ulasan. resensi. kesan.

ulasan. resensi. kesan. ini bukuku, apa bukumu?

Selasa, 02 Oktober 2012

Hujan dan Teduh

Hujan dan TeduhHujan dan Teduh by Wulan Dewatra
My rating: 2 of 5 stars

Betul. Ada dua cerita di sini. Cerita tentang Bintang masa SMA dan Bintang masa kuliah, yang dibaurkan dalam cerita yang dituliskan berangkai, seolah bolak balik, atau cerita yang susul menyusul. Seperti rel yang sejajar yang dikira bersama, tapi ternyata yg satu berada jauh di belakang. Agak mengagetkan karena Bintang ini namanya sama dengan si kecilku dan Kaila ini sama dengan nama sepupunya yang setiap weekend main bersama. Kebetulan, ya?

Nama tokohnya Bintang dan Kaila. Mereka teman sebangku SMA, bermain bersama, kemudian menyadari menyukai satu sama lain, dan akhirnya hubungan mereka terhenti karena ketahuan teman-teman sekelas.
***
Nama tokohnya Bintang dan Noval. Mereka saling jatuh cinta ketika masa kuliah, kemudian menjalani hari-hari bersama yang penuh gairah, sampai akhirnya mereka berpisah karena Noval yang terlalu mengekang Bintang.


Bukan, bukan alurnya yang akan aku komentari. Cara penceritaan kan bermacam-macam, bisa maju mundur, bisa mundur terus, bisa maju terus, bisa ala sms, bisa via email, bahkan curhatan twitterpun bisa dijadikan buku. Mestinya sih nggak bermasalah.

Cuma kalau alurnya udah unik begitu, sayang paragraf-paragrafnya dalam scene yg sama banyak yang 'kentang', seperti gak dapat eksekusi yang lebih mulus lagi. Kesannya jadi FTV banget, atau film Indonesia yang banyak beredar kini tentang anak muda, banyak scene yg 'kentang'.
*ditulis gak ya contohnyaa..*

Tokoh Bintang ini emang datar banget, pasrah banget mau diapain juga sama pacarnya. Satu-satunya kelebihannya adalah dia sebenarnya soliter, yang bisa saja melakukan apa-apa sendiri tanpa pacarnya, dan bisa cuek dan move on sesudahnya, tapi dia tetap penyendiri. Tapi dibandingkan soliternya Zarah Amala, ya bisa dibilang si Bintang ini biasa-biasa aja. Dan tokoh-tokoh lain juga nggak diceritakan dengan serius, siapa itu Noval juga nggak tahu selain kakak kelas Bintang, terus pacaran sama Bintang. Adegan lempar tanahnya juga kentang banget. Dilempar, trus udah. Apalagi tentang Dewa yang muncul satu dua bak figuran. (deuu, padahal biasanya yang namanya Dewa itu ganteng loh, dan pantes dicemburuin). Memang sempat diceritakan sedikit soal Daniel (banyak banget orang namanya ini, yah), aku pikir bakal dapat lebih banyak ketika diceritakan soal mengangkat jamur dari truk, tapi ternyata segitu aja. Adegan Daniel ciuman sama Bintang juga nggak ada ujung pangkalnya juga, gak jelas time waktunya juga di sebelah mananya pestanya si Bintang (tapi aku sih ngerti kenapa Daniel nyium Bintang >ada alasannya ^_^)

Mungkin si penulis terikat dengan aturan lomba harus berapa halaman dan harus happy ending (info ini aku dapat dari seorang peserta yang nggak menang tetapi tetap diterbitkan jadi buku ~ setelah diedit-edit jadi cukup bagus) sehingga kesulitan untuk menjelajah, eh, mengeksplor tokoh-tokohnya lebih jauh. Peran ibunya Bintang yang single parent juga digambarkan cukup pas munculnya, gak kebanyakan, dan gak kekurangan. Kait-kaitan cerita masa lalu dan masa kini juga beberapa cocok, seperti tentang alasan Bintang bisa bermain gitar, atau saat perpisahannya dengan Kaila.

Aku nggak tahu ini buku ke berapanya Wulan, jadi nggak bisa membandingkan dengan karya-karyanya yang lain sih. Apalagi buku segenre yang aku baca cuma karya Winna Efendi, juri lomba ini (ohiya, sama karya Windry Ramadhina). Kalau aku sih suka banget sama karyanya Winna, yang juga suka menulis dengan alur yang berbeda-beda (favoritku masih Ai). Kalau pun ini karya pertama Wulan, as a start, oke laah.

catatan akhir, 'kentang' itu istilah akronim untuk 'kena tanggung' untuk menunjukkan sesuatu yang 'eh, lha, kok udah?' kemungkinan muncul sebelum istilah 'unyu' apalagi 'kowawa.. \\(^_^)//'
sebagai makanan sih, aku suka banget sama kentang mau diapa-apain juga.

View all my reviews

Tidak ada komentar: