Cinta di Dalam Gelas by Andrea Hirata
#2011-34#
Akhirnya, Pakcik!!! Akhirnyaa!!
Kutemukan juga bagaimana seorang Maryamah berubah menjadi Maryamah Karpov..
Lalu, kenapa judul buku ini bukan Maryamah Karpov saja? Kenapa bisa buku sebelumnya tentang Menyelamatkan cinta tersasar di seberang Lautan itu mendapatkan judul yang amat dramatis ini??
Lihat bagaimana Pakcik menggambarkan permainan catur laksana medan perang, di mana kuda menyerang, benteng bertahan, Raja yang tertusuk, prajurit pelindung, seperti berada di suatu pertempuran yang dahsyat! Sungguh, Pakcik adalah pencerita piawai dalam hal ini. Mengembalikan penceritaan khas melayu, dengan kebiasaan-kebiasaan harian yang unik, dengan gaya bercerita seperti pada seorang teman, yang bisa akan terdiam, dan mengikuti cerita terus-menerus, karena penasaran dengan pertempuran-pertempuran Maryamah.
Boi, kau tengok itu Maryamah. Dari seorang buruh timah, yang belajar bahasa Inggris, lalu belajar catur lintas dunia dengan teknologi bernama internet kepada seorang grandmaster dunia. Dalam cerita ini, itu mungkin, Boi. Semua tekad yang bulat akan bisa mencapai tujuannya. Perempuan yang menantang satu kampung bermain catur. Aku sih tak tahu seberapa mungkin itu bisa terjadi, Boi. Aku sendiri tak bisa bermain catur. Jika ditanyakan padaku tentang main ular tangga, halma, atau kartu, bisa aku ajari sedikit-sedikit. Namun catur, aku buta.
Tapi cerita Pakcik ini, Boi, bisa menggambarkan ke seseorang yang buta catur pun bisa menikmatinya. Tidak hanya dengan menonton ke-32 pion hitam putih itu menari, namun kisah tragedi, kemenangan, airmata, darah, mewarnai kisah setiap langkah dalam 64 kotak itu. Hingga seorang Qui Genus Humanum Ingenio Superavit pun hanya mendapat porsi satu bab, ah, hanya dua halaman mungkin.
Lalu cinta? Cinta di dalam Gelas? Gelas siapa? aah, ke kebun lah kau A Ling! Kali ini Pakcik sudah bosan dengan kisah cintamu yang mengangkat tenggelamkan Ikal, sehingga mendaratkanmu di sudut, tidak tersentuh cerita. Ya, cintalah pada bergelas-gelas kopi yang dijual di warung Paman, tempat pertandingan ini diramaikan. Bukalah Buku besar peminum kopi yang akan membuatmu terbahak, sama ketika kau menyusun daftar sakit gilanya si Ikal sejak Laskar Pelangi.
Ah, aku menemukan Paman di sini, Boi. Paman!! Kukira 'Paman' sudah punah ditelan 'Om', 'Lik', 'Tulang', dll. Kukira Paman hanyalah istilah kenangan yang akan kujumpai di buku bahasa Indonesia tanpa tahu di belahan mana di bumi nusantara ini yang masih memanggil adik laki-laki ayah atau ibu dengan sebutan Paman. Rasanya ingin kupeluk erat-erat Paman ini, kutemukan setelah bertahun-tahun hilang dari kosakataku.
Dan demi rambut ikalku, aku akan mengangkat 4 jempol apabila buku ini berjudul selayaknya, Maryamah Karpov!!!
View all my reviews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar