Arsitektur Yang Lain: Sebuah Kritik Arsitektur by Avianti Armand
My rating: 5 of 5 stars
Arsitektur itu bicara ruang, bukan sekadar bangunan. Ruang yang berfungsi sebagai tempat berkegiatan manusia dan ruang yang (sayangnya) hanya untuk dipamerkan. Pertama ia menyinggung soal rumah, yang tak lagi sebagai ruang bertinggal, namun hanya sebagai tempat singgah di malam hari. Membuatku bertanya-tanya, jadi mana yang bisa kita sebut sebagai tempat bertinggal itu apabila lebih dari 50% hari dihabiskan untuk tidak berada di situ? Penduduk manakah aku bila 15 jam hidupku berada di Jakarta, dan sisanya berada di Depok, itu pun dalam keadaan tidak sadar alias tidur. Tidak ada kontribusi apa pun untuk ruang bertinggalku selain sebagai tempat domisili belaka sebagai syarat administratif seorang warga negara. Mungkin pada akhirnya yang kita tempati adalah ruang waktu, dan alamat pasti di mana kita adalah alamat e-mail.
Arsitektur bercerita tentang ruang-ruang pribadi, cerita tentang dapur, di mana ia mendapat klien seseorang yang ingin membuat dapur yang lega mewah dan nyaman, sementara si empunya tidak suka memasak. Sungguh kontradiktif, dan jamak terjadi di kalangan orang-orang berpunya di jaman sekarang ini. Ingin ruang fitness tak pernah berolah raga. Ingin kolam renang namun tak juga dicemplungi. Semua hanya demi hasrat berpamer belaka demi gengsi.
Kumpulan tulisan ini sangat menarik untuk direnungi sebagai eksplorasi ruang arsitektur. Dari proses berpikir sampai penganalisaan suatu karya. Arsitektur itu hidup sebagai penanda masa di mana manusia pernah berkarya.
View all my reviews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar