Ranah 3 Warna by Ahmad Fuadi
My rating: 4 of 5 stars
#2011-10#
Kalau dulu saya memberikan 3 * untuk Negeri 5 Menara, sekarang saya berikan lebih. Kenapa? Karena lebih banyak konflik yang ditampilkan.
Dibuka dengan perjuangan Alif dalam menempuh ujian persamaan, setelah ketinggalan 4 tahun dalam ilmu-ilmu pasti. Barulah saya lihat, bahwa Pondok Madani yang lebih menekankan pada penguasaan bahasa dan pengetahuan agama sulit untuk membuat orang mengejar pengetahuan apabila ada keinginan seperti Alif yang ingin sekolah teknik. Walau tetap masih ada kemungkinan apabila kau belajar dengan keras.
Tidak bisa dibilang bahwa ilmu-ilmu pasti itu lebih baik dari ilmu sosial, karena semua ilmu itu baik adanya, tergantung bagaimana kita benar-benar mempelajarinya, dan mengamalkan ilmu tersebut. Bagaimana Alif melepas cita-citanya sebagai insinyur, dan akhirnya ikut UMPTN dengan jurusan IPS, karena ia tidak sanggup untuk mempelajari fisika dan kimia dengan cepat sebelum UMPTN berlangsung.
Dan saya salut karena Alif dapat cepat mengenali potensi dirinya. Kuliah di Hubungan Internasional UNPAD, belajar menulis di majalah kampus, dan akhirnya menemukan panggilan hatinya tentang apa yang ia mau selama ini, yang sesuai dengan kemampuan yang ia miliki, bekal yang ia dapat selama di PM.
Bagian paling saya suka adalah ketika Alif belajar menulis pada Bang Togar, yang redaktur majalah kampus. Diceritakan bagaimana tulisannya dikerjakan dengan cepat, namun mendapat kritikan tajam dengan coretan di hasilnya, dan ia menerima bahkan melayani dengan memberikan tulisan yang direvisi lagi, lagi, dan lagi, selama seharian dengan rentang waktu yang ketat, sampai akhirnya ia menghasilkan karya yang baik.
Hal ini membuat saya malu. Saya yang bercita-cita menjadi penulis sebagai my side job, berulang kali membuat tulisan, baik sebagai resensi, blog, atau notes saja. Terkadang saya menulis terlalu dangkal, terkadang terlalu berbunga-bunga, sehingga menimbulkan kritik dari si pembaca, namun saya sering tidak terima sehingga tetap saja saya posting tanpa diedit. Karena saya pikir banyak yang akan suka tulisan itu juga. Seharusnya saya menerima kritik tersebut apabila ingin benar-benar bisa menulis, bukan cuma euforia dengan pujian yang bertaburan. Tulisan tidak bisa sekali jadi, setiap kalimat harus diperhatikan dengan benar dan efisien. Sama seperti menggambar, setiap garis mempunyai makna, setiap huruf pun memiliki arti.
Keseriusan Alif dalam menulis melecut hati saya. Apa pun bidang ilmu kamu, apabila ditekuni dengan sungguh-sungguh, apabila dijalani dengan sabar, akan memberikan hasil yang membahagiakan hati. Pendidikan adalah kesempatan, apapun yang didapat bisa dijadikan sebagai modal. Jangan takut untuk melangkah. Jalani apa yang dipilih tanpa sesalan dan keluhan. Percayalah pada doa dan usaha keras. Tuhan tidak bohong. Karena Tuhan bersama orang-orang yang berani.
(depok-manggarai, 02.03.11. 08.15)
View all my reviews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar