Padang Bulan by Andrea Hirata
My rating: 3 of 5 stars
#2011-32#
Pakcik, buat saya sih nggak masalah apabila cerita ini dikasih judul Padang Bulan atau Serunai burung Punai misalnya. Bukannya di buku sebelumnya anda sudah 'menceritakan' Maryamah Karpov yang cuma menjelaskan sekilas lalu dan menuai amat banyak kritik, menghabiskan energi membacanya untuk mencari tahu siapa itu Maryamah, dalam seluruh cerita yang bertema 'Penyelamatan A Ling bukan oleh Maryamah, tapi oleh mimpi-mimpi Lintang'.
Cerita cinta lanjutannya, dengan judul 'Padang Bulan' (yang merupakan novel pertama dari dwilogi ini) seperti sebuah judul 'aman' yang tidak akan menimbulkan banyak perdebatan, seperti halnya akan lebih tidak bermasalah lagi bila anda menjudulinya 'Pelayaran yang Tertunda' atau 'Kepak Sayap Juang Merpati Muda'. Karena itu aku baru membacanya sekarang, Pakcik.
Ceritanya sih cukup menarik dan lucu. Sesudah penyelamatan A Ling yang dramatis di buku sebelumnya, dan bagaimana Ikal masih berusaha mendapatkan A Ling yang tidak semudah itu walau sudah ada di 'genggaman'nya. Cinta itu misteri, Boi! Tidak ada yang bisa mengerti cinta selain cinta itu sendiri. Bahkan seorang master dari lautan seberang pun baru terkena mabuk cinta di kampung halamannya. Sehingga mengembalikan dirinya pada cinta daripada mengejar kesuksesan yang menjadi cita-cita orang2 di sekitarnya, bukan keinginannya sendiri. Yah, cinta itu termasuk mempertaruhkan harga diri, Boi! Jangan kalah dengan seorang Chow Yun Fat! Katanya..
Tekad yang kuat juga ditunjukkan oleh tokoh lain, Enong, perempuan pendulang timah pertama di situ. Gadis kecil yang berubah menjadi perkasa akibat tekanan di sekelilingnya. Yang hingga dewasa masih memiliki keinginan untuk belajar Bahasa Inggris. Sangat kontras dengan Ikal, yang mendapatkan banyak kesempatan untuk belajar, tapi malah tidak mengamalkan ilmunya, karena diperdaya cinta. Cinta, Boi!
Wow, lihat Pakcik, siapa yang anda bikin waras di sini? Rupanya paham umum bahwa laki-laki bertindak berdasarkan logika dan perempuan berdasarkan emosi atau perasaan dijungkirkan di sini Lihat si Ikal yang berulang kali kena omel ibunya karena terlalu memenangkan perasaannya pada A Ling, dan Enong yang bersikap realistis, berjuang demi hidupnya, keluarga dan mimpi2nya sendiri dan menimbulkan simpati.
Atau memang perjuangan hidup yang semata-mata termotivasikan oleh apa yang dicita-citakan? Kurasa, itu agak benar adanya.
Tabik, Pakcik!
View all my reviews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar