Piramid by Ismail Kadare
My rating: 3 of 5 stars
#2011-49
“Jangan hiraukan ocehan tolol dan menyesatkan! Piramid bakal membuat kita lebih kuat dan makin bahagia! Piramid akan membantu surga dan bumi mencapai kesepahaman yang lebih baik!”
Buku ini penuh humor?
Entah selera humor saya sedang rendah atau begitu sedih melihat penderitaan rakyat Mesir ketika membangun piramid ini. Piramid yang dibangun selama bertahun-tahun, hanya sebagai perlambang kuasa, ternyata tidak bisa dinikmati oleh si pembangun, pencetus, bahkan si Firaun sendiri yang tadinya tidak ingin punya piramid, menjadi takut ketika piramid itu sendiri sudah jadi.
Pembangunan piramid ini memperlihatkan betapa berkuasanya orang-orang di sekitar penguasa, orang-orang yang merasa bisa meyakinkan si penguasa sendiri. Memperlihatkan si penguasa yang bodoh, yang demi ia ‘mendengarkan-apa-kata-orang-banyak’ tetapi malah mengorbankan ribuan rakyatnya sendiri.
Piramid, yang puncaknya mengangkasa, dianggap sebagai pembelah langit. Keempat sudutnya, yang menunjukkan empat mata angin, sebagai kestabilan dunia. Di situlah si mummi berdiam, dalam kuburan batu yang dibangun oleh ribuan nyawa, dibalsem agar awet hingga akhir jaman, memamerkan kedigdayaannya. Sebenarnya, bukan si Firaunlah yang berkuasa, namun piramid itu sendiri. Piramid yang ketika jadi akan memanggil jiwa Firaun ke dalamnya. Piramid yang ditakuti bahkan oleh pembuatnya.
Ada intrik, persekongkolan, tuduh menuduh, yang tidak pernah terselamatkan oleh namanya kematian. Yang menuduh pun bisa kena pancung, yang menuding bisa kena tikam, semua berebut kepentingan untuk keselamatannya sendiri.
Dalam satu hal proses ‘pemaksaan’ pembangunan piramid ini mengingatkan pada pembangunan calon-gedung-anggota-dewan kita yang katanya representatif. Ada orang-orang yang merasa berkepentingan. Ketika pembangunan Piramid, orang-orang berkepentingan ingin dapat kedudukan yang bagus di sisi para dewa, karena mereka amat mungkin mati sesudah membuatnya. Sedangkan di calon-gedung-anggota-dewan kita, supaya dapat proyek, keuntungan besar di tangan mereka, dan kemungkinan jabatan di sisi presiden kelak. Dan Piramid dibangun untuk kematian, sedangkan calon-gedung-anggota-dewan untuk kerakusan.
Jadi, siapa yang bisa menikmati Piramid? Bukan bangsa Mesir yang tersiksa oleh pembangunannya. Bukan si Arsitek yang tahu bahwa ia akan mati untuk mengubur rahasianya. Bukan juga Firaun yang telah menghukum orang-orang atas dakwaan memperlambat kerja pembangunan. Kemudian ia menghukum orang-orang lain karena alasan sebaliknya, mempercepat laju pekerjaan. Lalu sekali lagi untuk alasan yang pertama. Dan sesudahnya tanpa alasan sama sekali. Dan ia akhirnya merasa bahwa piramid menginginkan dirinya untuk mati, untuk bersatu dengannya.
Piramid adalah monumen kebanggaan, kekuatan, sekaligus monumen ketakutan yang luar biasa.
View all my reviews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar