ulasan. resensi. kesan.

ulasan. resensi. kesan. ini bukuku, apa bukumu?

Rabu, 31 Oktober 2012

Aleph

AlephAleph by Paulo Coelho
My rating: 5 of 5 stars

Aku pernah bertanya, pada Tuhan, pada kehidupan, pada angin, pada alam, pada buku-buku yang kubaca, kenapa aku harus bertemu dengan beberapa orang dalam hidupku? Kemudian timbul pertanyaan lain untukku, untuk alasan apa kamu ada di dunia, In? Dan kusambung dengan pertanyaan lain yang lebih menohok, mengapa semesta mengirimkan kamu untuk bertemu denganku?

Ada dua pilihan menghadapi hidup, bahwa hidup ini semua kebetulan, siapa yang akan bertemu kita tak terprediksi sebelumnya atau bahwa tidak ada kebetulan di dunia ini, semua adalah rahasia besar yang pasti ada maksudnya kenapa terjadi. Mungkin aku setuju pada keduanya, karena hal-hal yang semula kuanggap kebetulan itu ternyata bukan kebetulan bahkan menjadi salah satu titik di mana aku berproses.

Pertama aku tertarik membaca buku ini karena reviewnya Farah, beberapa bulan silam. Saat itu aku memilih untuk menunggu terjemahannya saja mengingat karya-karya Paulo Coelho banyak yang sudah diterjemahkan. Review Farah sangat sedih menurutku, dan menurutnya ketika ia membaca buku ini ia menjadi bisa memaafkan dan meringankan apa yang bergejolak dalam hatinya.

Lalu bulan lalu, kebetulan itu ketika sedang duduk-duduk di tepi laut, aku melihat temanku membaca buku ini, dan ternyata sepulang dari perjalanan aku melihat buku ini di sebuah toko buku di bandara. Bukan terjemahan. Mungkin ini momennya, pikirku. Bisa jadi kalau aku tak melihat temanku membacanya, aku tak akan membeli di toko itu. Mungkin ini momennya, kataku sekali lagi. Jadi kuputuskan untuk membelinya, dan langsung membacanya di pesawat.

Travel is never a matter of money, but of courage. (p.10)

Courage can attract fear and adulation, but willpower requires patience and commitments. (p.24)

My roots are ready, but I'll only manage to grow with the help of others. Not just you or J or my wife, but the people I've never met. (p.29)

De ja vu is more than just that fleeting moment of surprise, instantly forgotten because we never bother with things that make no sense. It shows that time doesn't pass. It is a leap into something that we have already experienced and that is being repeated. (p.40)


Kenapa aku harus bertemu? Itu mungkin yang harus dicari jawabannya. Mungkin juga tidak perlu, karena cepat atau lambat jawabannya itu mungkin akan dilupakan juga. Seberapa pun waktu bersamamu, ada yang berubah pada diriku sesudahnya. Mungkin itu adalah ujian yang harus dilalui. Pasti ada rahasia besar di depan yang tidak kita tahu kenapa kita harus bertemu, begitu katamu.

No one can learn to love by following a manual and no one can learn to write by following a course (p.89)

We learn in the past, but we are not the result of that. We suffered in the past, loved in the past, cried and laughed in the past, but that's of no use to the present. The present has its challenges, its good and bad side. We can neither blame nor be grateful to the past for what is happening now. Each new experience of love has nothing whatsoever to do with past experiences, it's always new. (p.124)

Life is one long training session, in preparation of what will come. Life and death lose their meaning, there are only challenges to be met with joy and overcome with tranquillity. (p.147)

Not everything in life is a long train with tickets available for all. (p.212)


Tidak semuanya yang kita rencanakan dengan baik akan berjalan dengan baik juga. Ada hal-hal yang di luar kuasa kita untuk mengubahnya, sesuatu yang akhirnya terpaksa dilepaskan. Mungkin ini satu tahapan untuk kerelaan hati.

Kadang-kadang seperti nggak percaya bahwa sesuatu yang kukenal dua puluh tahun silam kembali dengan wujud lain. Ketika serangkaian kebetulan mengikutinya kembali kau baca ulang di masa sekarang. Mungkin dulu dalam bentuk persahabatan, kemudian cinta, lalu berubah menjadi seperti seseorang dalam keluarga. Mungkin wujud yang sekarang bisa lebih direlakan karena memang tidak ada lagi yang bisa dipertahankan. Setiap kisah punya penyelesaiannya masing-masing. Dan setiap cerita selalu happy ending. Cari saja sudut pandang seperti itu, tidak selalu dari tokoh utamanya.

Is it possible to deviate from the path God has made? Yes, but it's always a mistake. Is it possible to avoid pain? Yes but you'll never learn anything. Is it possible to know something without ever having experienced it? Yes, but it will never truly be part of you. (p.263)


View all my reviews

Tidak ada komentar: