ulasan. resensi. kesan.

ulasan. resensi. kesan. ini bukuku, apa bukumu?

Jumat, 28 Juni 2013

Emilie Jawa 1904

Emilie Jawa 1904Emilie Jawa 1904 by Catherine Van Moppes

My rating: 4 of 5 stars


Eropa-batavia 1904.

Seorang perempuan dengan suaminya bertugas di Batavia tahun 1904. Jaman ketika Belanda menerapkan politik etis di Indonesia, yang dijajahnya selama bertahun-tahun. Emilie berangkat naik kapal laut dan melalui perbagai pelabuhan-pelabuhan di Asia Tengah dan Timur. Perjumpaan-perjumpaannya dengan orang-orang Eropa yang sama-sama bertugas ke Timur Jauh tidak mengendurkan semangatnya untuk mempelajari eksotisme Timur walaupun orang-orang itu sudah memperingatinya akan hal-hal buruk yang mungkin terjadi di Hindia Belanda.

Cerita ini bagaikan sebuah catatan harian, yang ditulis dengan begitu rincinya mulai dari keberang 6 2 atan kapalnya, pelabuhan-yang disinggahi, hotel-hotel yang ditinggali, restoran-restoran di sudut Colombo, sampai rumah candu di Singapura yang membuat Emilie tersesat karena ada huru hara di antaranya. Emilie tidak melihat adanya perbedaan dari Eropa hingga Asia karena semua hal yang ia terima selalu dengan gaya Eropa. Padahal ia ingin sekali mempelajari hal lokal yang ada di tempat-tempat yang ia singgahi.

Emilie menceritakan hari-harinya tinggal di Batavia, intrik politik yang terjadi antar penguasa, pembagian kelas antara orang Eropa dan pribumi lokal yang menurutnya aneh. Di sini didapat gambaran tentang kota ini di masa lampau, termasuk daerah Pecinan Glodok yang sudah terkenal sejak masa itu. Gaya sosialita nyonya-nyoya Eropa masa itu pun diceritakannya. Emilie merasa tertekan karena ia tidak bisa mengungkapkan pendapat-pendapatnya karena ia seorang perempuan. Suaminya Lucien pun merasa gamang karena mereka sendiri berkebangsaan Perancis namun bekerja untuk pemerintah Belanda, yang prinsip berpikirnya berbeda.

Ia memberontak lari, mendapati petualangan dalam cinta, yang membuatnya menyadari bahwa bangsa Eropa di tanah Hindia adalah ilusi, seharusnya tidak berada di situ karena mereka tidak pernah mencintai tanah itu, hanya demi tugas dan kedudukan saja. Apa yang ia pilih?

“Kolonialisme haruslah menjadi kebanggaan kaum humanis. Kaum pribumi harus didorong untuk berevolusi ke arah yang berkesesuaian dengan takdirnya, sejalan dengan pikiran bangsa dan lingkungannya.” (h.120)

Apakah benar?




View all my reviews

Tidak ada komentar: