cerita tentang buku. buku. dan buku. separuh hidupku adalah perjalanan. separuhnya lagi adalah buku.
ulasan. resensi. kesan.
Jumat, 20 Desember 2013
kado akhir tahun dari secret santa
siapa nggak senang dapat kado? aku juga..
makanya aku niat banget ikutan secret santa tahun ini lagi, sesudah tahun lalu berhasil memenangkan hadiah sebagai pen-curhat riddle terkeren untuk secret santa BBI 2012 dengan segala kelucuannya . tahun ini, untunglah Tuhan tidak memberi cobaan seberat itu lagi dengan memberikan sebuah kado dengan alamat kirim Jakarta Timur.
aha, aha.. sepertinya aku pernah bertemu dengannyaaaa..
*nyengir-nyengir setan*
dan bukunya, the fault in our stars dari john green adalah satu buku dari 50-an wishlistku yang tidak susah dicari. tentu aku bukan X yang jahat kan santaku sayaang.. horeeee, akhirnya dapat buku ini. dan jadi harus membacanya sesegera mungkin kan..
riddle-nya, sangat mudah dipecahkan seperti membanting gelas ketika sedang gusar.
pecahkan saja gelasnya biar ramai! biar mengaduh sampai gaduh.
oh santa-ku yang baik hati, untunglah kau bukan pengagum timun inggris sehingga tidak ikut memberikan riddle yang harus dipecahkan oleh detektif. aku tahu banyak yang bisa memecahkan ini.
"Half Indonesians Half Japanese
covered with green branch and blue sea
whether you wonder where my address is
look at the santa's list and you will see
enjoy the book and good luck!"
eh. eh. eh.
tetiba ketika mengetik ulang aku menjadi ragu pada tebakanku sendiri.
si dia bukan ya? si dia bukan ya? (duh, kayak tebak2an jodoh)
kok kemarin yakin sekarang ragu.
dasar cewek berbintang taurus, peragu!
baiklah, aku akan bertanya pada hati sajaa....
Jumat, 01 November 2013
Mahameru Bersamamu
Mahameru Bersamamu by Ken Ariestyani
4 of 5 star
<i>Lalu, satu langkah di depannya, saya berhenti, langkah saya bertambah berat, napas saya tersengal, saya tersungkur di pasir Mahameru... Saya membiarkan diri seperti itu untuk beberapa saat. Bibir saya bergetar mengucap syukur atas kesempatan yang diberikan-Nya. Hampir pukul setengah sepuluh saya tiba di Mahameru. (h.201)</i>
Bahagia itu sederhana. Sesederhana keinginan nonton konser Sheila on 7. Sejak beken tahun 2000-an, sempat gagal nonton di tahun 2011, baru minggu lalu akhirnya aku nonton penampilan Duta, Erros dkk dalam satu konser bersama ulang tahun satu stasiun radio. Sendirian tentu saja, karena di lingkungan teman-teman yang anak metal ini jarang yang jadi Sheila gank. Eih, perjuangan banget kan nontonnya?
Sesederhana keinginan nonton konser Bon Jovi yang entah kapan manggungnya lagi, karena dulu waktu manggung di Jakarta aku masih SMA dan tak diijinkan ke Jakarta. Eih, sederhana? Sulit gitu dicapainya. Mari lupakan konsep bahagia itu sederhana.
Bahagia adalah ketika kamu menginginkan sesuatu dan terwujudkan. Sesuatu kondisi yang bisa disyukuri. Bisa terwujud begitu saja, atau dengan perjuangan. Seperti Ken, yang punya mimpi 'dinyanyikan Janji Suci-nya Yovie dan Nuno di puncak Mahameru', yang ia tulis bareng-bareng di status twitternya.
Setelah berinteraksi lewat dunia maya oleh rekan-rekan setim-nya, persiapan naik gunung, plus perasaan gundah gulana yang melatari pelariannya, Ken menghadapi ujian penaklukan dirinya. Iya, gunung! Gunung bukanlah destinasi penaklukan. Di gununglah tempat mengukur kemampuan, menurunkan ego, mempertebal solidaritas, sadar diri untuk berjuang terus, dan terus untuk sampai puncak. Di sini diperlihatkan rasa sabar, tantangan untuk tidak menyerah, juga keikhlasan pada diri sendiri.
Semeru sendiri adalah gunung tertinggi di pulau Jawa, yang menjadi puncak impian banyak pendaki di pulau Jawa, baik pendaki pemula maupun pendaki senior yang ingin kembali lagi. Alam perjalanannya yang indah dengan hamparan berbagai vegetasi dataran tinggi memikat banyak orang untuk datang dan lagi.
Ken, yang kukenal dari seorang teman lewat jejaring facebook mengatakan, buku pertamanya ini adalah perjalanan hati, bukan sekadar penaklukan gunung. Bagaimana perjalanan menjadi pelariannya hingga berubah menjadi sebuah pencarian pengisi hati yang memotivasinya untuk lanjut dan terus walau lelah melanda perjalanannya.
Membaca tuturannya yang kalem di buku ini mengulang arti bahagia yang sederhana. Rasanya bahagia ketika pesan singkat dibalas, rasanya bahagia ada yang menemani ngeteh di tengah malam, rasanya bahagia ketika ketemu kelebatan punggungnya. Dan rasa itu makin memuncak dan besar ketika pelarian itu berubah menjadi pencarian momen bahagia. Dan Semeru itu latar indah yang tergambarkan.
Iya, bahagia itu sederhana, ya.
Bisa dirasakan di mana saja.
<i>Mereka, ada yang sudah lama menyimpan dalam angan keinginan untuk menyambangi Mahameru. Namun terganjal berbagai hal. Kesibukan aktivitas sehari-hari mendapat porsi paling besar dalam daftar tertundanya niat mereka pergi ke sana. Tak sedikit juga yang menjadikan Semeru sebagai tujuan pertama dalam sejarah pendakian mereka, termasuk saya. (h.65)</i>
Jumat, 18 Oktober 2013
Niskala
My rating: 4 of 5 stars
right book at the right time to read.
bacalah jika kamu merasa ragu.
View all my reviews
The Various Flavours Of Coffee - Rasa Cinta dalam Kopi
My rating: 4 of 5 stars
Aku bukan penggemar kopi. Bukan karena tidak suka, tapi lebih ke masalah kesehatan. Minum kopi bisa membuat perutku mual dan berkeringat dingin. Mungkin karena kandungan kafein di dalamnya yang memacu detak jantung lebih cepat dan juga memacu asam lambung untuk berproduksi sehingga hanya kembung yang kurasakan ketika memaksakan diri menenggak segelas kopi yang berbau harum untuk memaksa mata tetap melotot ketika lelah.
Sialnya, aku mencintai aroma kopi.
Lalu kusadari, masalahku dengan kopi ini hanya terjadi ketika minum kopi instan dalam sachet. Semua kopi sachet yang kuminum, sampai yang namanya terkenal secara internasional pun berefek sama pada perutku. Sampai aku menemukan satu merk yang dihidangkan padaku ketika aku meeting di pabrik pembuatnya. Yang juga memproduksi permen kopi terkenal. Harumnya membuatku mencicipnya sedikit ketika masih panas dan berbuih. Eih, satu jam, dua jam, sampai pulang, tak bermasalah dengan perutku. Akhirnya sesekali aku mencobanya, hanya dengan merk dan jenis itu.
Namun memang kopi itu harus diminum dalam kondisi tertentu. Kadang aku nyaman meminumnya, kadang juga tidak. Mungkin ada satu kondisi lelah yang tak tertanggungkan oleh kopi.
Awal tahun ini aku terbang ke Belitong. Di sana terkenal dengan kedai kopinya sebagai tempat bermasyarakat, bersosialisasi antar penduduknya. Aku mencoba minum kopi di saat sarapan di satu kedainya. Aromanya yang harum, dari bubuk kopi lokal yang dimasak terus menerus di tungku batu, menguarkan bau yang menggoda untuk dicicip. Dan ternyata, tidak bermasalah dengan perutku.
Aku jarang minum kopi kecuali butuh. Dan terkadang aku lebih memilih minuman lainnya untuk menjaga mata dari kantuk. Namun kopi-kopi lokal ini, yang dimasak dengan air mendidih, bukan dengan air dispenser, memang memberikan sensasi menggoda. Sehingga aku pun jadi rajin mencobai kopi-kopi lokal di tempat-tempat yang kudatangi.
Membaca buku ini membuatku merindukan lagi harumnya kopi. Bagaimana ia berada di gudang dan meraup segenggam biji kopi untuk dibaui, membuatku kembali ke gudang harum di belakang toko Kopi Aroma Bandung. Cara menikmati kopi dengan mencium dan menyesapnya sebagai teman diskusi membuatku percaya bahwa peminum kopi adalah pemikir. Bertualang mencari bibit kopi terbaik hingga Afrika dan Brasil, hingga sejarah moka yang berasal dari kota Mecca. Dalam beberapa cerita lain yang pernah kubaca juga dikisahkan bahwa kopi dibawa ke Indonesia oleh pedagang dari Arab.
Kopi yang tersaji dari rumah hingga gelas di warung atau di kafe mahal di sebuah pusat perbelanjaan memberikan gengsi pada lokasi meminumnya.
Tapi untukku tempat minum kopi hanya satu : di material berbahan gelas. Aku nggak suka kopi di cangkir kertas.
View all my reviews
Labirin Rasa : Beri Ruang untuk Hati Temukan Cintanya
My rating: 3 of 5 stars
Berhubung begitu banyak pembaca menulis terntang Kayla yang keriting dan jerawatan (sesaat ngaca, enggak ah, gak jerawatan) jadi aku mau melihatnya dari satu sosok yang nyebelin sepanjang bacanya. Iyah, Ruben. Cowok ganteng yang nyebelin ini menghiasi lebih dari separuh cerita buku ini. Eh, bukan sekadar hiasan, ding. Ia pangeran malah.. (lah, kalau pangeran sih pajangan ateuh..)
Pertama kali Kayla ketemu Ruben di kereta Jakarta - Jogja. Cowok yang digambarkan gantengnya mirip Adipati Dolken ini (menurut saya ya, kalau menurut kamu enggak ya sah-sah aja) berhasil memikat hati Kayla sejak pertama kali bertemu. Si Ruben ini sok kegantengan banget, mentang-mentang disuruh nganter-nganterin cewek ikal jerawatan, terus merasa dirinya lebih oke gitu dan asik menebar pesona. Padahal, dia kan bisa aja nggak mau temenan dngan alasan nganter-nganter pacarnya yang cantik bak pramugari itu.
Kan, dengan Ruben yang sok baik ke Kayla, bikin si cewek ini ngerasa yang enggak-enggak. Apalagi di umur segitu masa kuliah, kayaknya emang harus sah punya gandengan buat dibawa ke mana-mana. Potensi Kayla buat ge-er nih gede banget, apalagi kota wisata macam Jogja gitu kan, ditemani senyum Ruben pula yang sangat meruntuhkan iman.
Kedua ketemu Ruben lagi sesudah ia lulus kuliah, tentu saja Kayla sudah agak cakepan sesudah lulus kuliah. Mereka jalan bareng lagi waktu ke Medan, bahkan ke Danau Toba berdua. Ya ampuunnn... ini Ruben nyebelin lagi deh. Masa waktu jalan sama Kayla, dia masih sempet flirting kiri kanan, sih? Danau Toba itu indah loh, seharusnya menjadi lokasi yang tepat untuk menyatakan cinta, tapi apa yang Ruben lakukan?
Lagi-lagi dia tebar pesona dan sok yakin bahwa Kayla sudah begitu terikat dengan dirinya sehingga nggak mungkin lepas lagi. Ih, bodoh kamu mas! Cewek pejalan itu selalu hati-hati, nggak segitu gampangnya ngelepasin hati. Makanya kalau punya relationship, mau itu TTM atau HTS ya dijaga aja (eiyah, gak jelas juga) harus dimaintenance. Jangan mentang-mentang ngerasa cewek itu udah deket banget dan tergila-gila padamu, terus bisa dikasih sikap apa aja.
Dan di Jakarta akhirnya mereka jadian dong.. Walaahh butuh berapa tahun tuh buat menyadari bahwa Kayla yang dulu keriting dan jerawatan, udah menjadi wanita kantoran yang cakep. Sebel dong, kenapa ia baru ngeh Kayla pas udah cakep, yang selama ini jadi korban permainan hatinya. Nah sialnya, perubahan status dari HTS ke pacaran ini selalu bikin p-o-s-e-s-i-f. Kalau sudah kerja kan pilihan kesibukan orang cuma dua, sibuk dan sibuk banget. Kayla nggak sempet jalan-jalan lagi, gak sempet pacaran lagi, dan apa yang terjadi.. Ruben marah besar.
Emang sih kalau sudah pacaran, ada ekspektasi lebih daripada sekadar HTS-an. Pengen sering ketemu, pengen diperhatiin, pengen telfon tiap hari, pengen dikangenin, pengen diajak cerita bareng, ada ciuman ada temennya (masa sendiri, sih?) pengen.. yah, macam-macam deh.. betewe juga, hak dan kewajiban orang pacaran apaan sih ya sebenarnya? :D (lah, malah curcol).. dan terjadilah hal yang membuat Ruben menjadi cowok termenyebalkan sepanjang buku *ulek-ulek Ruben pake cobek*.
Saran buat cewek-cewek sih, kalau ada cowok yang semodel Ruben begini, hati-hati aja deh.. Memang nggak semua cowok ganteng itu nggak baik seperti nggak semua cowok jelek itu nyebelin, setidaknya yang ganteng nyebelin ini bisa dipelajari dari si Ruben ini. Cari trik dan siasat kalau pengen mendapatkan yang seperti ini. Kegantengan bukan selalu syarat sih, tapi bisa jadi bahan pertimbangan, haha. Dan cowok menyebalkannya nggak cuma satu di Labirin rasa. Ada banyaak.. kamu bisa lihat dan pelajari tipe masing-masing.
Ada David penggemar cewek seksi, ada Andy yang jutek, ada Patar yang protektif, bisa dipelajari lah tipe-tipe cowok dan upaya memenangkan hati. Eih, hati untuk dimenangkan? Emangnya kejuaraan?? Emangnya sayembara???
iya doongg, kan harus keluar dari labirin.. Untuk memenangkan Goblet of Fire. :))
"You came along. And I feel belonged. Giggling with plently happiness. Seizing the day business, I see the blue sky when you drop by. I don't know why but all of sudden, the flowers bloom and the images loom. I talk to an angel. I talk to you."
View all my reviews
Selasa, 13 Agustus 2013
Selama Kita Tersesat di Luar Angkasa: Kumpulan Cerita Absurd
My rating: 4 of 5 stars
Ketika terpintas kata absurd, what's on your mind? Sering dikategorikan sebagai aneh, menjadi absurd itu menyenangkan. Kenapa? Ya, kita kan nggak perlu mikir apa-apa, just let it flow. Setiap pembicaraan yang bertopik awal apa, bisa lari ke mana dan menyisakan sesuatu yang nggak perlu dikenang. Tapi entah ada saja yang teringat.
Pikirkan latar. Baca paragraf-paragraf awalnya. Kau akan terlingkupi sehingga terfokus pada ceritanya. Itu yang membuat ceritanya kuat, tidak seperti cerpen-cerpen soliter yang bisa terjadi di mana saja. Lalu menjadikannya khas, sehingga cerita yang tertuliskan sesudahnya menjadi istimewa, hanya cocok untuk latar itu.
Ambil acak. Mulai dari cerita yang disuka. Lalu melompat-lompatlah. Kamu tak akan benar-benar tersesat. Seperti Maggie menulis di catatannya. Yang tersisa adalah pertanyaan. Hidup bisa terus berjalan walau penuh tanya kan?
Terletak di ujung dunia, di mana hujan turun tanpa henti dan matahari terus bersembunyi di balik awan gelap, kota ini menelan, mengunyah, dan melepehkan segala macam warna hingga kusam tanpa nyawa. Merah, kuning, biru, hijau, jingga, ungu, semua tampak sama saja jika dibalut sendu. Hanya ada satu warna yang konstan di sini; yaitu abu-abu. Bahkan air laut yang mengelilingi tepian kota tampak keabuan. Begitu pula dengan langit yang memayungi serta tanah yang menjadi pijakan kami.
Seketika duniamu berpindah dari langit biru ke kota kelabu ini. Tersesat di dalamnya sampai tuntas, dan bertanya, kenapa ia tetap berdiam di situ?
Lalu beralihlah ke halaman 154, di sebuah ruang keluarga yang tenang. Hal unik tidak selalu di kehidupan yang unik. Hal ini bisa saja berawal dari kehidupan sehari-hari, yang selalu berulang setiap hari, di waktu yang sama.
Salina buru-buru menghabiskan sajian makan malam yang tersedia di atas meja sambil terus melirik ke arah jam dinding. Pipinya menggembung, penuh makanan. Ia mengunyah sekuat tenaga. Ibu memperhatikan gerak-gerik putri bungsunya dengan mata mendelik. "Makan yang benar," ujar wanita paruh baya tersebut. "Nanti tersedak. Nggak bisa napas."
Ambil buku ini beserta setumpuk kartu remi. Raih satu kartu acak secara tertutup. Cocokkan dengan urutan cerpen ini. Mulailah membaca.
Atau senandungkan lagu bintang kecil sambil jarimu menari di atas daftar isi. Ketika lagu berakhir, perhatikan di mana telunjukmu mendarat. Mulailah membaca.
Atau kau punya cara lain untuk mulai? Probabilitas itu matematis. Jangan selalu menyalahkan ketersesatan. Bahkan Alice pun memilih menyusuri Wonderland, alih-alih menyesali ketersesatannya. Di langit, banyak yang bisa dilihat. Bulan sabit semalam, atau hujan meteor di langit jernih hitam.
Cobalah, karena tak perlu cara normal untuk membaca cerita absurd.
View all my reviews
Unforgettable
My rating: 5 of 5 stars
berbicara dengan seseorang, tanpa memandang, siapa, apa, dan latar, itu menyenangkan. kamu bisa jujur kepada diri sendiri, tanpa menimbulkan impresi.
View all my reviews
Rabu, 24 Juli 2013
Surat Panjang Tentang Jarak Kita yang Jutaan Tahun Cahaya
My rating: 5 of 5 stars
Menutup buku ini, aku merasa sebagai seorang alien karena bisa menikmati ceritanya yang datar. Sambil melamun di tepi jendela, bercerita tentang kehidupannya yang naik turun, hilang, terbang, larut dalam pikiran.
Dear Mi,
Kau buka ceritamu dengan patah hati. Sesuatu yang mestinya terdengar sedih dan mengenaskan sebagai alasan kenapa surat-surat ini ada. Tapi kau tidak larut dalam kesedihan. Kau berusaha untuk membuatnya tidak tahu bahwa kau sedih ketika hatimu yang retak akhirnya hancur berkeping. Kau beranikan diri datang ke pernikahan itu dengan wajah palsu. Perasaan yang datar. Yang dituliskannya dalam cerita.
Dear Mi,
Aku melihat kau tidak membiarkan dirimu terombang-ambing. Mencari cercah keseharian yang menyita kesibukan. Mengisi hari untuk melupakan. Menikmati rutinitas, kejaran waktu, lalu larut dalam lelah untuk kembali memulai hari. Tapi bukan ini yang kau cari. Ini pelarian, karena sesungguhnya kau masih memikirkan dirinya.
Banyak hal konyol kulakukan bersamanya, terlepas dari tubuh kami yang sama-sama menua. Pada pertemuan kelima dan keenam, kami berpura-pura tak saling mengenal. Di mal dan galeri lukisan, kami berpencar membelah kerumunan, berintraksi dengan orang-orang yang tak kami kenal. Sejam kemudian, aku sudah menggandeng seorang pria, dan kau menggandeng seorang perempuan. Sebelum kembali bertemu, kami memastikan identitas orang-orang itu : apakah mereka lajang, usia mereka berapa, apa ada pekerjaan tetap dan lainnya. Setuntasnya, kami menuju tempat yang sudah kami janjikan. Disana, kami memperkenalkan pria dan perempuan yang tak kami kenal itu kepada satu sama lain dan menjodohkan mereka.
h.124
Dear Mi,
Kau mencintai lagi dalam hujan. Kau membuatku tersenyum membaca suratmu. Akhirnya kau temukan bahagiamu, semoga tuk selamanya. Lagu, puisi, tari, tulisan yang tak bisa banyak dibagi dulu, kini menemukan duetnya. Kau membuat hatimu berbicara, melayang, dan bercengkrama. Kau bahagia.
Dear Mi,
Ketika datang laramu, dan kau hanya bisa membawa ceritamu ke dunia absurd, dunia khayalan yang tak sengaja tercipta, imaji kegelapan yang kau tenggelami. Aku sedih. Aku ingin menolong tapi kau menjauh, kau membangun pagar di sekelilingmu agar cuma kau yang merasakan sakitmu.
Mungkin saat ini sebenarnya aku tidak sedang mencari-cari Tuhan -- atau mencari-carimu yang ada pada jarak jutaan tahun cahaya. Mungkin tidak mempertanyakan kepercayaanku. Aku hanya mempertanyakan separuh bagian dari diriku. Bahkan aku tak pernah mampu menemukan jalan untuk bernegosiasi dengan diriku yang angkuh itu. Tak pernah ada konsesi. Tak pernah ada kesepakatan.
h.216
Dear Mi,
Biarkan aku menolongmu. Kuajak terbang melihat bintang, ke mana tak ada lagi yang kehilanganmu dan merasa kau tinggalkan. Kuajak kau melalui asteroid untuk belajar melalui kerikil yang menghadang melayang. Kugandeng kau menyusuri nebula kabut susu untuk sebelum berpindah galaksi.
Suratku tidak panjang, namun aku ingin kuperpendek jarak sejuta tahun cahaya antara kita.
salam,
Alien.
kuharap malam ini, kita melihat purnama yang sama.
Judul: Surat Panjang Tentang Jarak Kita yang Jutaan Tahun Cahaya
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: 2013
ISBN13: 9789792296402
Harga: Rp 45.000
View all my reviews
Selasa, 23 Juli 2013
Kapitan Pedang Panjang
My rating: 4 of 5 stars
Namaku Lelananging Djagad, artinya lelaki yang amat lelaki atau sebutan lain untuk Arjuna. Aku lari dari keluargaku yang ningrat untuk mencari pengalaman hidup. Aku tidak mau disekolahkan ke negeri Belanda, negeri penjajah yang merampas harta negeriku. Aku menceburkan diri ke lautan, dengan nahkoda Kapten Darmo, dan kapalnya Sembrani, si pemilik Pedang Panjang. Kapten Darmo berkata bahwa Sembrani si kuda terbang akan menuntun jalannya di lautan. Jika sedang dalam keputusasaan, Sembrani akan muncul, dan menolongmu.
Aku bertempur melawan Belanda di lautan, sesaat sebelum kemerdekaan tanah air yang kucintai ini. Lepas dari tawanan tentara Belanda aku ditahan oleh Jepang, kaum kuning kecil yang datang dari timur dan ingin menguasai tanahku juga lautku. Semua demi kekuasaan. Diselamatkan Sekutu, aku merapat. Kembali ke Surabaya, menjejak tanah kembali. Dan bertemu dengan Kemuning, nenekmu, Laras.
Ombak bergulung-gulung. Gelap gulita, petir menyambar-nyambar. Padahal baru saja kami berjalan, kenapa sudah diterjang ombak seperti ini. Kapal Sembrani, demikian kuberi nama seperti Kapal Jung Jawa yang dulu dimiliki Kapten Darmo, bergoyang ke kiri kanan terempas ombak.
“Gulung layaaaar!” teriakku.
Satu per satu layar digulung dengan susah payah karena angin seperti menentangnya. Sebagai nahkoda pun aku tidak akan berfungsi banyak karena kemudi bergerak sendiri ke kiri dan ke kanan. Keadaan jadi gelap gulita, semua cahaya di kapal mati. Kami mati-matian mengeluarkan air dari kapal.
Ya, Gusti! Jangan biarkan kapal ini terbalik!
(h.86)
Namaku Laras Maharani Djagad. Aku orang tua tunggal yang sedang membaca buku harian kakekku. Hidupku tidak bisa dibilang normal. Aku mengejar cinta seorang Rain, yang kukenal dan berpisah, dan berusaha merebut cintanya. Aku tahu Rain ada, dan bersamaku, tapi apakah hatinya untukku? Sementara aku terus membangun karirku, bepergian ke luar negeri, untuk memantapkan hatiku apakah aku memilihmu, Rain. Tapi apakah kau memikirkanku di kala aku memikirkanmu? Apakah kau bisa menerimaku dan Rose, yang juga merindukan seorang ayah?
Ada garis hidup yang harus dijalani. Ada kebetulan yang mungkin terjadi. Ada kaitan yang di luar nalar kita. Ada petunjuk yang datang dari mimpi. Masa lalu dan masa kini, tak berbeda, hanya dipisahkan oleh hitungan waktu. Ada doa yang harus dipanjatkan. Pedang warisan ini harus berjalan ke mana ia harus berada. Ini adalah jalan pedang mencari tuannya.
Ketika saatnya lepas, maka harus ikhlas. Karena takdir sudah menyuratkan demikian.
Aku membaca buku dengan plot baju mundur yang menarik. Mengenang petualangan Djagat, meriuh dengan pelarian Laras. Mengikuti ombak dan Sembrani Djagat, dan gemuruh hati Laras. Mereka sama-sama kuat dalam dunianya masing-masing. Dalam perjuangan, atau dalam pesta. Masalah itu bisa dibuat, bisa juga tak terprediksi. Namun bahagia itu diciptakan.
View all my reviews
Siluet dalam Sketsa
My rating: 3 of 5 stars
Ada kekhawatiran ketika membaca sebuah antologi cerpen. Kekhawatiran bahwa tidak semua ceritanya bagus dan aku suka. Apalagi ini. Ada 12 penulis yang bergabung dan menyuarakan isi hatinya dalam cerita.
Semuanya tentang laki-laki, makhluk yang menurut perempuan meresahkan dan terkadang bikin masalah. Yang menyenangkan bila mencinta dengan ucapan puji semanis madu. Cerita dari berbagai sudut. Awal-awal cerita terasa beberapa cerpen terlalu lambat atau terlalu cepat.
Beruntunglah, cerita Arnelis berjudul Penghulu bisa memikat hatiku. Kisah seorang penghulu menghadapi lelaki amat muda yang jatuh cinta pada anaknya. Aku juga suka Lelaki dari Utara tulisan Indah Ariani.
Namun lama-lama kami jadi mahir melakukan apa yang sebelumnya sulit kami pahami. Aku mulai bisa membaca arah mata angin, dan dia mulai membaca bibir dan hati dengan baik. Tapi hanya arah mata angin, bibir, dan hati kami berdua. Itu saja akhirnya.
Aku juga suka Kembang Kitiran dari Nina Samidi. Dalam perumpamaan penari, perempuan akan mengabarkan dunia kalau ia jatuh cinta, sementara lelaki akan menyimpan baik-baik perasaannya. Kalau perlu merahasiakannya. Dang! Seperti benar adanya begitu.
Makin halaman belakang cerpen-cerpennya juga bagus, tidak terpatok pada ending cerpen yang selalu kejutan walaupun tetap ada satu dua yang seperti itu. Aliran katanya renyah dengan bahasa kenes, juga ada dengan renungan tokoh yang tidak paham dirinya.
Sketsa itu kini tergantung di dinding ruang kerjaku. Dengan memori yang masih kuat terpatri di benak, kubuat gambar dirinya di dalamnya.
View all my reviews
Jumat, 28 Juni 2013
The Notebook
My rating: 4 of 5 stars
present : when we dance ~ sting
If he loved you
Like I love you
I would walk away in shame
I'd move town
I'd change my name
When he watches you
When he counts to buy your soul
On your hand his golden rings
Like he owns a bird that sings
When we dance, angels will run and hide their wings
peringatan untuk buku ini, jangan dibaca ketika sedang bad mood. bacalah ketika perasaanmu tenang, bahagia, dan selalu diliputi cinta. eih, lalu cinta harus dicari ya? bukan. tepatnya cinta itu harus diperjuangkan. keberanian yang membuat cinta itu ada. cinta yang ditemukan menghantui dan dikorek kembali.
The priest has said my soul's salvation
Is in the balance of the angels
And underneath the wheels of passion
I keep the faith in my fashion
When we dance, angels will run and hide their wings
I'm still in love with you
[I'm gonna find a place to live
Give you all I've got to give]
When we dance, angels will run and hide their wings
When we dance, angels will run and hide their wings
Ally dan Noah yang terperangkap cinta musim panas mereka di usia remaja, dan terpisah tanpa kabar, mulai memikirkan satu sama lain ketika beranjak di umur 30-an. ketika usia paling rawan galau adalah 30-an, itu benar adanya. saatnya untuk memikirkan bukan hanya bunga-bunga cinta, namun juga belahan jiwa teman menghabiskan sisa hidup bersama. ketika semua kegembiraan ternyata hampa, dan saat paling bahagia adalah bersamanya.
If I could break down these walls
And shout my name at heaven's gate
I'd take these hands
And I'd destroy the dark machineries of fate
Cathedrals are broken
Heaven's no longer above
And hell fire's a promise away
I'd still be saying
I'm still in love
He won't love you
Like I love you
He won't care for you this way
He'll mistreat you if you stay
“Poets often describe love as an emotion that we can't control, one that overwhelms logic and common sense. That's what it was like for me. I didn't plan on falling in love with you, and I doubt if oyu planned on fallin gin love with me. But once we met, it was clear that neither of us could control what was happening to us. We fell in love, despite our differences, and once we did, something rare and beautiful was created. For me, love like that has happened only once, and that's why every minute we spent together has been seared in my memory. I'll never forget a single moment of it.”
Come and live with me
We'll have children of our own
I would love you more than life
If you'll come and be my wife
When we dance, angels will run and hide their wings
When we dance, angels will run and hide their wings
When we dance, angels will run and hide their wings
When we dance, angels will run and hide their wings
cinta pertama dan selamanya itu ada, seperti cinta Noah pada Ally. sederhana, walau tak mudah untuk didapat. hanya beberapa orang teristimewa yang mendapatkannya. bila kamu termasuk yang mendapatinya. bersyukurlah. namun jika tidak, kamu akan tahu jika kamu bertemu orang yang tepat. seseorang yang akan membawa hampamu terbang. seseorang yang akan melepas rasa sakitmu. seseorang yang bersamanya kamu merasa tenang, bisa bercerita apa saja, bisa berbagi apa saja. seseorang yang membuatmu tidak berpura-pura. seseorang yang berkata jujur tentangmu. seseorang yang memujimu apa adanya. cinta tidak datang karena biasa. cinta datang karena luar biasa.
I'm gonna love you more than life
If you will only be my wife
I'm gonna love you more than life
If you will only be my wife
I'm gonna love you night and day
I'm gonna try in every way
(I had a dream last night
I dreamt you were by my side
Walking with me baby
My heart was filled with pride
I had a dream last night)
View all my reviews
Perempuan Hujan
My rating: 4 of 5 stars
Lelaki itu bertanya pada si perempuan,”Apa yang membuatmu suka padaku?”
Perempuan itu hanya diam, dan menatap dalam pria yang ada di sampingnya. Tidak, aku tidak tahu. Aku hanya tahu aku menyukaimu ketika melihatmu. Perempuan sering tidak bisa mengungkapkan apa yang ada dalam hatinya. Mungkin perempuan itu pemalu?
Perempuan sering membiarkan hatinya disakiti tanpa si lelaki perlu tahu. Ia memendam dalam-dalam dan tetap membiarkannya dalam senyuman. Ia hanya ingin lelaki ini bersamanya, tanpa alasan lain. Bodohkah si perempuan? Mengapa ia tetap membiarkan dirinya didera karena cinta?
Semuanya tentang kepasrahan. Tentang nasib. Tentang jalan hidup yang dipilih karena cinta. Tentang hati yang ternyata mengendalikan. Cemburu yang tidak berhak. Tidak ada yang tahu apakah yang dicintai adalah orang yang benar.
Aku mungkin mencintaimu. Untuk saat ini.
Entah esok atau kemarin.
Siapa yang bisa mematahkan hati yang telah berkeping?
Hujan itu tangis. Meluncur diam-diam tanpa firasat.
View all my reviews
Selamat Datang di Pengadilan
My rating: 4 of 5 stars
Aku memilih membaca buku ini di tanggal 20 Mei 2013, 15 tahun sejak peristiwa turunnya rezim Suharto yang menguasai Indonesia selama 32 tahun. Cerpen-cerpen yang ditulis sekitar tahun 1999 ini padat dan memberontak, melayangkan lagi pikiran ke tahun-tahun sebelumnya, ketika pemikiran idealis dikekang atas nama kepentingan, dan banyak tuduhan dijatuhkan tanpa bukti.
Banyak cerita dengan latar dunia kemahasiswaan yang harus sering mengalah terhadap kepentingan penguasa pendidikan ini, membuat mahasiswa tidak bisa lugas menyuarakan pikirannya, mengingatkan kembali masa-masa bersitegang dengan dekan, ketika kegiatan-kegiatan mahasiswa seringkali dihentikan tanpa ada alasan jelas, ataupun 'diarahkan' apa yang diminta oleh 'atas'.
Namun tak hanya itu, di cerpen-cerpen ini juga disisipi berbagai cerita asmara yang lucu dengan judul yang genit, Pacarku seorang Penyair atau Pacarku seorang Asisten Dosen tentang kisah kekasih yang mencintai apa yang dikerjakannya. Juga lewat Dan Jadilah ia Wartawan belingsatannya seorang gadis dalam menunaikan tugas liputan sementara pacarnya kencan dengan gadis lain. Namanya juga mahasiswa, pasti banyak pasang surut cinta.
Di cerpen Epitaph atau Suatu Malam di Gelap Timur, dijumpai juga gadis-gadis yang kuat dan tak mudah menyerah memperjuangkan apa yang dicita-citakan. Hingga nasib mempertemukan lain, menggugat rasa ketidakadilan yang terpaksa diterima. Laki-laki, pendamping mereka berusaha untuk menghadapi kenyataan yang ada.
Selamat Datang di Pengadilan adalah gugatan perjuangan anak muda yang gelisah pada keadaan di sekeliling yang berupaya mengikatnya, untuk melepaskan diri dari kebenaran kolektif yang dianggap normal.
“Tapi pers berperan besar, Pak. Di sinilah public opinion terbentuk. Itu mengapa saya tertarik mengambil ini,” ujarku bertahan.
“Ingat, Dan. Sudah berapa tahun kamu kuliah. Kamu mau terus idealis atau realistis?”
Mati aku.
Aku tak mengerti dengan dosen-dosen di fakultas. Begitu ada mahasiswa yang menelurkan ide nyeleneh, justru ditantang dengan realitas.
“Ini masalah sensitif, Dan!”
Huh!
[h.61~ Generasiku, Generasi Borjuis]
View all my reviews
Korupsi
My rating: 4 of 5 stars
Aku sering heran melihat orang yang tidak beralasan tetapi malah korupsi. Sudah punya rumah, mobil, istri, tetap saja berkorupsi karena iri hati melihat orang-orang di sekitarnya yang tampak lebih makmur. Mungkin karena korupsi itu adalah dosa kebanyakan, dosa bebarengan, sehingga dibilang, "ah, dia saja melakukan tidak apa-apa, kenapa kita tidak korupsi juga?"
Sementara itu, kenapa juga orang miskin berkorupsi. Karena kekurangan, karena ada kesempatan, karena memang membutuhkan untuk memperpanjang hidupnya. Namun sayang, ketika uang panas itu dipakai, selalu tidak bertahan lama. Selalu hanya ada sebentar kemudian lenyap habis juga untuk hal-hal tak berguna. Selalu ada rasa salah ketika memberikan uang hasil korupsi untuk hal-hal yang baik. Seakan uang itu hanya berguna untuk pemenuhan kebutuhan-kebutuhan yang tidak penting. Bukankah seharusnya masih bisa hidup dengan hasil yang biasa?
Upeti, nilep, apapun itu bagian dari korupsi. Sudah sekian lama di Indonesia. Bahkan Pramoedya yang menuliskannya sejak dulu masih relevan dibaca sampai sekarang. Novel ini juga yang mengilhami Tahar Ben Jelloun untuk menulis cerita Corruption di negaranya.
Berita-berita di televisi hingga hari ini tentang korupsi masih menyakitkan hati rakyat Indonesia. Tidak pernah berkurang, malah semakin ditambah-tambahi. Just wonderring, kapan hilang korupsi dari negara kami?
View all my reviews
Madame Bovary
My rating: 4 of 5 stars
Dari semua cerita perselingkuhan yang kubaca, Madame Bovary ini juaranya. Dan semua orang yang benci buku perselingkuhan pasti ingin menampar Emma.
Punya suami dokter, yang cukup tampan, kalem, sangat cinta, namun menurutnya membosankan. Emma butuh petualangan-petualangan gila, mengeluarkan hasratnya yang meledak-ledak. Emma ingin menjadi bagian dari sosialita yang gemar pesta dan membahas soal sastra, sementara suaminya puas cukup tinggal di desa.
Perselingkuhan pertamanya dengan Rodolphe, tetangganya yang playboy dan kaya, yang berhasil menaklukan nyonya bimbang ini ke dalam pelukannya. Ia memberikan Emma perhatian hangat dan kejutan-kejutan gombal yang membuat Emma tergila-gila padanya. Sayang Emma melakukan kesalahan fatal, ia menjadi posesif dan menuntut Rodolphe untuk dirinya, sementara ia tak bisa memberikan dirinya seutuhnya. Lelaki ini pun meninggalkan Emma.
Perselingkuhannya yang kedua dengan seorang teman keluarga, pengacara Leon, berlangsung terus menerus. Emma tergila-gila pada pria ini yang jatuh cinta mati-matian kepadanya. Skandal ini membawanya terpuruk dalam genangan hutang yang menumpuk untuk menutupi kebohongannya. Ia jatuh bangkrut, dan tetap mengulangi kesalahan yang sama. Ia posesif terhadap waktu-waktu Leon, menginginkan Leon hanya untuknya. Lelaki, semakin dipaksa akan semakin gerah.
Charles Bovary, yang tidak tahu menahu kelakuan istrinya, hanya sabar menjalankan prakteknya, tidak tahu bahwa ia digerogoti. Ia terlalu memuja perempuan yang sebenarnya membuatnya menderita itu. Ia terlalu bodoh, atau tidak peka.
Semuanya menderita. Namun tidak ada yang perlu dikasihani dari Emma. Ia egois. Hanya mementingkan dirinya sendiri. Ia hanya memperturutkan nafsunya. Tak ada pertimmbangan. Bodoh, kecerdasan hanya dimanfaatkan untuk hasrat. Pada akhirnya lelakilah yang mempermainkannya.
View all my reviews
Emilie Jawa 1904
My rating: 4 of 5 stars
Eropa-batavia 1904.
Seorang perempuan dengan suaminya bertugas di Batavia tahun 1904. Jaman ketika Belanda menerapkan politik etis di Indonesia, yang dijajahnya selama bertahun-tahun. Emilie berangkat naik kapal laut dan melalui perbagai pelabuhan-pelabuhan di Asia Tengah dan Timur. Perjumpaan-perjumpaannya dengan orang-orang Eropa yang sama-sama bertugas ke Timur Jauh tidak mengendurkan semangatnya untuk mempelajari eksotisme Timur walaupun orang-orang itu sudah memperingatinya akan hal-hal buruk yang mungkin terjadi di Hindia Belanda.
Cerita ini bagaikan sebuah catatan harian, yang ditulis dengan begitu rincinya mulai dari keberang 6 2 atan kapalnya, pelabuhan-yang disinggahi, hotel-hotel yang ditinggali, restoran-restoran di sudut Colombo, sampai rumah candu di Singapura yang membuat Emilie tersesat karena ada huru hara di antaranya. Emilie tidak melihat adanya perbedaan dari Eropa hingga Asia karena semua hal yang ia terima selalu dengan gaya Eropa. Padahal ia ingin sekali mempelajari hal lokal yang ada di tempat-tempat yang ia singgahi.
Emilie menceritakan hari-harinya tinggal di Batavia, intrik politik yang terjadi antar penguasa, pembagian kelas antara orang Eropa dan pribumi lokal yang menurutnya aneh. Di sini didapat gambaran tentang kota ini di masa lampau, termasuk daerah Pecinan Glodok yang sudah terkenal sejak masa itu. Gaya sosialita nyonya-nyoya Eropa masa itu pun diceritakannya. Emilie merasa tertekan karena ia tidak bisa mengungkapkan pendapat-pendapatnya karena ia seorang perempuan. Suaminya Lucien pun merasa gamang karena mereka sendiri berkebangsaan Perancis namun bekerja untuk pemerintah Belanda, yang prinsip berpikirnya berbeda.
Ia memberontak lari, mendapati petualangan dalam cinta, yang membuatnya menyadari bahwa bangsa Eropa di tanah Hindia adalah ilusi, seharusnya tidak berada di situ karena mereka tidak pernah mencintai tanah itu, hanya demi tugas dan kedudukan saja. Apa yang ia pilih?
“Kolonialisme haruslah menjadi kebanggaan kaum humanis. Kaum pribumi harus didorong untuk berevolusi ke arah yang berkesesuaian dengan takdirnya, sejalan dengan pikiran bangsa dan lingkungannya.” (h.120)
Apakah benar?
View all my reviews
Selasa, 26 Maret 2013
Six Suspects
My rating: 5 of 5 stars
"Negeri kami aneh dan tak terduga. Kau bisa bertemu orang-orang terbaik di dunia serta yang terburuk di sini. Kau bisa merasakan kebaikan hati tanpa tanding dan menyaksikan kekejaman luar biasa. Untuk bertahan hidup di sini, kau harus mengubah cara berpikirmu. Jangan percayai siapa pun. Jangan andalkan siapa pun. Di sini kau sepenuhnya sendirian."
Di India, tingkat korupsi dan kolusi demikian tinggi sehingga kesalahan seseorang yang berjabatan tinggi bisa jadi tidak salah sama sekali. Aku curiga jangan-jangan banyak pejabat Indonesia yang studi banding ke India untuk mempelajari cara-cara lihai meloloskan diri dari tuduhan dengan jalan pemalsuan fakta, puntiran undang-undang, maupun menyingkirkan orang-orang baik. Saking banyaknya kejahatan terorganisir di Indonesia, sampai sulit untuk mempercayai satu pun pejabat yang suka menebar janji palsu. Yang mungkin belum dipelajari di India mungkin bagaimana merelakan membuat bom bunuh diri untuk membunuh pimpinan negara. Sepertinya orang Indonesia masih penakut soal ini. Masih lebih suka sok-sokan cari popularitas dengan jadi narasumber di televisi, bantai sana bantai sini lewat ketajaman mulut, and do nothing.
Cerita diawali dengan tewasnya Vicky Rai, seorang pengusaha muda yang playboy, menjalankan bisnisnya dengan darah, menggunakan pengaruh ayahnya yang Menteri Dalam Negeri untuk menghalalkan jalannya, dan sederet prestasi buruk lainnya.
Vicky ditembak di rumah peristirahatannya, tempat ia mengadakan pesta yang merayakan kebebasannya dari vonis penjara atas pembunuhan terhadap Ruby Gill di depan banyak mata di sebuah pesta sebelumnya karena mahasiswi doktoral yang sedang bekerja paruh waktu itu menolak menghidangkan wiski padanya. Ada 6 orang yang ditahan karena membawa senjata api di pesta ini. Sambil menunggu laporan balistik, Vikas Swarup mengisahkan motif masing-masing dari 6 tersangka yang dilihat dari wawancara Arun Advani, seorang jurnalis kriminal.
Ada Shabnam Saxeena si aktris terbaik India yang berulang kali dirayu Vicky, Munna Mobile si spesialis pencuri ponsel yang berkeliaran di pesta Vicky, juga Eketi pria dari kepulauan Andaman yang dicurigai tergabung dengan kelompok Naxalite yang ingin menguasai India, Larry Page seorang pria Amerika yang jatuh cinta pada Sabhnam Saxeena, Mohan Kumar yang dirasuki arwah Mahatma Gandhi dan membenci ketidak adilan atas vonis bebas Vicky, bahkan Jaganaath Rai, ayah kandung Vicky sendiri yang menuduh skandal anaknya akan menghancurkan karier politik yang ia bangun bertahun-tahun.
Di luar dari mereka berenam, banyak sekali orang yang membenci Vicky Rai. Sepak terjangnya dari berbagai bisnis banyak yang menumpahkan darah dan kesewenang-wenangannya pada rakyat kecil, membuat berita kematiannya menjadi hot gossip di negeri itu.
Vikas Swarup membangun cerita ini menjadi asyik, dengan membuat tiga bagian cerita berupa latar belakang, motif, dan pengakuan. Tidak menegangkan namun mengasyikkan untuk dibaca. Apalagi membacanya di tengah skandal kasus Rasjid Radjasa yang diputus bebas (karena menyandang nama Radjasa?) seperti melihat cerminan kasus yang mirip karut marutnya di negeri kita, yang korupsi juga masih tumbuh subur seperti India.
Seperti White Tiger-nya Aruvind Adiga yang juga mengulik busuknya pemerintahan India, Swarup juga menelanjangi bobroknya melalui banyak percakapan-percakapan Jaganaath Rai dan Mohan Kumar yang membuat geram dan jijik pada orang-orang pemerintahan. Swarup juga memotret banyak wilayah kumuh India melalui perjalanan keliling India oleh Eketi, juga kehidupan Shabnam aktris India papan atas nomor tiga setelah Aishwara Rai dalam menjalani hari-harinya.
Buku ini adalah buku pertama tahun ini yang bisa membuatku terjaga sampai jam setengah tiga pagi karena penasaran dengan tersangka akhirnya. Walaupun tak penting, karena toh Vicky Rai sudah mati juga, namun hasil sedih maupun gembira pasti ada. India yang melatari cerita ini membuat karya ini menjadi unik.
Vikas Swarup adalah novelis kelahiran India yang terkenal oleh novel Q & A yang difilmkan dengan judul Slumdog Millionarie dan meraih piala Oscar.
View all my reviews
Pergilah Ke Mana Hati Membawamu
My rating: 4 of 5 stars
Ketika jalanmu bercabang kau berpapasan dengan kehidupan lainnya. Berkenalan atau tidak dengan mereka, terlibat dengan mereka atau membiarkan mereka lewat begitu saja, semua itu tergantung semata-mata pada keputusan sesaat. Meskipun mungkin kau tidak mengetahuinya, hidupmu dan hidup orang-orang yang dekat denganmu dipertaruhkan saat kau memilih untuk berjalan lurus atau berbelok.
Aku tertarik buku ini karena judulnya. Menurutku judul "Pergilah ke mana hati membawamu" ini adalah kalimat yang indah apalagi jika dibandingkan dengan judul terjemahan inggrisnya yang (hanya) "Follow your heart".
Aku sering berbicara dengan hatiku. Terjadi di mana saja. Di jalan, di rumah, di tempat kerja, dalam berbagai kegiatan. Sering ada sesuatu yang menyeruak hatiku dan meninggalkan ruang kosong di sana. Aku sering tahu-tahu sedih dan menangis, yang kadang kupertanyakan lagi, kenapa masih? Rupanya walaupun di luar di kulit tampak sedemikian kuat dan kerasnya, namun perasaan hati tak bisa berbohong. Satu kilatan memori bisa membawamu ke tahun-tahun yang telah lampau, yang walau tak pernah kusesali, tapi ternyata meninggalkan rongga yang cukup dalam.
Selalu ada hati yang ikut andil untuk menentukan semua keputusan. Selalu ada firasat-firasat yang tak terlogika namun dibenarkan oleh hati. Seperti sesuatu yang memberi petunjuk padamu ini benar atau ini salah. Ini benar tapi ditinggalkan atau ini salah tapi diteruskan. Begitulah bicara dengan hati. Hati yang jujur akan menunjukkan jalan pada keputusan yang (semoga) tak disesali.
Surat-surat Olga pada cucunya membayangkanku pada kemungkinan mamaku menulis surat itu pada anakku. Ia suka bercerita, aku suka bercerita, dan mamaku suka bercerita. Dulu di masa remajaku aku jarang bercerita pada mama. Aku tumbuh menjadi seseorang yang "mencari jati diri". Mama membiarkan aku asal bertanggung jawab. Tanpa disadari, aku tumbuh menjadi seperti dirinya, yang keras dan selalu teguh pada tujuan. Dulu kami sering bertengkar karena kami sama-sama keras kepala. Mungkin seperti Olga dan Ilaria di buku ini.
Sekarang, setelah aku dan mama melewati masa-masa sulitku, aku sering melewatkan akhir pekan dengan mengobrol dengan mama. Aku bercerita tentang tempat-tempat yang kudatangi, dan mama juga bercerita tentang rencana-rencana perjalanannya. Rasanya lebih mudah dan ringan. Walau aku tahu, bahwa mama adalah pengisi kekosonganku, namun bukan penggantinya.
Sering kulihat, mama mengobrol dengan anakku. Beruntungnya ia tak seperti cucu Olga yang disuratinya ini. Tapi kudengar, mama banyak mengajarkan bagaimana bertindak dengan hati. Bagaimana ia mengajari anakku sekolah, bagaimana ia selalu bercerita tentang diriku, bagaimana sosok kecil itu tumbuh menjadi seseorang yang welas asih namun kuat.
Dan aku percaya, semua yang dikerjakan dengan hati, akan membawa kita ke keputusan-keputusan yang dipercaya. Kesalahan bukan untuk disesali terus menerus, tetapi sebagai pelajaran. Tidak semua bentuk kehidupan itu normal, namun kita bisa belajar untuk hidup berdampingan dengan kekosongan.
View all my reviews
Brida
My rating: 3 of 5 stars
Malam ini, 21 maret 2013, adalah hari equinox, titik balik matahari. Di belahan dunia sana, penyihir sedang menginisiasi seseorang yang harus memilih untuk mencari Pasangan Jiwa atau Cinta.
Seandainya Pasangan Jiwa itu benar ada, seberapa lama kau akan menelisik mencarinya? Tidak selamanya kau bersatu dengan seseorang yg ditandai sebagai Pasangan Jiwamu, karena kau sibuk mengejar Cinta. Sementara mengejar Cinta pun tak salah, karena penuh gairah dan keniscayaan, lepas dari si Pasangan Jiwa. Pilihanmulah yang menentukan siapa yang layak diperjuangkan. Sampai kini pun, aku masih belum tahu.
"Tidak ada hal yang betul-betul salah. Bahkan jam rusak pun benar dua kali dalam sehari."
View all my reviews
Sejarah Singkat Traktor dalam Bahasa Ukraina
My rating: 4 of 5 stars
hasil memasang tampang memelas pada @bebekandre di IRF 2012. dikasih juga..
View all my reviews
Pengakuan: Eks Parasit Lajang
My rating: 4 of 5 stars
Setiap kali mengobrol dengan sekumpulan ibu-ibu di suatu acara keluarga, selalu muncul obrolan soal jodoh seseorang, pernikahan, anak, dan hal-hal lain sejenis. Seolah-olah pencapaian perempuan paling berhasil adalah menikah, dan punya anak lelaki dan perempuan. (Coba kalau anaknya perempuan semua, pasti masih ditanyain,”Nggak mau nambah jagoannya, nih?” Walaupun anaknya sudah tiga perempuan.) Pertanyaan kapan menikah, kapan punya anak, kapan nambah, cuma berakhir ketika kamu punya anak lelaki dan perempuan.
Lama-lama hal ini menjadi salah satu pertanyaan yang menjadi budaya perkenalan. Bukan hanya di kalangan keluarga, dari seseorang yang kamu baru kenal di bis antarkota pun muncul pertanyaan itu sesudah rentetan pertanyaan dan dijawab sudah punya anak satu. “Nggak nambah?” Ya ampun! Ini mau tahu aja atau mau tahu banget sih? Who are you anyway? Dan aku pun langsung ilfil malas melanjutkan percakapan.
Aku berterima kasih sekali pada Ibu Kartini yang terkenal sehingga membuat perempuan bisa melek ilmu pengetahuan, mendapatkan pengajaran yang sama dengan lelaki, sehingga bisa tetap menghidupi dirinya sendiri, walaupun lajang. Iya, menjadi lajang tidak ada salahnya kok. Selama punya achievement atau interest yang membuat ia menjadi dirinya sendiri, tidak ada yang salah dengan melajang. Prestasi seorang perempuan yang melajang sama hebatnya dengan ia yang memutuskan berumah tangga dan mengurus anak-anaknya.
Kalau dilihat dari cerita di buku ini, Ayu Utami tidak benar-benar 'lajang', ah. Ia hanya tidak menikah, namun memiliki kekasih yang siap menemaninya berbagi banyak hal seperti seseorang yang menikah juga. Bedanya hanya tidak tinggal bersama, sehingga tidak ada masalah-masalah bersama yang timbul seperti kalau orang hidup bersama baik sebagai suami istri maupun bukan suami istri.
Membaca kehidupan seksnya yang dahsyat itu, rasanya tidak benar kalau ia menyebut dirinya lajang. Ia hanya tidak menikah sah saja. Namun kalau membaca bahwa ia bebas menentukan keputusannya sendiri, tidak diatur-atur kekasihnya, benar juga. Ia lajang. Ia menjadikan dirinya sebagai subyek, bukan hanya sebagai objek pasangan laki-laki yang menjadi kekasihnya.
Melihat Ayu yang menentukan dengan siapa ia ingin bercinta ketika berusia 20-an, aku masih menganggap ini bukan anjuran untuk berhubungan seks pada usia dini, tapi melihat bahwa ini salah satu yang disimbolkan bahwa perempuan bisa memilih apa yang ia inginkan, bukan karena desakan keluarga atau dorongan hasrat atau karena kondisi teman-teman yang punya pasangan. Pilihan perempuan untuk menjadi perawan hingga ia menikah, ataupun menjadi tidak perawan. Pilihan itu harus bertanggung jawab, kan?
(walau demikian, aku akan mengijinkan anak perempuanku memilih apa saja asal bertanggung jawab ketika ia dewasa nanti, tapi soal keperawanan ini, aku menganjurkan sesuai ajaran agama saja)
Ada kalanya orang memutuskan untuk melajang karena banyak hal, misalnya : laki-laki memang menyebalkan, malas diatur-atur, ingin keliling dunia, tidak ingin punya anak, ingin bebas, tidak ingin menyandang nama suami, dan hal lain. Ini tentu di luar pilihan bahwa memang tidak ada laki-laki yang bersedia menjadi teman hidup, seperti halnya kedua bibi Ayu yang akhirnya tua menjadi pendengki dan sirik karena tidak menikah, terpengaruh hukuman sosial yang dijatuhkan masyarakat kepada mereka karena mereka tidak menikah. Apakah lebih baik memandang melajang itu sebagai sebuah pilihan, daripada nasib? (Itu juga kalau mentalmu cukup kuat untuk mengakuinya sebagai pilihan).
Padahal rasanya lucu juga, banyak orang di awal 20-an sudah memiliki impian untuk tidak melajang, tapi ketika mereka memasuki umur 30-an dan sedang mengasuh anak yang sedang lucu-lucunya, tapi membaca status teman-temannya di facebook (yang masih lajang) yang masih bisa jalan-jalan ke mana-mana, ikut kegiatan ini itu, lalu timbul komentar : iri deh, bisa ngapa-ngapain. Sementara si teman yang lajang mulai gerah dengan pertanyaan kiri kanan : kapan menikah dan berpikir, kapan nih punya pasangan??
Nah, jadi sebenarnya nggak ada yang perlu diiri-irikan, kan? Semua pada posisinya sama-sama ada enak dan nggak enaknya. Nggak semua perempuan punya pasangan menikah yang begitu pengertiannya sampai bisa tetap menjalankan kegiatan ala lajangnya itu ketika ia sudah menikah.
Tapi menurutku, perempuan harus punya sesuatu achievement yang membuat ia harus selalu dihargai, bukan hanya dihargai sebagai bagian dari ajaran moral dan agama, namun sesuatu yang benar-benar berarti, yang bisa menopang dirinya sendiri tidak tergantung pada ada tidaknya pasangan pada dirinya. Seperti ayam betina atau kucing betina atau betina lain yang tetap mencari makan untuk anak-anaknya sementara ia juga harus mengurusnya (dan ayam jantan tetap berkokok, serta kucing jantan tetap berburu tikus), sepertinya perempuan memang sudah seharusnya bisa melakukan segalanya, lajang atau tidak lajang. Tidaklah salah menjadi lajang, senikmat dengan mereka yang memutuskan menikah. Seperti juga menikah pun punya hal-hal positif yang diambil bukan sekadar tuntutan tradisi, dan membuat kondisi normal buat kebanyakan opini. Lalu kalau perempuan bisa segala hal, buat apa lelaki? #eh
"Tapi percakapan hari itu memberiku pelajaran besar tentang lelaki dan perempuan. Yaitu bahwa ada yang tidak beres dengan nilai-nilai masyarakat. Nilai-nilai yang mengharuskan lelaki menjadi pemimpin perempuan. Lelaki dibebani tuntutan tidak proporsional untuk menjadi lebih dari perempuan. Akibatnya, lelaki jadi gampang minder. Dan perempuan dibebani tuntutan tak adil untuk merendahkan diri demi menjaga ego lelaki. Itu sungguh tidak benar dan tidak adil. Sampai dewasa, sampai hari ini, aku tetap mengatakannya itu sungguh tidak benar dan tidak adil." h.151
View all my reviews
Jumat, 01 Maret 2013
Si Parasit Lajang
My rating: 4 of 5 stars
Aku suka tulisan Ayu Utami. Banyak juga temanku yang tidak suka. Kebanyakan malah laki-laki. Aku curiga, jangan-jangan mereka menjadi merasa bodoh karena Ayu banyak menuliskan dominasi perempuan sebagai tokohnya. Eh, yang sangat mendominasi di Saman, sih. Beberapa orang yang banyak membaca itu tidak suka tulisan Ayu di sini karena dianggap terlalu vulgar. Menurut aku tingkat vulgarnya biasa-biasa aja, sih. Yang dituliskan kejujuran, namun tidak genit. Ia mengutarakan apa yang ada di kepalanya, dari sudut pandang perempuan biasa. Perempuan yang biasa menerima pertanyaan, “Kenapa tidak menikah?”
Haha, kalau dipikir sebenarnya banyak perempuan yang ingin teriak seperti ini. Kalau belum menikah kenapa? Masalah? Lalu harus mendengarkan pendapat-pendapat mestinya begini, mestinya begitu dari orang-orang yang merasa hidupnya sudah sempurna. Seolah tidak punya pasangan adalah hal yang harus dijeritkan oleh perempuan di atas 30 tahun. Nggak menikah saja. Simpel kan. Dan kehidupan orang yang tidak menikah juga bukan tidak serumit orang menikah juga. Bedanya kan ia menghadapinya sendirian. Tapi selama masih punya teman-teman yang menyayangi, contohnya seperti Sahal, apa yang ditakutkan?
Aku pernah punya buku ini dengan sampul biru yang lama, kemudian tidak pernah kembali ketika dipinjam teman yang menjadi single sesudah menikah (tahu artinya?) kemudian menghilang entah ke mana. Baru akhir tahun lalu seorang teman dari luar pulaumenghibahkan buku bersampul biru ini padaku, dan ternyata Ayu menerbitkan lagi buku berisi kumpulan pendapatnya dia ini. Ada beberapa lebih dan kurangnya sepertinya.
Aku mencari satu bagian orang tidak menikah namun tidak punya teman juga. Misalnya bagaimana Ayu tanpa Sahal, tanpa teman-teman ngebirnya, tanpa pacarnya. Bagaimana ia menyelesaikan persoalan yang harus bersama namun ketika sendiri. Punya lelaki enak juga, misalnya bisa diminta tolong ke bengkel, naik memeriksa genteng bocor, ngangkat barang-barang berat, dengan imbalan senyuman. Namun bisa bayar orang juga untuk melakukan semua itu. Atau minta teman-teman lelaki yang melakukannya. Jadi bisa-bisa pasangan lelaki tak penting lagi. Ternyata tak ada di buku ini. Mungkin di buku selanjutnya?
Memang suka aneh. Dalam masyarakat umum kita, yang lajang akan iri pada yang berpasangan, karena ada tempat berbagi sehari-hari. Yang berpasangan iri pada yang lajang karena bisa bebas ke mana pun disuka. Padahal hidup itu pilihan, loh. Mau berpasangan, berarti siap diikat, kalau mau bebas, bebas berdua saja. Mau melajang, berarti siap menolong diri sendiri, bisa pergi ke mana pun disuka. Nah, kenapa juga di masyarakat kita perbedaan urusan melajang dan menikah berkisar antara ‘bebas melakukan apa saja yang disuka?’
Tapi, lama-lama juga sepertinya masyarakat kita semakin tidak peduli urusan ini. Pertanyaan soal status yang akan dibahas berkepanjangan lama-lama hanya beredar di kalangan ibu rumah tangga yang kekurangan urusan. Dunia sudah semakin sibuk. Perempuan semakin berani menentukan jalan hidupnya. Dan laki-laki harus mulai keras mengejar untuk lebih dari perempuan karena agama masih menghendaki lelaki sebagai pemimpin.
View all my reviews
Kuda Terbang Maria Pinto
My rating: 4 of 5 stars
dapat di toko bukunya Iiw Anak Hilang, dan ceritanya keren banget.
View all my reviews
Love Story
My rating: 5 of 5 stars
Where do I begin
To tell the story of how great a love can be
The sweet love story that is older than the sea
The simple truth about the love she brings to me
Where do I start
With her first hello
She gave new meaning to this empty world of mine
There'd never be another love, another time
She came into my life and made the living fine
She fills my heart
She fills my heart with very special things
With angels songs, with wild imaginings
She fills my soul with so much love
That anywhere I go I'm never lonely
With her around, who could be lonely
I reach for her hand-its always there
How long does it last
Can love be measured by the hours in a day
I have no answers now but this much I can say
I know Ill need her till the stars all burn away
And she'll be there
How long does it last
Can love be measured by the hours in a day
I have no answers now but this much I can say
I know Ill need her till the stars all burn away
And she'll be there
http://www.youtube.com/watch?v=ih3Z9m...
soundtrack dan cuplikan filmnya
Aku sudah menonton filmnya yang cantik, dan ratusan kali mendengarkan lagunya dalam berbagai versi, dari instrumentalia, dinyanyikan Andy Williams, bahkan yang diaransemen oleh Idris Sardi berjudul Romi dan Yuli, untuk film Pengantin Remaja dengan jalan cerita yang mirip. Karena aku hapal nadanya, setiap ketemu piano selalu tergoda untuk bertangtingtung lagu ini.
Semua feel yang dihasilkan untuk berbagai lagu ini sama : sedih. Perasaan menyayat dan kehilangan digambarkan dalam irama pelan dan cinta yang begitu besar mengharukan. Setiap mendengar lagu itu, rasanya mataku sebak mengingat kisah film yang dimainkan oleh Ryan O'Neall dan Ali McGraw itu.
Baru tahun ini aku membaca bukunya yang didapat dari Secret Santaku di seberang lautan dan membaca kisah Oliver dan Jenny ini.
"Apa yang dapat kita ceritakan mengenai gadis dua puluh lima tahun yang telah tiada?"
Love Story menjadi banyak sekali inspirasi film-film atau buku dengan tema sejenis. A Walk to Remember-nya Nicolas Sparks yang difilmkan dengan pemain Mandy Moore dan juga mengangkat kisah sepasang kekasih yang dipisahkan oleh maut. Cerita sederhana masa sekolah yang menimbulkan ketertarikan, sampai masa dewasa ketika cinta mereka diuji.
Dan sekali lagi, membaca buku ini membuat mataku berkaca-kaca untuk kisah yang melahirkan lagu yang indah ini...
View all my reviews
Sepeda Merah Vol. 2: Bunga-Bunga Hollyhock
My rating: 4 of 5 stars
Cerita di buku kedua ini lebih mengharukan daripada Sepeda Merah 1. Di sini lebih banyak diceritakan tentang pasangan kakek nenek yang mendiami Yahwari.
Bisa dibayangkan perasaan orang-orang tua itu yang ditinggalkan anak-anaknya merantau, baik menjadi bahagia atau sedih, mereka tak berhenti mendoakan anak2nya..,
Hanya tukang pos pelipur kangen mereka yang menyampaikan kabar dari orang-orang yang mereka sayang...
View all my reviews
Sepeda Merah Vol. 1: Yahwari
My rating: 4 of 5 stars
Buku ini mengingatkanku pada masa kecilku yang sering berkirim-kiriman surat dengan sahabat penaku di luar kota. Ketika itu aku selalu senang apabila tukang pos datang dengan sepedanya dan membawakan surat untukku. Di masa itu, aku juga masih mengoleksi perangko dan sampul hari pertama.
Aku juga teriingat pada almarhum kakekku dan uwakku yang bekerja di Kantor Pos dulu, dan sering menceritakan tentang pengalaman-pengalaman mereka bekerja dengan surat menyurat. Teringat kantor pos almarhum uwakku di Kadugede Kuningan, Cirebon, Jawa Barat, tempat aku sering menghabiskan masa liburan dengan bermain-main petak umpet di dalam kantor pos, kadang membantu menimbang paket, melihat-lihat buku perangko yang belum dirobek, bermain-main dengan cap tanggal. Warna jingga yang selalu menghiasi kantor dan rumah dinas mereka adalah warna kenangan masa kecilku.
Seperti kakek dan uwakku, si tukang pos bersepeda merah ini juga sangat mencintai pekerjaannya, mengantarkan kabar pada orang-orang tanpa alamat surat, hanya dengan menamai rumah dengan cantik.
Buku ini membuat... tersenyum manis.
View all my reviews
The Missing Piece
My rating: 4 of 5 stars
complete isn't always perfect.
when you think you find something fit, maybe it will hold you close.
View all my reviews
Rabu, 30 Januari 2013
Rumah Kopi Singa Tertawa
My rating: 4 of 5 stars
Ketika pertama membuka bungkusan buku dari Secret Santa, Rumah Kopi Singa Tertawa ini, aku girang banget. Tepat sehari sebelum aku menerima buku ini, aku hampir saja berniat membeli buku ini lewat bukabuku.com. Tapi karena sedang nggak terlalu niat belanja, jadi cuma sampai tahap lihat-lihat saja sambil senang, o, buku ini ada di sini toh. Mengingat aku sekarang jarang ke Gramedia karena jarang diskon, toko buku online menjadi pilihan menarik.
Aku tertarik buku ini karena judulnya yang unik, dan covernya manusia berwajah cakil. Terlebih lagi, yang promo buku ini adalah Ninus, mantan editor KPG yang keren, sehingga percaya deh bahwa buku ini bagus. Bahkan Ninus dulu mengajak datang ke launchingnya di Coffewar, yang dijadikan setting sampul buku ini. Tapi sayangnya, aku berhalangan hadir, sayang sekali.
Isi ceritanya adalah kumpulan cerpen tentang manusia, tentang kematian, tentang perempuan, bahkan ada Sora Aoi dalam bahasan. Cerpen yang dikumpulkan, seperti kelompok-kelompok orang di sebuah cafe, atau rumah kopi, memiliki satu keriuhan sendiri-sendiri tanpa harus bertaut satu sama lain. Ceritanya mengalir bebas sampai agak kenyang, kemudian bubar sendiri-sendiri.
Mana ya cerpen favoritku? Semuanya aku suka. Yusi menulis cerpennya dengan lugas, tanpa bahasa yang berbunga bunga. Menggelitik ketika membuka paragrafnya :
Bu Sewon, pemilik rumah yang kukontrak di kawasan Kalibata, Jakarta Selatan, senang sekali membagi masakan dari dapurnya. Ia pemurah, kirimannya selalu dalam porsi besar. Amal ini akan menjadi sesuatu yang menggembirakan semua orang sekiranya tidak ada fakta keras : masakannya tidak pernah enak.
(Dari Dapur Bu Sewon - h.124)
Tema-tema cerpennya sederhana, namun diolah dengan cara yang unik. Bagaimana bisa kamu teringat pada masa kecil ketika ada pemicunya di masa dewasa.
Sewaktu bocah, ia pernah menggetok kepala anak buta. Ini terjadi 30 tahun yang lalu, Manik benar-benar sudah melupakan dosanya kalau saja tak ada agen asuransi sialan itu.
(Dosa Besar no.14 - h.19)
Beberapa kali Yusi menyelipkan cerita wayang, empatinya terhadap penderitaan Ekalaya, si jago panah yang tak mujur nasibnya karena kesombongan Arjuna, juga tentang punakawan seperti si Semar yang bijak atau Petruk yang berhidung panjang. Apakah hidung panjang pertanda suka bohong?
Ada cerpen yang terdiri dari beberapa cerita pendek seperti keluarga yang memiliki kesamaan. Kisah perempuan, selalu menjadi tautan yang menarik.
Kecuali darah, kau bisa memilih atau menawar segalanya di dunia ini. Makanan ringan kesukaanmu, tim sepakbola yang ingin kaubenci setengah mati, pekerjaanmu, pasanganmu, agamamu, kecenderungan seksualmu, segalanya. Kau bahkan bisa memilih tak beragama atau aseksual. Tapi darah, belenggunya abadi.
(Tiga Maria dan Satu Mariam - h.131)
Yusi Avianto Pareanom, lahir dan besar di Semarang. Lulus dari Teknik Geodesi UGM, lalu berkarir sebagai wartawan di Forum Keadilan dan Tempo. Karena saat ini berkhikmad di Penerbit Banana, aku yakin ia suka buku Catcher in the Rye, cerita tentang Holden Cautfield yang pemarah itu.
Maut itu rahasia. Tapi, tidak selalu begitu. Beberapa orang tahu bagaimana dan kapan kematiannya akan tiba. Seorang ninja misalnya, sangat paham bahwa ia hanya bisa mati di tangan ninja lain jika tak ingin meninggal dunia karena sebab-sebab alami. Jika sudah bosan bernyawa, ia tinggal cari gara-gara dengan sesamanya yang lebih lihai.
(Cara-cara Mati yang Kurang Aduhai - h.9)
Antara kehidupan dan kematian, Secret Santaku adalah seseorang yang sehari-hari menolong orang di rumah sakit di Halmahera sana, namun suka berceloteh tentang buku. Terima kasih Putri Utama. Cerah harimu di lautan yang biru. Semoga kelak bisa mengunjungimu.
View all my reviews
Remember When
My rating: 3 of 5 stars
Cerita ini mengembalikanku ke masa-masa SMA ideal tipikal yang masih diulangi dengan resep yang sama oleh sinetron2 FTV. Ada cowok ganteng yang hobi main basket, ada cewek cantik yang (untungnya) suka melukis. Ada cowok pintar yang aktif sebagai ketua OSIS, ada cewek pintar, cupu, namun ternyata cantik.
Freya adalah tokoh favoritku. Alasannya simpel, karena mirip aku waktu sekolah. Pintar, rajin, cuma bedanya.. Ia ternyata cantik, sementara aku biasa aja.. :D Karakter lainnya sering muncul di cerpen majalah remaja, namun sayangnya, di kehidupan nyata nggak.
Adrian. Waktu aku SMA, nggak ada anak basket yang ganteng dipuja cewek-cewek, sampai2 aku mikir beneran nggak sih cerpen2 itu. Sampai akhirnya waktu kuliah ternyata makhluk pemain basket yang ganteng itu beneran ada dalam wujud Wiro Ribismo dan Dhani Marlen yang dipuja cewek-cewek seantero UI.
Moses yang dingin, pintar, ketua OSIS. Di SMAku dulu juga nggak ada ketua OSIS sekeren ini. Adanya ketua yang biasa-biasa aja. Oh iya, untung Moses dan Adrian nggak satu paket. Jadi punya keunggulan masing-masing. Kalau di cerpen remaja sih, segala kebaikan itu jadi di satu orang.
Gia. Model seperti ini selalu muncul di sekolah mana pun. Dari SD sampai kuliah. Cantik, kenes, pandai bergaul. Namun bedanya di cerita ini, Gia sendiri, tidak ditemani serombongan cewek agak cantik, agak gaul yang nyinyir.
Ceritanya manis, mudah dicerna, dan mudah selesai. Cocok dibawa liburan. Dibaca sejak dari bis bandara sampai Depok.
View all my reviews
Camar Biru
My rating: 3 of 5 stars
Di hari ketujuh itu, gue belajar kalau warna hitam adalah warna yang paling dominan. Yang bisa menutupi warna-warna pastel yang biasa gue puja. Juga bahwa doa kadang hanya rangkaian kata tanpa makna. Dan fakta bahwa manusia tidak lebih istimewa dari bola.
Bahwa manusia bisa tetap menangis
walau tanpa air mata.
Bahwa hati bisa saja berhenti berfungsi,
tetapi tetap nyeri.
Jantung bisa saja terasa meledak,
tetapi ternyata tetap berdetak.
Bahwa ternyata kita bisa mati,
walau tetap hidup.
(h.65)
dan kamu tetap di sana, menelan penderitaanmu sendiri.
View all my reviews
Sabtu, 26 Januari 2013
Museum Kata di Negeri Laskar Pelangi
Tak pernah kubayangkan akan bisa ketemu Andrea Hirata di tanah kelahirannya, Belitong, yang sekarang masuk provinsi Bangka Belitung di Indonesia. Trip awal tahun 2013 kemarin kuikuti hanya karena ingin menjelajah pulau mungil yang terkenal karena Andrea merangkai cerita dalam buku berjudul Laskar Pelangi yang akan mendunia karena diterjemahkan dalam 18 bahasa.
Lokasi tujuan pertama adalah replika SD Muhammadiyah Gantong, yang berjarak sekitar 2 jam dari Tanjung Pandan, tempat pesawat kami mendarat. Tak seperti di set aslinya di tepi jalan, replika ini terletak di atas tanah perbukitan yang berwarna putih. Belitong memang banyak mengandung kapur pada tanahnya. Bangunan ini mirip sekali dengan set lokasi sekolah tempat Ikal, Lintang dan teman-temannya menuntut ilmu sekolah dasar. Dinding-dinding lapuk, kursi-kursi yang rusak, ruangan kelas yang hanya dua, bahkan balok kayu penahan dinding masih terpasang di sini. Memang, buku dan film ini berhasil menjadi ikon untuk pulau kecil ini sehingga apa pun yang berbau Laskar Pelangi bisa menjadi daya tarik bagi wisatawan yang datang.
Sesudah siang berjalan-jalan ke bendungan, kami menuju desa tempat tinggal Andrea Hirata. Di sana, ia mendirikan Museum Kata Andrea Hirata, yang berisi koleksi poster-poster, kutipan-kutipan menggugah, juga contoh sampul dari berbagai edusu buku karyanya. Museum ini berada dekat dengan rumah orang tua Andrea Hirata. Bentuknya mengikuti bebanyakan rumah asli di sana, dengan kayu-kayu, atap seng. Lantainya masih dari kayu beralaskan tikar. Sangat alami.
Aku pernah beberapa kali bertemu dengan Andrea di Jakarta, dalam beberapa acara perbukuan, namun tidak bisa disebut kenal. Tidak bisa dibilang ngefans sekali dengan bukunya, namun secara umum aku suka dengan ceritanya. Aku bahkan punya hampir seluruh buku karya Andrea Hirata. Menurutku, cerita-cerita Andrea sangat Melayu sekali, seperti sastra-sastra lama Indonesia. Ceritanya santai ringan mudah dibaca, kenes dan bisa diterima siapa saja, mengandung unsur petualangan dan imajinasi yang pasti disukai anak-anak sampai dewasa. Tokoh-tokohnya hidup dan lucu. Cerita terakhir yang kubaca, Cinta di dalam Gelas adalah karya Andrea favoritku. Cerita tentang seorang yang belajar catur sampai lewat internet, juga belajar bahasa Inggris dengan tekun, dengan latar kebiasaan-kebiasaan orang Belitong sehari-hari. Warung Kopi yang menjadi lokasi pertandingan benar tersebar di sekeliling Belitong. Salah satu sub babnya berjudul Buku Besar Peminum Kopi tentang berbagai kebiasaan di Belitong, entah benar atau tidak, tapi bisa membangkitkan tawa.
Sangat beruntung karena ketika kami datang ke Museum Kata Andrea Hirata, si pemilik museumnya ini ada. Dengan ramah ia meladeni tamu-tamu yang ingin berfoto bareng dengannya di depan sebuah tungku yang senantiasa memanaskan kopi khas Belitong yang bisa dinikmati sembari mengobrol dengan Andrea. Agak sayang sih, karena sebagian besar peserta trip bukan pembaca buku sepertiku, sehingga mereka cuma heboh berfoto-foto saja. Maka ketika aku mendapatkan kesempatan untuk ngobrol dengannya, aku utarakan saja bahwa aku sangat suka membaca dan tergabung baik dalam Goodreads Indonesia dan Blogger Buku Indonesia.
“Apa itu Blogger Buku Indonesia?,” tanyanya. Kujelaskan bahwa Blogger Buku Indonesia adalah kumpulan orang-orang yang hobi nge-blog yang berkaitan dengan buku, dan terutama resensi buku.
“Penggagasnya mas Hernadi Tanzil dari Bandung,” tukasku. “Wah, Hernadi Tanzil saya kenal, dulu sering ketemu di Bandung,” ujar Andrea yang memang kita tahu, pernah tinggal dan bekerja di Bandung. Pantas saja, memang Bandung yang sempit itu memang mungkin mempertemukan orang-orang yang giat dengan dunia perbukuan.
“Saat ini sedang dirintis ke arah website, namun sekarang sudah ada blog agregator yang mengumpulkan link dari blog-blog yang jadi anggota, sehingga resensi atau post baru bisa diintip lewat sana,” sambil berharap penjelasanku ini tidak salah.
“Wah, menarik sekali, ternyata ada ya kumpulan blogger yang hanya membicarakan buku..”
Weih, jadi bangga jadi bagian BBI, sampai-sampai aku promosikan seperti ini. Aku mengingatkan,”Aku terakhir ketemu mas Andrea di Jakarta, waktu itu ada pembacaan cerpennya Agus Noor di Teater Jakarta. Aku sedang bareng mbak Endah Sulwesi.” Iya, itu salah satu Blogger Buku yang paling jadul namun masih beken yang dulu suka sekali menulis resensi, namun kini sibuk dengan pekerjaaannya sebagai editor di salah satu penerbit.
“Kenal Kurnia Effendi juga dong?” tanyanya mengingat pada seorang kawan.
“Iya, dong. Masih aktif tuh mas KeF di acara perbukuan, terakhir ketemu juga waktu launching bukunya Leila S Chudori, Pulang.”
Andrea tertarik dengan aktivitas Blogger Buku Indonesia, namun karena aku pun tidak seberapa aktif, hanya memantau perkembangan BBI lewat facebook, aku hanya menceritakan beberapa kegiatan rutin, seperti posting bareng. Kan masih muda, masih bisa berkembang lagi kan, beb!
Beberapa lama mengobrol seru tentang dunia perbukuan, juga rencananya untuk berdiam di Perancis sambil promo buku-bukunya yang diterjemahkan. Berbagai jadwal tour sudah menunggu Andrea di Eropa dan Australia. Beruntung juga sebenarnya aku sempat menjumpainya lagi sebelum ia meninggalkan Indonesia. Entah kapan lagi akan ketemu dengannya. Sebenarnya aku agak menyesal karena aku berencana membawa buku Laskar Pelangi-ku untuk berfoto di depan SD Muhammadiyah Gantong, namun ketinggalan di Depok. Seandainya buku itu terbawa, pasti aku bisa mendapatkan tanda tangan Andrea di bukuku itu. Di Museum ini yang dijual hanya kaus Andrea Hirata, yang bisa dibeli dan ditantatangani olehnya. Seandainya buku-bukunya juga dijual di sini, pasti asyik bisa langsung mendapatkan tanda tangannya.
Kemudian siang itu juga kami dijamu dengan makan siang bersama ala Belitong, di rumah di samping Museum Kata. Setiap set untuk 4 orang, dengan urutan makan harus yang lebih tua dulu yang mengambil makanannya. Makanan khas Belitong ini amat lezat, atau memang kami yang memang sedang lapar-laparnya ditambah gerimis, membuat tak lama dimakan langsung habis.
Sebelum berpisah kami berfoto dulu dengan Andrea Hirata, salah satu ikon Belitung yang berhasil mengangkat daerahnya lewat sebuah karya seni tulis. Beberapa acara telah berlangsung di tempat ini dan mungkin akan terus berjalan seiring dengan majunya tingkat pariwisata di Belitong.
Usai dari daerah Gantong, kami ke Tanjung Tinggi yang di cerita Laskar Pelangi disebutkan sebagai daerah tempat tinggal Lintang, sahabat Ikal. Jarak yang ditempuh dengan mobil sekitar 2 jam, sehingga aku membayangkan bahwa Lintang menempuh itu dengan mengendarai sepeda, pakai bertemu buaya pula! Jadi bersyukur bahwa kita bisa sekolah dengan mudah dan berlomba mencapai mimpi agar tidak kalah dengan Laskar Pelangi.
depok. 26.01.2013 : 01.46
travel 4-6 Januari 2013 with Steffy & Devi. photo courtesy of us.