ulasan. resensi. kesan.

ulasan. resensi. kesan. ini bukuku, apa bukumu?

Kamis, 12 Agustus 2010

Doa Ibu

Doa IbuDoa Ibu by Sekar Ayu Asmara

My rating: 3 of 5 stars


Sekar Ayu Asmara selalu bermain-main dengan aborsi. Seperti novel sebelumnya Pintu Terlarang dan Kembar Keempat, di Doa Ibu pun ia mengetengahkan isu aborsi, walaupun agak tersamar sehingga tidak terlihat seperti isu sebenarnya. Cerita yang nampak adalah persahabatan antara sekelompok seniman muda Ijen, Giok Nio, Cepol, Khaled, Rajiv, dengan berbagai karakter yang tinggal bersama dan merencanakan melakukan pameran bersama, dan satu kejadian yang menimpa salah satu dari mereka. Karena saya agak terbiasa dengan isu ini dari SAA, maka saya mulai menebak-nebak bagaimana keterkaitan antar tokoh-tokohnya. Ada Madrim, seorang janda dari pengusaha sukses yang terpukul karena ternyata suaminya memiliki wanita lain semasa hidupnya. Dan Sinta, anak mereka yang go international sejak umur 12 tahun, dengan pemahaman multi modern sebagai wanita yang hidup di jaman global. Cerita ini yang dirangkai oleh SAA menjadi satu keterkaitan yang memiliki akhir mengejutkan, sedikit berbau misteri.. dan ternyata memang misterius.
Kehilangan istri Khaled secara misterius di pesta pernikahannya sendiri, disusul dengan menghilangnya mendadak catatan2 tentang siapa dia, bahkan juga sampai klinik tempat ia dilahirkan. Juga munculnya cenayang bernama Ajeng, cinta Ijen pada Giok Nio.. Lalu satu per satu menghilang..

Secara umum, karena saya sudah cukup mengenal karya SAA, saya tidak terkejut dengan ending ini. Sayang sekali cerita yang dibangun tidak sekuat Pintu Terlarang, yang memang isu aborsi menjadi topic yang jelas dikenali dalam cerita. Atau Kembar Keempat, yang juga tertutupi dengan cerita tiga kembar dan dua perempuan menjadi satu cerita menarik yang melanglang buana. Ini juga tampak di film karya SAA, Biola Tak Berdawai tentang penebusan dosa dan Belahan Jiwa yang lebih ke kejiwaan si tokoh yang memiliki empat alter ego.

Tapi jelas di semua cerita SAA, selalu ada tokoh wanita yang melakukan aborsi.
Isu inilah yang menjadi salah satu sikap populer yang harus diambil calon pemimpin di Amerika ini, pro choice atau pro life. Di Indonesia sendiri, angka aborsi tidak diketahui dengan pasti karena disini memang tidak dilegalkan selain aborsi karena penyakit yang mengancam keselamatan si ibu pada kehamilan usia muda. Jelas lebih tinggi daripada angka yang sudah pernah dibongkar dan diungkap oleh Depkes. Tapi anehnya, seiring pemahaman masyarakat, aborsi banyak terjadi pada level masyarakat dengan tingkatan pemahaman yang tinggi akan bahaya dan ketidakbahayaannya. Karena jelas biaya aborsi lebih besar daripada melahirkan biasa, karena banyaknya yang dilakukan sembunyi-sembunyi. Ini yang membuat mahal. Atau itu memang jalan pintas untuk menyelamatkan muka dan keluarga?

***
Saya pernah mendampingi dua teman yang terjebak dalam situasi seperti ini.

Teman saya yang pertama, berumur 23 tahun, pacaran baru 6 bulan dan ternyata kemudian terlalu jauh hingga akhirnya hamil. Ia sempat bingung dan tidak menginginkan bayinya ini. Ia menyembunyikan kehamilannya dari orang tuanya selama sebulan. Setiap hari mengeluh dan bertemu kami menangis sampai berpikiran untuk bunuh diri. Ia ingin aborsi. Kami sempat nanya-nanya orang tempat aborsi. Pacarnya takut, kalau aborsi bisa mengancam jiwanya, juga perasaan bersalah berkepanjangan. Akhirnya dengan menahan takut dan malu, mereka mengaku dengan murka orang tua si cewek, mereka menikah sebulan kemudian. Namun pernikahan mendadak, menghilangkan cinta. Lima bulan kemudian, mereka berpisah. Si anak lahir tak ditunggui ayahnya.

Teman saya yang kedua, hamil di umur 24 tahun. Pacaran baru 5 bulan juga. Padahal ia tidak begitu kenal keluarga pacarnya. Tidak berani juga ia mengahadapi ayahnya. Dalam keadaan panik, ia memilih untuk aborsi. Pacarnya tidak terima keputusannya dan memilih meninggalkannya. Ia menjalani tindakan aborsi sendiri, dengan salah satu teman yang diaku sebagai suaminya. Yang penting ada uang, dan tindakan berjalan lancar.

Untuk keduanya, tentu saya menyarankan untuk tidak aborsi. Pendampingan mental yang cukup perlu untuk mereka agar bisa melanjutkan hidup mereka lagi.

***
Mungkin inilah kurangnya sex education di masa sekolah karena dianggap tabu, malu untuk diungkap, terlalu banyak simbol-simbol yang membuat tidak diungkap bahaya dan risikonya secara jelas. Hanya sampai bagian, kalau terlalu jauh, nanti hamil lho.. Tidak pernah dijelaskan bagaimana menghindari pesona rayuan gombal di tempat sepi, atau bagaimana malu luar biasanya yang harus ditanggung keluarga karena si anak perempuan hamil.
Yang akan lebih menanggung bebannya kalau ada apa-apa juga wanita. Kurasa SAA juga sedikit banyak ingin menanamkan kesadaran ini pada wanita tentang perasaan yang dialami. Pergulatan emosi, percekcokan jiwa, yang dialami antara keinginan menjadi seorang ibu, atau keegoisan menjadi dirinya sendiri, membuat keputusan itu yang diambil.
Tapi kuncinya ada di kita, para wanita, di sinilah kita harus bisa membentengi diri dengan iman dan harga diri, agar tidak terjebak dalam rayuan setan.

bagai bermain biduk (Rayani Sriwidodo)

angin memberinya kelincahan
ombak meminta darinya perhatian
bintang menguakkan baginya kegelapan
. . .
'aku berat melepas mendiang'
bah, itu paradok yang hidup atas bayangan
sementara menggenggam saputangan
penghapus air mata kabung
simbol ungkapan arif :
'cuma cacing tanah yang punya banyak waktu
untuk orang-orang yang sudah mati'

demikianlah
kilat tikaman lingga di malam peluh
erang maut disusul sekian tubuh
terperosok ke dunia di sekian bilik bersalin
daratan lepas
tepi berpaling


***
protect yourself, girls! sebelum terjadi, andalah remnya.

View all my reviews >>

Tidak ada komentar: