ulasan. resensi. kesan.

ulasan. resensi. kesan. ini bukuku, apa bukumu?

Sabtu, 26 November 2011

Kelas Memasak Lilian

Kelas Memasak LilianKelas Memasak Lilian by Erica Bauermeister
My rating: 2 of 5 stars

#2011-29#

yang didapat ketika baca buku ini = lapar.

masakannya enak-enak, kelas restoran, dan banyak resep italia favoritku, canneloni dengan saus yang menetes-netes, taart coklat berwarna putih, kepiting saus lemon.

penguasa-penguasa dapur yang bikin teringat ketika baca buku ini :

1. Burger Blenger.
Sudah pernah nyoba? Kalau menurut saya, rasanya enaakk sekali. Dagingnya yang dipanggang sampai empuk, tebal dan mantep lah (sangat jauh beda dengan mcD punya), sayurannya kyuri jepang yang segar dan tomat. Cheesenya selembar tidak merusak rasa asli burger. dan yang bikin lezat adalah sausnya!! Pasti itu bukan mayonaise botolan yang dioleskan, karena lebih kental creamnya, lebih terasa zaitunnya, bawang putih bubuk, serta ada rasa asam sedikit yang mungkin dari vinegar berkualitas bagus, dan kemerahan pasta tomat. Ukuran rotinya yang berdiameter kurleb 15 cm kelihatan mantap, gak seperti (lagi2) mcD punya. Jadi kalau aku melahap burger blenger ini, mungkin itulah rasanya seperti penduduk bikini bottom melahap krabby patty masakan spongebob.
Harganya hanya 12rb per buah, lebih murah dibandingkan yang sama enaknya yaitu Burger King, tapi seharga 3x lipatnya.
Nah, kebetulan di kios Burger Blenger di ujung jalan Lamandau ini aku mendapatkan buku ini pada suatu sore, sambil menikmati sepotong burger. Menilik judulnya, semoga saja yang memberi tidak punya harapan besar bahwa aku akan bisa masak pada suatu hari..

2. tukang kue keren
Salah satu orang yang saya kenal bisa memasak kue2 yang aneh-aneh dengan enak. Maksudnya bukan cuma sekedar cake atau kue karamel atau brownies, tapi kue2 yang bisa kita temui di toko kue yang bagus, seperti cheese cake, choco cake, black forest, cupcake. Lain kali mungkin kita bisa minta tiramisu atau opera cake tergantung dia dapet pesenan apa.
Selain itu taste untuk makanan enak sangat jitu. Jadi kalau satu tempat kata tukang kue ini enak, maka makanannya emanglah enak. Sesuatu yang agak susah dilakukan olehku yang hanya mengenal enak dan enak sekali (apalagi kl gratis).

3. Ibuku
Ditulis terakhir sebagai pamungkas. Ibulah yang tak pernah lelah mengajarkan masak ketika aku sekolah. Ibu yang tiap bulan puasa mengajakku membuat kue kastengel kesukaannya dan nastar kesukaanku. Dari ibu juga aku tahu kalau yang pertama dikocok dengan mixer adalah telur dan gula. Dari ibu juga aku tahu kalau memasukkan terigu ke dalam mixer harus diawur dengan sendok yang digoyang-goyang supaya jatuhnya sedikit-sedikit. Dan aku ingat berjanji untuk rajin masak kue supaya ayahku mau membelikan kami oven besar (dan tak kutepati sesudah 2 buah brownies dan 3 loyang pizza waktu SMA)
Ibuku, yang membuat semur iga terenak dan pepes ikan mas terlezat kalau aku pulang ke Bandung, akhirnya pasrah ketika aku memang tidak punya minat memasak yang biasa2 saja. Bisa buat macaroni schotel tapi tidak bisa sayur asem. Menyadari kalau aku bukan ibu rumah tangga seperti dirinya, tapi mengikhlaskan aku sibuk bekerja. Merelakan bahwa aku tidak bisa memasak kue-kue, karena lebih memilih untuk memiliki gerinda dan gergaji listrik daripada mixer...

View all my reviews

Tidak ada komentar: