen soliter yang bisa terjadi di mana saja. Lalu menjadikannya khas, sehingga cerita yang tertuliskan sesudahnya menjadi istimewa, hanya cocok untuk latar itu.

Ambil acak. Mulai dari cerita yang disuka. Lalu melompat-lompatlah. Kamu tak akan benar-benar tersesat. Seperti Maggie menulis di catatannya. Yang tersisa adalah pertanyaan. Hidup bisa terus berjalan walau penuh tanya kan?

Terletak di ujung dunia, di mana hujan turun tanpa henti dan matahari terus bersembunyi di balik awan gelap, kota ini menelan, mengunyah, dan melepehkan segala macam warna hingga kusam tanpa nyawa. Merah, kuning, biru, hijau, jingga, ungu, semua tampak sama saja jika dibalut sendu. Hanya ada satu warna yang konstan di sini; yaitu abu-abu. Bahkan air laut yang mengelilingi tepian kota tampak keabuan. Begitu pula dengan langit yang memayungi serta tanah yang menjadi pijakan kami.


Seketika duniamu berpindah dari langit biru ke kota kelabu ini. Tersesat di dalamnya sampai tuntas, dan bertanya, kenapa ia tetap berdiam di situ?

Lalu beralihlah ke halaman 154, di sebuah ruang keluarga yang tenang. Hal unik tidak selalu di kehidupan yang unik. Hal ini bisa saja berawal dari kehidupan sehari-hari, yang selalu berulang setiap hari, di waktu yang sama.

Salina buru-buru menghabiskan sajian makan malam yang tersedia di atas meja sambil terus melirik ke arah jam dinding. Pipinya menggembung, penuh makanan. Ia mengunyah sekuat tenaga. Ibu memperhatikan gerak-gerik putri bungsunya dengan mata mendelik. "Makan yang benar," ujar wanita paruh baya tersebut. "Nanti tersedak. Nggak bisa napas."


Ambil buku ini beserta setumpuk kartu remi. Raih satu kartu acak secara tertutup. Cocokkan dengan urutan cerpen ini. Mulailah membaca.

Atau senandungkan lagu bintang kecil sambil jarimu menari di atas daftar isi. Ketika lagu berakhir, perhatikan di mana telunjukmu mendarat. Mulailah membaca.

Atau kau punya cara lain untuk mulai? Probabilitas itu matematis. Jangan selalu menyalahkan ketersesatan. Bahkan Alice pun memilih menyusuri Wonderland, alih-alih menyesali ketersesatannya. Di langit, banyak yang bisa dilihat. Bulan sabit semalam, atau hujan meteor di langit jernih hitam.

Cobalah, karena tak perlu cara normal untuk membaca cerita absurd.



View all my reviews

Tidak ada komentar: