Korupsi by Pramoedya Ananta Toer
My rating: 4 of 5 stars
Aku sering heran melihat orang yang tidak beralasan tetapi malah korupsi. Sudah punya rumah, mobil, istri, tetap saja berkorupsi karena iri hati melihat orang-orang di sekitarnya yang tampak lebih makmur. Mungkin karena korupsi itu adalah dosa kebanyakan, dosa bebarengan, sehingga dibilang, "ah, dia saja melakukan tidak apa-apa, kenapa kita tidak korupsi juga?"
Sementara itu, kenapa juga orang miskin berkorupsi. Karena kekurangan, karena ada kesempatan, karena memang membutuhkan untuk memperpanjang hidupnya. Namun sayang, ketika uang panas itu dipakai, selalu tidak bertahan lama. Selalu hanya ada sebentar kemudian lenyap habis juga untuk hal-hal tak berguna. Selalu ada rasa salah ketika memberikan uang hasil korupsi untuk hal-hal yang baik. Seakan uang itu hanya berguna untuk pemenuhan kebutuhan-kebutuhan yang tidak penting. Bukankah seharusnya masih bisa hidup dengan hasil yang biasa?
Upeti, nilep, apapun itu bagian dari korupsi. Sudah sekian lama di Indonesia. Bahkan Pramoedya yang menuliskannya sejak dulu masih relevan dibaca sampai sekarang. Novel ini juga yang mengilhami Tahar Ben Jelloun untuk menulis cerita Corruption di negaranya.
Berita-berita di televisi hingga hari ini tentang korupsi masih menyakitkan hati rakyat Indonesia. Tidak pernah berkurang, malah semakin ditambah-tambahi. Just wonderring, kapan hilang korupsi dari negara kami?
View all my reviews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar