ulasan. resensi. kesan.

ulasan. resensi. kesan. ini bukuku, apa bukumu?

Rabu, 31 Oktober 2012

Rp 3 Jutaan Keliling India dalam 8 Hari

Rp 3 Jutaan Keliling India dalam 8 HariRp 3 Jutaan Keliling India dalam 8 Hari by Rini Raharjanti
My rating: 2 of 5 stars

Aku paling nggak suka baca buku perjalanan yang di judulnya ada nominal rupiahnya. Kenapa? Ya, nggak bakal up to date aja gitu. Buku dengan judul 'sekian juta keliling dimana' itu nggak lebih dari taktik dagang supaya orang merasa murah dan beli buku itu. Padahal bisa saja buku itu baru dibaca beberapa tahun kemudian, dengan kondisi perekonomian yang terbaru. Jadi sebenarnya yang penting dari buku catatan perjalanan itu adalah menceritakan tentang tempat yang dilalui dan apa yang dirasakan dalam perjalanannya.

Kenapa aku mengambil buku ini? Pertama alasannya adalah India gitu lho! My number one wish list sejak SMA untuk dikunjungi. Karena aku menganggap India itu eksotis, masih kuat mempertahankan kebudayaannya, nggak hilang ditempa gerusan zaman pop. Bangunan, kuil, Gangga, Taj mahal, jalanan yang ramai, rumah bertumpuk di daerah perbukitan, dan muka-muka India yang khas banget. Ingat uniknya muka Preethi Sethi VJ MTV itu yang nggak kehilangan ke-India-annya walau sudah masuk ranah global.

Alasan kedua, karena buku ini murah, harganya hanya 10 ribu saja di obralan. Jadi lumayan lah bisa diintip itinerarinya, ke mana aja sih si penulis berjalan-jalan. Syukur-syukur bisa diikuti. Walaupun banyak catatan perjalanan bertebaran di blog-blog orang, memegang buku itu emang enak karena bisa ditenteng-tenteng ke mana pun, jadi bisa kebayang-bayang kalau suatu kali aku ke India itu ngapain aja.

Si penulis memaparkan perjalanannya di India mulai dari Kolkata, Varanasi, Pushkar, Jaipur, sampai kembali lagi. Banyak juga sih diceritakan tips-tips menarik bagaimana berjalan-jalan di India, cara menghalau anak-anak kecil yang selalu membuntuti, bagaimana menghindar dari calo hostel atau taksi, yang banyak diperlu-perlukan di India. Kalau bagaimana temple atau yang dituju diceritakan agak sekilas kalau menurutku, mungkin saking banyaknya temple yang ia kunjungi jadi nggak terlalu khas lagi. Untuk informasi hostel, touris centernya lumayan lengkap. Menarik ketika ia melihat upacara-upacara keagamaan di India yang tak terjadwal, juga tak sengaja berada di Pushkar ketika Holy Day yang penuh warna-warni coreng-moreng di jalanan. Aku sendiri sudah lama tahu Holy Day ketika baca Balada Si Roy 10: Epilog beberapa tahun silam. Sejak baca buku itu memang ingin sekali ke India sebagai traveler, namun waktu tak mengijinkan. Sepertinya seandainya aku ke India kini pun hanya akan sebagai turis saja. Makanya aku tertarik dengan buku ini bukan 3 jutanya, tapi 8 harinya. Kira-kira 8 hari bisa sampai Ladakh atau Darjeeling, atau Kalimpong di utara nggak ya? Nah, kebetulan di buku ini si penulis nggak sampai sana, sih. Jadi sepertinya aku akan memodifikasi itinerarinya kalau benar-benar jalan ke sana.

Nah, karena si penulis mungkin menulis di era buku perjalanan belum terlalu beken, maka yang paling mengganggu adalah fotonya. Bagaimana bisa sih kita dapat informasi dari foto yang bertebaran ukuran 3x4 cm begitu? Yang difoto bangunan, pemandangan, sama sekali nggak menarik fotonya. Jadi terpaksa aku mencari tahu di tempat lain tentang informasi gambarnya. Sementara penggambaran lewat tulisan juga tidak terlalu deskriptif. Mungkin memang sesuai judulnya, ia menitikberatkan pada biaya, yang memang dituliskan dengan cukup rinci.

Aku ingat di satu diskusi buku dengan salah seorang penulis cerita perjalanan, ia ditanya oleh pengunjung, ”Alangkah baiknya kalau di bukumu lebih banyak fotonya. Jadi kita bisa melihat apa yang dilihat olehmu.”
Jawab si penulis,”Mas, ketika anda membaca satu halaman itu, apakah anda terbayang akan suasananya, akan apa yang mas lihat?”. Si penanya mengiyakan. Si penulis berkata,”Nah, kalau begitu memang saya tidak usah menampilkan foto. Anda terbayang dengan membacanya. Saya ini bukan fotografer, daripada ditampilkan tidak bagus, lebih baik saya mencoba menulis dengan bagus.”

Jadi kalau melihat judulnya dengan nominal, sebenarnya buku ini benar adanya, semacam panduan jalan-jalan saja. Tapi, lebih baik selalu pastikan lagi dengan informasi terbaru sehingga bila berjalan-jalan benaran, tidak terpaku pada harga-harga yang dituliskannya. Lebih baik lagi siapkan dua kali lipat. Oh, iya, tiga juta ini nggak termasuk tiket pesawat Jakarta-Kuala Lumpur-Kolkata dan sebaliknya lho.





View all my reviews

1 komentar:

Alid Abdul mengatakan...

Wah saya rencana mau ke India juga sih, jadi kemarin sengaja ke gramedia buat beli bukunya si Rini ini tapi sayang habisssss....

saya pribadi sih juga nggak gitu suka beli buku panduan perjalanan hehehe...