ulasan. resensi. kesan.

ulasan. resensi. kesan. ini bukuku, apa bukumu?

Selasa, 04 Oktober 2011

Kau Memanggilku Malaikat

Kau Memanggilku MalaikatKau Memanggilku Malaikat by Arswendo Atmowiloto
My rating: 5 of 5 stars

1988. apakah malaikat yang sudah berbicara pada adikku seminggu sebelum ia meninggal kecelakaan sehingga ia bertanya pada ibuku, "Mama, mati itu apa sih?"
2000. apakah malaikat yang sudah meminta nenekku pamit sehingga ia bisa tersenyum ceria dari kursi rodanya, melambaikan tangan melepasku berangkat kuliah, dan tak bisa kutemui lagi sore hari hanya menemukan karangan2 bunga bertuliskan, Turut Berduka Cita.
2010. apakah malaikat juga yang sudah menemui sahabat, rekan kerjaku Hana, sehingga ia tetap ngotot untuk naik kereta Senja Utama, walau naik gerbong tambahan dan menemui mautNya ketika ditabrak dari belakang oleh Argobromo pada dini hari itu.

"Bagimu semua kematian sama, kau datang menjemput. Padahal kematian saya berbeda dengan orang yang berniat bunuh diri, dengan orang yang mati karena tua, berbeda dengan penumpang pesawat terbang yang jatuh ke dasar laut." h. 226
demikian kata Ife, seorang gadis cantik yang tewas mengenaskan.

Ini bukan cuma tentang kematian. Ini tentang kehidupan yang dijalani manusia. Bagaimana melewati umur dan berterima kasih terhadap hidup. Bagaimana melewati dan dapat menerima apa-apa tantangan hidup. Malaikat akan menjemput, tapi tidak tahu kapan dan di mana. Tapi kehidupan kita harus dilalui dengan demikian ikhlas dan berusaha bertahan, bukan menyerah dengan keadaan. Karena selalu ada orang-orang yang menginginkan kita hidup, dibanding sebaliknya.

"Kita mengira Di masuk surga atau bersama malaikat, kita tak tahu pasti, apa iya begitu. Yang terjadi perkiraan, karena tak bisa dibuktikan apa yang sebenarnya terjadi. Dan karena tidak bisa dibuktikan benar atau salah, kita anggap itu benar. Setidaknya tak bisa mengatakan itu salah." (h. 179), kata To, bandar taruhan.

Tidak tahu bagaimana malaikat akan menjemput, ada yang pelan-pelan, ada yang mendadak tanpa pesan. Kisahnya indah dan tidak menakut-nakuti, karena kita tidak pernah tahu apa yang ada di alam sana.

"Dari pengalaman sepanjang hidup ini, sebenarnya kekuatan apa yang paling bertahan, paling mendorong, paling awet?
Untuk mengetahui itu, kita perlu mempunyai cinta. Cinta membuat kita peka, membuat kita merasakan, menghayati, mengalami secara terus menerus. Semakin kita memiliki cinta, semakin kita peka. Semakin kita peka, semakin kita mengerti, merasakan, mengalami apa saja." h. 97


2005. Seorang teman, Poppy, yang terbaring di meja operasi caesar dalam bius setengah total melihat seluruh kilasan hidupnya. Ia sudah berserah diri ketika janin mendorong paru-parunya sehingga ia sesak napas. Ketika dorongannya melesak lagi mendorong dadanya yang ia ingat adalah bayinya, 'siapa yang akan kasih dia ASI kalau aku sudah dijemput?'. Maka ia berjuang lagi dan bertahan. Mereka berdua selamat.

Maka cinta adalah jawabnya. Cinta untuk melindungi, sederhana dan tidak menguasai. Cinta yang rela untuk melepas. Cinta yang sama untuk bertahan. Cinta yang menguatkan hidup.

Malaikat tidak punya rasa, karena terlahir sebagai malaikat. Menjalankan tugas, seperti air yang bertugas mengalir, angin yang bertugas bertiup. Menjemput, ketika pesan itu datang. Bisa tertunda, jika ada kesadaran rasa yang besar.

"Kau bisa menjemput yang lain dengan lebih mengenali mereka, lebih merasakan, lebih bersama mereka." (h.262)
Itu kata Di, yang memanggilku, Malaikat.

View all my reviews

Tidak ada komentar: