ulasan. resensi. kesan.

ulasan. resensi. kesan. ini bukuku, apa bukumu?

Minggu, 29 Juli 2012

Partikel

 Supernova: PartikelSupernova: Partikel by Dee
My rating: 5 of 5 stars

Ada momen tatkala kita perlu menunjukkan dominasi. Ada momen tatkala kita harus diam membatu. Ada pula momen tatkala yang terbijak adalah lari. Dan dibutuhkan insting jitu untuk menentukan momen manakah yang tengah kita hadapi. (h.246)

Hidup itu pilihan, katanya. Dan memang ada satu titik di mana kita harus menentukan langkah apa yang harus diambil. Seperti ketika membaca buku ini. Setelah sekian lama kunanti, ketika akhirnya datang juga aku tidak buru-buru membacanya. Karena aku ingin mendapat saat yang tepat untuk meraih buku ini. Menunggu momen yang tepat. Tidak dalam antusias berlebihan, tidak sedang gembira, tidak sedang sedih, supaya membaca buku ini bisa mengembalikan emosi sempat hilang kemana. Kemudian tiba saat buku ini memanggil-manggil untuk dibaca.

“Hai, ada Zarah di sini.”
Aku jatuh cinta pada cewek unik ini. Ia tipe soliter kelas satu yang sanggup memutuskan segalanya sendiri, berani menjalani hidup yang ia pilih sendiri. Berani, itu kuncinya. Dan komitmen atas apa yang diyakininya benar. Dan intuisi yang bagus untuk bertahan hidup. Dan membuatku bertanya lagi, pergi itu untuk mencari atau berlari?

Akhirnya kumengerti betapa rumitnya konstruksi batin manusia. Betapa sukarnya manusia meninggalkan bias, menarik batas antara masa lalu dan sekarang. Aku kini percaya, manusia dirancang untuk terluka. (h.264)

Melihat kehidupan Zarah tepat di awal masa aku memutuskan untuk kembali ke alam untuk mengembalikan hidupku. Melongok kenekadannya ke alam terbuka, kegigihannya sebagai fotografer, memandang diriku sendiri yang di umur segini masih penakut. Kalimantan, London, Afrika, menjelajah, menunggu, menangkap momen-momen kehidupan makhluk-makhluk yang terjajah manusia. Menunggu dalam diam untuk pergerakan panjang. Ia pergi atas kebetulan-kebetulan yang terjadi, sesuatu yang memungkinkan perjalanannya. Yang ia pun tak tahu penyebabnya. Ketika orang melihat bahwa ia berlari, mungkin sebenarnya ia sedang mencari. Tapi, benarkah kebetulan itu ada? Atau ia cuma sesuatu yang diatur semesta?

Pengkhianatan ada dalam batin setiap manusia, hanya menunggu momen tepat untuk menyeruak, dirayakan, dan diamini sebagai titik lemah dari kemanusiaan. (h.370)

Kenapa cinta perlu ada? Untuk berhenti. Jeda. Merasa lengkap dan sempurna. Tetapi mencintai menjadi alasan untuk dikhianati. Selalu butuh alasan untuk kembali berlari. Tidak semua teman selalu setia menjadi teman. Tidak semua teman bersedia menjadi teman. Maka ketika ia tidak mendapat yang dicari, ia akan kembali berlari. Melakukan perjalanan lagi. Lalu apa sebenarnya arti perjalanan itu sendiri?

Menjadi kuat bukan berarti kamu tahu segalanya. Bukan berarti kamu tidak bisa hancur. Kekuatanmu ada pada kemampuanmu bangkit lagi setelah berkali-kali jatuh. Jangan pikirkan kamu akan sampai di mana dan kapan. Tidak ada yang tahu. Your strength is simply your will go on. (h.462)

Jangan pernah berhenti Zarah. Energi yang diberikan kepadamu sangat besar. Kekuatan pencarianmu itu yang membuat semesta membukakan jalannya. Selalu ada orang-orang yang menyayangi dan rela melakukan apa pun untukmu. Rasanya aku ingin memelukmu, sebesar aku ingin memeluk diriku sendiri. Meyakinkan kalau kamu istimewa. Kamu lebih dari orang-orang biasa dengan peristiwa biasa. You deserve better, though. Kamu harus tahu untuk apa kamu ada di semesta ini.

“Saya tidak lagi berlari. Cuma mencari.”(h.473)

Tahukah kamu, untuk apa kamu ada di dunia?

on my way to bandung | 21.07.12| 17:12


View all my reviews

Tidak ada komentar: