ulasan. resensi. kesan.

ulasan. resensi. kesan. ini bukuku, apa bukumu?

Rabu, 24 Juli 2013

Surat Panjang Tentang Jarak Kita yang Jutaan Tahun Cahaya

Surat Panjang Tentang Jarak Kita yang Jutaan Tahun CahayaSurat Panjang Tentang Jarak Kita yang Jutaan Tahun Cahaya by Dewi Kharisma Michellia

My rating: 5 of 5 stars





Menutup buku ini, aku merasa sebagai seorang alien karena bisa menikmati ceritanya yang datar. Sambil melamun di tepi jendela, bercerita tentang kehidupannya yang naik turun, hilang, terbang, larut dalam pikiran.

Dear Mi,
Kau buka ceritamu dengan patah hati. Sesuatu yang mestinya terdengar sedih dan mengenaskan sebagai alasan kenapa surat-surat ini ada. Tapi kau tidak larut dalam kesedihan. Kau berusaha untuk membuatnya tidak tahu bahwa kau sedih ketika hatimu yang retak akhirnya hancur berkeping. Kau beranikan diri datang ke pernikahan itu dengan wajah palsu. Perasaan yang datar. Yang dituliskannya dalam cerita.

Dear Mi,
Aku melihat kau tidak membiarkan dirimu terombang-ambing. Mencari cercah keseharian yang menyita kesibukan. Mengisi hari untuk melupakan. Menikmati rutinitas, kejaran waktu, lalu larut dalam lelah untuk kembali memulai hari. Tapi bukan ini yang kau cari. Ini pelarian, karena sesungguhnya kau masih memikirkan dirinya.
Banyak hal konyol kulakukan bersamanya, terlepas dari tubuh kami yang sama-sama menua. Pada pertemuan kelima dan keenam, kami berpura-pura tak saling mengenal. Di mal dan galeri lukisan, kami berpencar membelah kerumunan, berintraksi dengan orang-orang yang tak kami kenal. Sejam kemudian, aku sudah menggandeng seorang pria, dan kau menggandeng seorang perempuan. Sebelum kembali bertemu, kami memastikan identitas orang-orang itu : apakah mereka lajang, usia mereka berapa, apa ada pekerjaan tetap dan lainnya. Setuntasnya, kami menuju tempat yang sudah kami janjikan. Disana, kami memperkenalkan pria dan perempuan yang tak kami kenal itu kepada satu sama lain dan menjodohkan mereka.
h.124

Dear Mi,
Kau mencintai lagi dalam hujan. Kau membuatku tersenyum membaca suratmu. Akhirnya kau temukan bahagiamu, semoga tuk selamanya. Lagu, puisi, tari, tulisan yang tak bisa banyak dibagi dulu, kini menemukan duetnya. Kau membuat hatimu berbicara, melayang, dan bercengkrama. Kau bahagia.

Dear Mi,
Ketika datang laramu, dan kau hanya bisa membawa ceritamu ke dunia absurd, dunia khayalan yang tak sengaja tercipta, imaji kegelapan yang kau tenggelami. Aku sedih. Aku ingin menolong tapi kau menjauh, kau membangun pagar di sekelilingmu agar cuma kau yang merasakan sakitmu.
Mungkin saat ini sebenarnya aku tidak sedang mencari-cari Tuhan -- atau mencari-carimu yang ada pada jarak jutaan tahun cahaya. Mungkin tidak mempertanyakan kepercayaanku. Aku hanya mempertanyakan separuh bagian dari diriku. Bahkan aku tak pernah mampu menemukan jalan untuk bernegosiasi dengan diriku yang angkuh itu. Tak pernah ada konsesi. Tak pernah ada kesepakatan.
h.216


Dear Mi,
Biarkan aku menolongmu. Kuajak terbang melihat bintang, ke mana tak ada lagi yang kehilanganmu dan merasa kau tinggalkan. Kuajak kau melalui asteroid untuk belajar melalui kerikil yang menghadang melayang. Kugandeng kau menyusuri nebula kabut susu untuk sebelum berpindah galaksi.

Suratku tidak panjang, namun aku ingin kuperpendek jarak sejuta tahun cahaya antara kita.

salam,
Alien.
kuharap malam ini, kita melihat purnama yang sama.

Judul: Surat Panjang Tentang Jarak Kita yang Jutaan Tahun Cahaya
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: 2013
ISBN13: 9789792296402
Harga: Rp 45.000



View all my reviews

Selasa, 23 Juli 2013

Kapitan Pedang Panjang

Kapitan Pedang PanjangKapitan Pedang Panjang by Fira Basuki

My rating: 4 of 5 stars


Namaku Lelananging Djagad, artinya lelaki yang amat lelaki atau sebutan lain untuk Arjuna. Aku lari dari keluargaku yang ningrat untuk mencari pengalaman hidup. Aku tidak mau disekolahkan ke negeri Belanda, negeri penjajah yang merampas harta negeriku. Aku menceburkan diri ke lautan, dengan nahkoda Kapten Darmo, dan kapalnya Sembrani, si pemilik Pedang Panjang. Kapten Darmo berkata bahwa Sembrani si kuda terbang akan menuntun jalannya di lautan. Jika sedang dalam keputusasaan, Sembrani akan muncul, dan menolongmu.

Aku bertempur melawan Belanda di lautan, sesaat sebelum kemerdekaan tanah air yang kucintai ini. Lepas dari tawanan tentara Belanda aku ditahan oleh Jepang, kaum kuning kecil yang datang dari timur dan ingin menguasai tanahku juga lautku. Semua demi kekuasaan. Diselamatkan Sekutu, aku merapat. Kembali ke Surabaya, menjejak tanah kembali. Dan bertemu dengan Kemuning, nenekmu, Laras.

Ombak bergulung-gulung. Gelap gulita, petir menyambar-nyambar. Padahal baru saja kami berjalan, kenapa sudah diterjang ombak seperti ini. Kapal Sembrani, demikian kuberi nama seperti Kapal Jung Jawa yang dulu dimiliki Kapten Darmo, bergoyang ke kiri kanan terempas ombak.
“Gulung layaaaar!” teriakku.
Satu per satu layar digulung dengan susah payah karena angin seperti menentangnya. Sebagai nahkoda pun aku tidak akan berfungsi banyak karena kemudi bergerak sendiri ke kiri dan ke kanan. Keadaan jadi gelap gulita, semua cahaya di kapal mati. Kami mati-matian mengeluarkan air dari kapal.
Ya, Gusti! Jangan biarkan kapal ini terbalik!
(h.86)



Namaku Laras Maharani Djagad. Aku orang tua tunggal yang sedang membaca buku harian kakekku. Hidupku tidak bisa dibilang normal. Aku mengejar cinta seorang Rain, yang kukenal dan berpisah, dan berusaha merebut cintanya. Aku tahu Rain ada, dan bersamaku, tapi apakah hatinya untukku? Sementara aku terus membangun karirku, bepergian ke luar negeri, untuk memantapkan hatiku apakah aku memilihmu, Rain. Tapi apakah kau memikirkanku di kala aku memikirkanmu? Apakah kau bisa menerimaku dan Rose, yang juga merindukan seorang ayah?

Ada garis hidup yang harus dijalani. Ada kebetulan yang mungkin terjadi. Ada kaitan yang di luar nalar kita. Ada petunjuk yang datang dari mimpi. Masa lalu dan masa kini, tak berbeda, hanya dipisahkan oleh hitungan waktu. Ada doa yang harus dipanjatkan. Pedang warisan ini harus berjalan ke mana ia harus berada. Ini adalah jalan pedang mencari tuannya.

Ketika saatnya lepas, maka harus ikhlas. Karena takdir sudah menyuratkan demikian.

Aku membaca buku dengan plot baju mundur yang menarik. Mengenang petualangan Djagat, meriuh dengan pelarian Laras. Mengikuti ombak dan Sembrani Djagat, dan gemuruh hati Laras. Mereka sama-sama kuat dalam dunianya masing-masing. Dalam perjuangan, atau dalam pesta. Masalah itu bisa dibuat, bisa juga tak terprediksi. Namun bahagia itu diciptakan.



View all my reviews

Siluet dalam Sketsa

Siluet dalam SketsaSiluet dalam Sketsa by Gerakan Indonesia Membaca Sastra (GIMS)

My rating: 3 of 5 stars


Ada kekhawatiran ketika membaca sebuah antologi cerpen. Kekhawatiran bahwa tidak semua ceritanya bagus dan aku suka. Apalagi ini. Ada 12 penulis yang bergabung dan menyuarakan isi hatinya dalam cerita.

Semuanya tentang laki-laki, makhluk yang menurut perempuan meresahkan dan terkadang bikin masalah. Yang menyenangkan bila mencinta dengan ucapan puji semanis madu. Cerita dari berbagai sudut. Awal-awal cerita terasa beberapa cerpen terlalu lambat atau terlalu cepat.

Beruntunglah, cerita Arnelis berjudul Penghulu bisa memikat hatiku. Kisah seorang penghulu menghadapi lelaki amat muda yang jatuh cinta pada anaknya. Aku juga suka Lelaki dari Utara tulisan Indah Ariani.

Namun lama-lama kami jadi mahir melakukan apa yang sebelumnya sulit kami pahami. Aku mulai bisa membaca arah mata angin, dan dia mulai membaca bibir dan hati dengan baik. Tapi hanya arah mata angin, bibir, dan hati kami berdua. Itu saja akhirnya.

Aku juga suka Kembang Kitiran dari Nina Samidi. Dalam perumpamaan penari, perempuan akan mengabarkan dunia kalau ia jatuh cinta, sementara lelaki akan menyimpan baik-baik perasaannya. Kalau perlu merahasiakannya. Dang! Seperti benar adanya begitu.

Makin halaman belakang cerpen-cerpennya juga bagus, tidak terpatok pada ending cerpen yang selalu kejutan walaupun tetap ada satu dua yang seperti itu. Aliran katanya renyah dengan bahasa kenes, juga ada dengan renungan tokoh yang tidak paham dirinya.

Sketsa itu kini tergantung di dinding ruang kerjaku. Dengan memori yang masih kuat terpatri di benak, kubuat gambar dirinya di dalamnya.





View all my reviews