ulasan. resensi. kesan.

ulasan. resensi. kesan. ini bukuku, apa bukumu?

Minggu, 29 Juli 2012

My Name is Red

Namaku Merah Kirmizi - My Name is RedNamaku Merah Kirmizi - My Name is Red by Orhan Pamuk
My rating: 5 of 5 stars

Ketika ditanya, kenapa sih baca Orhan Pamuk, aku hanya mengangkat bahu. Katanya bagus, sih. Dapat Nobel Sastra juga, wow! Pasti bagus, nih. (dan penulisnya ganteng ;))Jadi ketika menemukan beberapa buku Orhan Pamuk di Shopping Yogya, langsung kubeli saja. Benar saja, dari kalimat pertama sudah membiusku untuk tetap kekeuh membacanya.



Bahkan godaan dari Partikel-nya Dee yang sedang hip nggak membuatku berganti arah. Walau ada beberapa teman baca bareng seperti kak Leila S Chudori, juga Venkanteswari malah berhenti di tengah2 dan membaca Partikel (haha!). Sempat ngajak Lisa dan Desiree juga, namun sampai tamat dua bulan berikutnya, mereka belum juga dapat bukunya. Jadinya cuma Lita (yang ternyata baca dr tahun kemarin) yang tetap rajin membacanya.

Sebenarnya ini bisa saja menjadi sebuah cerita pembunuhan biasa jika dituangkan dalam bentuk novel seperti karya pop lainnya. Namun penceritaan dari berbagai sudut pandang pelakunya membebaskan kita untuk mengenali masing-masing karakternya lebih dalam, lebih detail, bahkan sampai titik kematiannya sekali pun. Kita bisa paham apa yang terjadi pada dirinya berdetik-detik sesudah satu hantaman terkena kepala sampai terpisah raga dari jasadnya. Pengkarakteran sendiri-sendiri ini membuat kita masuk seolah-olah ke dalam kepala masing-masing tokohnya, memaksa untuk memahami jiwa masing-masing. Seperti bermain drama dengan berbagai peran yang diciptakan oleh Pamuk.

Pamuk menyihir dengan lika liku tokohnya, membuat kita saling menebak saling menyalahkan siapa itu si pembunuh yang kerap bicara sendiri. Semua pikiran menjadi nyata yang menari-nari. Semua bisa memiliki alasan yang kuat untuk menghabisi. Semua dengan sejarah dunia ilustrasi yang melatari cerita menjadi kaya. Pertentangan antara cara pandang lukisan 'dari mata Tuhan' dan 'dari mata manusia'. Mengingatkanku kenapa Masjidil Haram selalu digambarkan dari 'atas'. Dibumbui dengan cinta terpendam 12 tahun yang masih mencari-cari. Tokoh perempuan plin-plan, dan tokoh perempuan banyak akal.

This is not a love story. This is no longer a history. This is about what happen in the place called world. The place that've been built by God, and people who discovered it.

: Sesungguhnya, nikmat Dia manakah yang kau dustakan?



View all my reviews

Tidak ada komentar: