The Help by Kathryn Stockett
My rating: 5 of 5 stars
#2010-85#
Kata orang diatas bumi, kita semua sama.
Kata orang di mata Tuhan, tidak ada miskin dan kaya.
Katanya …. Katanya …
Kalau memang benar begitu.
Kenapa nasibku jadi babu.
Kerja apapun ku tak malu.
Tapi hidup kok nggak maju-maju.
Celana .. cuma punya satu.
Reff :
Meski banyak padi di sawah.
Hatiku selalu resah.
Meski tlah ganti pemerintah.
Hidupku selalu susah.
Oh nasib .. pembantu.
Selalu disuruh-suruh.
(Mars Pembantu - TitiKamal -MontyTiwa -ost. Mendadak Dangdut)
Petikan lagu di atas memang menggambarkan kehidupan para pembantu, yang nasibnya, selalu disuruh-suruh. Dari jaman Escrava Isaura sampai jaman tabung gas meledak begini, nasib pembantu nggak pernah berubah-ubah.
Memang ada beberapa pembantu beruntung seperti Inem Pelayan Seksi yang dinikahi oleh orang kaya lalu naik pangkat menjadi nyonya kaya, namun sangat tidak sedikit yang mengalami masa nestapa, menjadi pembantu hingga tua, anak-anaknya juga menjadi pembantu, terbelit hutang akibat pengeluaran yang terus membengkak, tetap jadi pembantu yang disuruh-suruh.
Berlatar belakang tahun 1963, di mana Presiden AS adalah si tampan legendaris John F Kennedy, novel ini menceritakan tentang pembantu kulit hitam yang bekerja di rumah wanita kulit putih. Kisah yang lekat dengan isu rasial karena kulit putih merasa dirinya 'lebih' terhadap kulit hitam, sehingga merasa sah-sah saja memperlakukan si kulit hitam dengan sewenang-wenang. Di masa itu warga kulit hitam belum memperoleh hak-haknya sebagai warga negara, sehingga bisa saja ada kejadian seorang kulit hitam dipukuli hingga buta karena salah mempergunakan WC.
Tokoh antagonis digambarkan dengan maksimal oleh Hilly Holbrook, (entah kenapa, mengingatkan saya pada Blair Waldorf-Gossip Girl) yang sering memfitnah pembantunya, juga sebagai ketua Liga di kota kecil tersebut, membuat ia merasa berkuasa dan sewenang-wenang dengan mengedarkan gosip, mengucilkan orang. Pokoknya kalau kau berurusan dengan Hilly, habislah namamu.
Miss Skeeter sebagai protagonis di buku ini, diasuh oleh pembantu kulit hitam sejak kecil, yang membuatnya ingin menulis soal kehidupan para pembantu di kota itu. Di masa itu, tidak mudah untuk menuliskan dan bersahabat dengan kulit hitam, mereka curiga ada maksud-maksud tertentu apabila ada kaum kulit putih mendatangi mereka.
Para pembantu kulit hitam tinggal di permukiman sendiri, dan mereka setiap hari pergi bekerja ke rumah nyonya-nyonya mereka, mengerjakan hal-hal dengan sempurna, karena jika salah, umpatan "Dasar Nigra!" akan muncul dari mulut-mulut berlipstik mahal tersebut.
Kedudukan pembantu sebagai warga kelas tiga membuat mereka tak punya hak untuk menyuarakan pendapat. Pun di Indonesia, TKI yang nyata-nyata sebagai penyumbang devisa mendapat pelakuan berbeda. Ada terminal khusus TKI di bandara. Sering terluntang lantung di PJTKI tanpa pekerjaan, berdesakan seperti dalam kandang ayam yang sempit.
Akuilah, memang kita membutuhkan pembantu-pembantu ini untuk mengerjakan pekerjaan domestik, sementara kita mengerjakan pekerjaan harian atau hobi. Tapi bukan karena kita bisa membayar, maka bisa seenaknya saja. Simbiosis mutualisme seharusnya terjadi di sini. Mereka juga manusia, walaupun berbeda warna kulit, tapi punya hati nurani juga.
Dan Sandra Bullock berkata di Miss Congeniality, "I really want a worldpeace!"
View all my reviews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar