Awal Yang Baru by Stephenie Meyer
My rating: 2 of 5 stars
#2010-76#
((*o*))
View all my reviews
cerita tentang buku. buku. dan buku. separuh hidupku adalah perjalanan. separuhnya lagi adalah buku.
ulasan. resensi. kesan.
ulasan. resensi. kesan. ini bukuku, apa bukumu?
Sabtu, 18 September 2010
Mawar Yang Hilang (The Missing Rose)
Mawar Yang Hilang by Serdar Ozkan
My rating: 2 of 5 stars
#2010-75#
dengan endorsement 'Kalau anda menyukai buku-buku semacam The Alchemist atau The Little Prince -- sedikit gaib, sedikit dongeng-- Anda akan menyukai The Missing Rose (Time Out)'
haah, rada kecewa karena tidak merasuk seperti yang kubayangkan. ceritanya terlalu manis, terlalu harum, terlalu banyak khayalnya.
nggak tau, saya suka the alchemist, saya suka sekali the little prince, tapi cerita ini nggak seperti itu. tidak terasa polos dan lugu seperti kedua buku tersebut, yang tokohnya laki-laki.
tokohnya terlalu dibuat-buat ingin menemukan jatidiri, padahal dia sukses (menurut takaran umum) dan tidak jelas kenapa meninggalkan segalanya karena secarik surat.
ohh, paulo coelho is much much better..
endingnya juga gampang banget ketebak.. dah dari sepertiga buku keliatan coba disembunyikan saja..
View all my reviews
My rating: 2 of 5 stars
#2010-75#
dengan endorsement 'Kalau anda menyukai buku-buku semacam The Alchemist atau The Little Prince -- sedikit gaib, sedikit dongeng-- Anda akan menyukai The Missing Rose (Time Out)'
haah, rada kecewa karena tidak merasuk seperti yang kubayangkan. ceritanya terlalu manis, terlalu harum, terlalu banyak khayalnya.
nggak tau, saya suka the alchemist, saya suka sekali the little prince, tapi cerita ini nggak seperti itu. tidak terasa polos dan lugu seperti kedua buku tersebut, yang tokohnya laki-laki.
tokohnya terlalu dibuat-buat ingin menemukan jatidiri, padahal dia sukses (menurut takaran umum) dan tidak jelas kenapa meninggalkan segalanya karena secarik surat.
ohh, paulo coelho is much much better..
endingnya juga gampang banget ketebak.. dah dari sepertiga buku keliatan coba disembunyikan saja..
View all my reviews
Saudara Sehati (Sister of My Heart)
Saudara Sehati by Chitra Banerjee Divakaruni
My rating: 5 of 5 stars
#2010-74#
Suatu sore di akhir Mei, ketika sedang berjalan-jalan di Blok M Square, sambil mencari buku anak untuk perpustakaan sekolah, sebelum janjian dengan seorang dokter dan seorang reporter, mataku masih menari-nari mencari buku tanpa judul. Ya, belum tahu judulnya, karena dalam pasar buku begini, lebih enak ditemukan buku daripada mencari buku. Bisa saja buku yang tidak sedang dihunting ketemu mendadak, atau yang sedang dihunting malah nggak ketemu-ketemu.
Begitulah yang terjadi, yang ketemu malah buku huntingan seorang teman penyiar, terpampang manis bersama tiga temannya.
Sister of My Heart, The Vine Desire, Mistress of Spices, masing-masing sepasang dan The Conch Bearer, sendirian. Karya Divakaruni yang cantik. Berhubung dana hanya secukupnya, maka diputuskan menyelamatkan satu dulu sambil berdoa mudah-mudahan yang lainnya masih akan ada minggu depan. (tanggal 30, bo! Blum gajian..) Jadi aku menelepon si rekan penyiar dan bilang, “eh, ini buku huntingan loe ada. mo gue beliin dulu?” . Dan buku Sister of My Heart ini pun berpindah tangan untuk si rekan bersama The Conch Bearer yang sendirian. Aku meninggalkan kios dengan harap-harap cemas mudah-mudahan tiga judul lainnya masih akan ada kalau aku kembali sesudah gajian nanti.
Tiga minggu kemudian, aku kembali ke Blok M Square dan kembali ke kios yang dimaksud, tapi buku-buku itu tak ada. Rasa sedih dan menyesal tak terbayangkan, tapi disembunyikan dengan berjalan gontai keluar dari Blok M menuju Burger Blenger karena lapar di sore hari. Kecewa banget!
Sepotong Cheese Burger dan jus strawberry ternyata tidak meredakan kesalku karena seperti kehilangan kesempatan membeli buku. Kucurahkan sesalku pada sahabat yang menemani makan, dan kemudian ia berkata, "loh, tadi kan ada, gue liat koq buku-buku Divakaruni di BMS.” Yaayy, koq gue gak lihat??? @_@
Langsung melirik jam tangannya, dan menyadari itu sudah jam 7 malam, buru-buru kubereskan bawaanku dan mengajaknya kembali bergegas ke BMS. Lumayan juga menenteng ransel berisi laptop berjalan cepat setengah berlari dari Lamandau, Taman Ayodya, sepanjang Mahakam, naik jembatan penyeberangan, balik lagi ke Blok M Square. 20 menit kemudian sampai dan.. Oh my God!! I’m so stupid! Buku itu ada di kios sebelahnya yang aku datangi. Ternyata hanya berpindah tempat saja, karena pemilik kiosnya masih sama.
Huh, ternyata karena tadi aku lagi setengah bete dan males ngomong nggak nanya-nanya sama yang jual, padahal bukunya ada. *sambil narik napas sesudah jalan cepat dan lari kurleb 2 km*. Nasihatnya adalah, kalau lagi males ngomong, jangan hunting buku deh, nanti malah tidak bertanya, berlari-lari kemudian, capek.. Soalnya kalau lagi hunting harus rada-rada nanya.
Sesudah mendapatkan bukunya mampir apotik dulu buat beli plester, karena jempolku lecet..
Dan it’s really a worth it story..
Dua gadis yang lahir pada hari yang sama, rumah yang sama, dan para ayah yang menghilang beberapa bulan sebelum mereka lahir. Dibesarkan dalam rumah penuh perempuan-perempuan kuat yang menentukan jalan hidup mereka. Ibunda mereka berdua, dan seorang bibi yang mengasuh sejak kecil. Lima perempuan tegar dalam satu keluarga.
Anju si tuan rumah, dan Sudha si cantik yang keluarganya terdampar di rumah Anju.Mereka berbagi semua rahasia bersama, persahabatan dan persaudaraan khas perempuan, cinta, hasrat, kenakalan-kenakalan remaja, jiwa pemberontak, hingga kehidupan pernikahan. Rahasia-rahasia keluarga yang hanya terbuka pada Sudha, perasaan bersalahnya pada Anju, dan menutupinya karena rasa sayangnya sebagai saudara.
Menjadi perempuan Hindi itu tidak mudah, apalagi tentang pernikahan. Sudha yang menikah bukan dengan pujaan hatinya, namun untuk menuruti keinginan keluarganya, namun mendapatkan mertua yang kejam, yang hanya memikirkan keturunan, tanpa memikirkan perasaan menantunya. Anju yang menikah dengan pemuda lulusan Amerika, menyadari bahwa suaminya memikirkan cinta yang lain.
Saudara sehati selalu bisa menjadi sandaran, dimintai pelukan penghiburan. Bukan darah yang menyatukan perbedaan, tapi hati berjalan beriringan.
View all my reviews
My rating: 5 of 5 stars
#2010-74#
Suatu sore di akhir Mei, ketika sedang berjalan-jalan di Blok M Square, sambil mencari buku anak untuk perpustakaan sekolah, sebelum janjian dengan seorang dokter dan seorang reporter, mataku masih menari-nari mencari buku tanpa judul. Ya, belum tahu judulnya, karena dalam pasar buku begini, lebih enak ditemukan buku daripada mencari buku. Bisa saja buku yang tidak sedang dihunting ketemu mendadak, atau yang sedang dihunting malah nggak ketemu-ketemu.
Begitulah yang terjadi, yang ketemu malah buku huntingan seorang teman penyiar, terpampang manis bersama tiga temannya.
Sister of My Heart, The Vine Desire, Mistress of Spices, masing-masing sepasang dan The Conch Bearer, sendirian. Karya Divakaruni yang cantik. Berhubung dana hanya secukupnya, maka diputuskan menyelamatkan satu dulu sambil berdoa mudah-mudahan yang lainnya masih akan ada minggu depan. (tanggal 30, bo! Blum gajian..) Jadi aku menelepon si rekan penyiar dan bilang, “eh, ini buku huntingan loe ada. mo gue beliin dulu?” . Dan buku Sister of My Heart ini pun berpindah tangan untuk si rekan bersama The Conch Bearer yang sendirian. Aku meninggalkan kios dengan harap-harap cemas mudah-mudahan tiga judul lainnya masih akan ada kalau aku kembali sesudah gajian nanti.
Tiga minggu kemudian, aku kembali ke Blok M Square dan kembali ke kios yang dimaksud, tapi buku-buku itu tak ada. Rasa sedih dan menyesal tak terbayangkan, tapi disembunyikan dengan berjalan gontai keluar dari Blok M menuju Burger Blenger karena lapar di sore hari. Kecewa banget!
Sepotong Cheese Burger dan jus strawberry ternyata tidak meredakan kesalku karena seperti kehilangan kesempatan membeli buku. Kucurahkan sesalku pada sahabat yang menemani makan, dan kemudian ia berkata, "loh, tadi kan ada, gue liat koq buku-buku Divakaruni di BMS.” Yaayy, koq gue gak lihat??? @_@
Langsung melirik jam tangannya, dan menyadari itu sudah jam 7 malam, buru-buru kubereskan bawaanku dan mengajaknya kembali bergegas ke BMS. Lumayan juga menenteng ransel berisi laptop berjalan cepat setengah berlari dari Lamandau, Taman Ayodya, sepanjang Mahakam, naik jembatan penyeberangan, balik lagi ke Blok M Square. 20 menit kemudian sampai dan.. Oh my God!! I’m so stupid! Buku itu ada di kios sebelahnya yang aku datangi. Ternyata hanya berpindah tempat saja, karena pemilik kiosnya masih sama.
Huh, ternyata karena tadi aku lagi setengah bete dan males ngomong nggak nanya-nanya sama yang jual, padahal bukunya ada. *sambil narik napas sesudah jalan cepat dan lari kurleb 2 km*. Nasihatnya adalah, kalau lagi males ngomong, jangan hunting buku deh, nanti malah tidak bertanya, berlari-lari kemudian, capek.. Soalnya kalau lagi hunting harus rada-rada nanya.
Sesudah mendapatkan bukunya mampir apotik dulu buat beli plester, karena jempolku lecet..
Dan it’s really a worth it story..
Dua gadis yang lahir pada hari yang sama, rumah yang sama, dan para ayah yang menghilang beberapa bulan sebelum mereka lahir. Dibesarkan dalam rumah penuh perempuan-perempuan kuat yang menentukan jalan hidup mereka. Ibunda mereka berdua, dan seorang bibi yang mengasuh sejak kecil. Lima perempuan tegar dalam satu keluarga.
Anju si tuan rumah, dan Sudha si cantik yang keluarganya terdampar di rumah Anju.Mereka berbagi semua rahasia bersama, persahabatan dan persaudaraan khas perempuan, cinta, hasrat, kenakalan-kenakalan remaja, jiwa pemberontak, hingga kehidupan pernikahan. Rahasia-rahasia keluarga yang hanya terbuka pada Sudha, perasaan bersalahnya pada Anju, dan menutupinya karena rasa sayangnya sebagai saudara.
Menjadi perempuan Hindi itu tidak mudah, apalagi tentang pernikahan. Sudha yang menikah bukan dengan pujaan hatinya, namun untuk menuruti keinginan keluarganya, namun mendapatkan mertua yang kejam, yang hanya memikirkan keturunan, tanpa memikirkan perasaan menantunya. Anju yang menikah dengan pemuda lulusan Amerika, menyadari bahwa suaminya memikirkan cinta yang lain.
Saudara sehati selalu bisa menjadi sandaran, dimintai pelukan penghiburan. Bukan darah yang menyatukan perbedaan, tapi hati berjalan beriringan.
View all my reviews
Si Anak Kampoeng
Si Anak Kampoeng by Damien Dematra
My rating: 4 of 5 stars
#2010-73#
Daerah Minang terkenal dengan banyaknya pemikir2 ulung yang menjadi pemimpin bangsa. Daerah ini pula yang melahirkan Buya Syafi'i Maarif, dari kehidupan masa kecilnya, di desa Calau, hingga masa ia bersekolah di Muhammadiyah Yogyakarta.
Kisah biografi yang dinovelkan seringkali terjebak pada stereotipe penulisan seperti Laskar Pelangi. Karena itu setiap penulisan novel biografi sering dibandingkan dengan LP. Negeri 5 Menara bernasib sama. Masa kecil, permainan2, sekolah, perjalanan, orang2 sekitar, selalu menjadi topik bahasan yang pasti muncul. Apalagi dengan tokoh utama seorang anak lelaki yang selalu mengagumi ayahnya. Tipe yang muncul di LP maupun N5M.
Jika saya telat baca LP, karena terlalu beken, dan tidak mendapat greget di N5M, hati saya tercuri membaca Si Anak Kampoeng ini.
Penulisan ceritanya yang runut, visualisasi cerita akan rumah gadang di kampung, latar belakang adat Minang yang kuat. Dialog2 yang diselipkan dengan logat Minang mengingatkan saya pada penceritaan Angkatan Pujangga Baru. Membuat cerita ini akan bisa bertahan, tidak oldfashioned.
Ayah Syafi'i yang Kepala Nagari membawa pengaruh jiwa kepemimpinan pada anaknya. Kegigihan Syafi'i untuk terus sekolah, ditambah dengan kenakalan2 masa kecil, persahabatannya, bermain, hingga keputusan untuk melanjutkan ke Yogyakarta. Syafi'i kecil tidak memiliki ibu, namun ia disayang oleh etek2nya, karena rajin dan bisa menyelesaikan masalah.
Di sini saya menemukan adat minang (atau Calau mungkin, yg menjadi setting cerita), bahwa seorang yang baru menjadi janda, meskipun karena kematian, harus meninggalkan rumah yang didiaminya bersama suaminya sebelum meninggal. Agak miris buat saya, beratnya menjadi perempuan, sudah kehilangan suami, kehilangan rumah pula.
Ada juga cerita konflik2 keluarga karena masalah adat di sini. Meskipun hanya menjadi bumbu cerita, tapi menguatkan latar belakang Minang sebagai budaya yang dialami oleh Syafi'i.
Satu yang ingin saya ketahui. Apa sih artinya 'Buya' ?
View all my reviews
My rating: 4 of 5 stars
#2010-73#
Daerah Minang terkenal dengan banyaknya pemikir2 ulung yang menjadi pemimpin bangsa. Daerah ini pula yang melahirkan Buya Syafi'i Maarif, dari kehidupan masa kecilnya, di desa Calau, hingga masa ia bersekolah di Muhammadiyah Yogyakarta.
Kisah biografi yang dinovelkan seringkali terjebak pada stereotipe penulisan seperti Laskar Pelangi. Karena itu setiap penulisan novel biografi sering dibandingkan dengan LP. Negeri 5 Menara bernasib sama. Masa kecil, permainan2, sekolah, perjalanan, orang2 sekitar, selalu menjadi topik bahasan yang pasti muncul. Apalagi dengan tokoh utama seorang anak lelaki yang selalu mengagumi ayahnya. Tipe yang muncul di LP maupun N5M.
Jika saya telat baca LP, karena terlalu beken, dan tidak mendapat greget di N5M, hati saya tercuri membaca Si Anak Kampoeng ini.
Penulisan ceritanya yang runut, visualisasi cerita akan rumah gadang di kampung, latar belakang adat Minang yang kuat. Dialog2 yang diselipkan dengan logat Minang mengingatkan saya pada penceritaan Angkatan Pujangga Baru. Membuat cerita ini akan bisa bertahan, tidak oldfashioned.
Ayah Syafi'i yang Kepala Nagari membawa pengaruh jiwa kepemimpinan pada anaknya. Kegigihan Syafi'i untuk terus sekolah, ditambah dengan kenakalan2 masa kecil, persahabatannya, bermain, hingga keputusan untuk melanjutkan ke Yogyakarta. Syafi'i kecil tidak memiliki ibu, namun ia disayang oleh etek2nya, karena rajin dan bisa menyelesaikan masalah.
Di sini saya menemukan adat minang (atau Calau mungkin, yg menjadi setting cerita), bahwa seorang yang baru menjadi janda, meskipun karena kematian, harus meninggalkan rumah yang didiaminya bersama suaminya sebelum meninggal. Agak miris buat saya, beratnya menjadi perempuan, sudah kehilangan suami, kehilangan rumah pula.
Ada juga cerita konflik2 keluarga karena masalah adat di sini. Meskipun hanya menjadi bumbu cerita, tapi menguatkan latar belakang Minang sebagai budaya yang dialami oleh Syafi'i.
Satu yang ingin saya ketahui. Apa sih artinya 'Buya' ?
View all my reviews
Mr. Fox yang Fantastis
Mr. Fox yang Fantastis by Roald Dahl
My rating: 4 of 5 stars
#2010-72#
seperti membaca kisah Robin hood ala serigala. seperti sindiran di masa kini ketika orang kaya mau seenaknya sendiri.
jadi apakah mencuri itu benar apabila mencuri dari orang-orang yang tamak dan luar biasa pelit?
pesan moralnya agak sulit diambil di sini. karena keluarga serigala dapat kebahagiaan dengan bersembunyi dan mencuri. yah, si tamak pasti kalah, menunggu apa yang tak bisa ia dapat.
jangan terlalu banyak mengeluh, atau kau tidak dapat apa-apa akhirnya, karena terpenjara keluhanmu sendiri..
View all my reviews
My rating: 4 of 5 stars
#2010-72#
seperti membaca kisah Robin hood ala serigala. seperti sindiran di masa kini ketika orang kaya mau seenaknya sendiri.
jadi apakah mencuri itu benar apabila mencuri dari orang-orang yang tamak dan luar biasa pelit?
pesan moralnya agak sulit diambil di sini. karena keluarga serigala dapat kebahagiaan dengan bersembunyi dan mencuri. yah, si tamak pasti kalah, menunggu apa yang tak bisa ia dapat.
jangan terlalu banyak mengeluh, atau kau tidak dapat apa-apa akhirnya, karena terpenjara keluhanmu sendiri..
View all my reviews
Before Green Gables
Before Green Gables by Budge Wilson
My rating: 4 of 5 stars
#2010-71#
Seseorang dibentuk oleh kehidupannya, apa-apa yang dilaluinya..
Buat penggemar Anne, the little girl with red hair, buku ini sangat menarik untuk dibaca.
Rentang waktu penulisannya, seratus tahun sejak Anne muncul di Green Gables, sangat jauh, sehingga amat tidak mungkin Budge Wilson meminta pendapat Lucy Montgomery tentang masa kecil Anne.
Selama ini kita tahu kehidupan Anne sebelumnya hanya dari celotehannya saja, bahwa ia dari rumah yatim piatu, pernah mengasuh anak kembar, sehingga tidak kaget ketika dapat anak kembar di rumah Cultbert, hingga rajin bekerja keras sambil bernyanyi-nyanyi riang gembira. Dan yang paling kusukai adalah, bagaimana Anne bisa begitu puitis dan menciptakan rangkaian kata indah untuk tempat-tempat yang disukainya. Danau Riak Berkilau. Kanopi Kekasih. Bukannya terdengar indah?
Tentunya sering muncul di benak pembaca apa yang terjadi di masa lalu Anne sehingga ia bisa menjadi seperti apa yang kita temui di Green Gables. Budge Wilson dengan cermat merangkaikan celah cerita Anne dengan menciptakan dunia masa kecil Anne. Dibantu oleh penggemar-penggemar Anne yang banyak menunjukkan sisi-sisi masa kecil yang dapat diceritakan, hiduplah imajinasi Wilson tentang asal-usul gadis Anne, yang datang dari Nova Scotia ini.
Hampir semua terjawab di sini, orang tua Anne, wabah penyakit, ketulusan, keluarga2 yang diikutinya, penderitaan masa kecil, panti asuhan, sekolah, guru-guru, hingga daya imajinasi Anne yang tinggi.
Anne istimewa, karena ia punya kelebihan kosakata dan pemahaman kalimat yang indah dalam usianya yang masih belia. Apa yang dibaca, dan orang-orang lain yang mengajarkannya. Tidaklah aneh, karena penyerapan otak atas kata-kata indah memang didapat dari apa yang didengar dan diajarkan padanya.
Teringat kata-kata indah Abdurrahman Faiz, tentu tidak heran bahwa memang ada anak yang bisa merangkai kalimat pada usia yang muda. Seperti yang dibaca pada buku-buku parenting, otak anak balita bagai spons memang mampu menyerap apa saja dan melontarkannya kembali.
Gunakan kata-kata indah untuk anakmu, sehingga ia dapat mengembalikannya kepadamu.
View all my reviews
My rating: 4 of 5 stars
#2010-71#
Seseorang dibentuk oleh kehidupannya, apa-apa yang dilaluinya..
Buat penggemar Anne, the little girl with red hair, buku ini sangat menarik untuk dibaca.
Rentang waktu penulisannya, seratus tahun sejak Anne muncul di Green Gables, sangat jauh, sehingga amat tidak mungkin Budge Wilson meminta pendapat Lucy Montgomery tentang masa kecil Anne.
Selama ini kita tahu kehidupan Anne sebelumnya hanya dari celotehannya saja, bahwa ia dari rumah yatim piatu, pernah mengasuh anak kembar, sehingga tidak kaget ketika dapat anak kembar di rumah Cultbert, hingga rajin bekerja keras sambil bernyanyi-nyanyi riang gembira. Dan yang paling kusukai adalah, bagaimana Anne bisa begitu puitis dan menciptakan rangkaian kata indah untuk tempat-tempat yang disukainya. Danau Riak Berkilau. Kanopi Kekasih. Bukannya terdengar indah?
Tentunya sering muncul di benak pembaca apa yang terjadi di masa lalu Anne sehingga ia bisa menjadi seperti apa yang kita temui di Green Gables. Budge Wilson dengan cermat merangkaikan celah cerita Anne dengan menciptakan dunia masa kecil Anne. Dibantu oleh penggemar-penggemar Anne yang banyak menunjukkan sisi-sisi masa kecil yang dapat diceritakan, hiduplah imajinasi Wilson tentang asal-usul gadis Anne, yang datang dari Nova Scotia ini.
Hampir semua terjawab di sini, orang tua Anne, wabah penyakit, ketulusan, keluarga2 yang diikutinya, penderitaan masa kecil, panti asuhan, sekolah, guru-guru, hingga daya imajinasi Anne yang tinggi.
Anne istimewa, karena ia punya kelebihan kosakata dan pemahaman kalimat yang indah dalam usianya yang masih belia. Apa yang dibaca, dan orang-orang lain yang mengajarkannya. Tidaklah aneh, karena penyerapan otak atas kata-kata indah memang didapat dari apa yang didengar dan diajarkan padanya.
Teringat kata-kata indah Abdurrahman Faiz, tentu tidak heran bahwa memang ada anak yang bisa merangkai kalimat pada usia yang muda. Seperti yang dibaca pada buku-buku parenting, otak anak balita bagai spons memang mampu menyerap apa saja dan melontarkannya kembali.
Gunakan kata-kata indah untuk anakmu, sehingga ia dapat mengembalikannya kepadamu.
View all my reviews
Duo Hippo Dinamis : Tersesat di Byzantium
Duo Hippo Dinamis : Tersesat di Byzantium by Trinity
My rating: 3 of 5 stars
#2010-70#
Jujurnya saya tertarik dengan karya ini karena suka sekali dengan buku the Naked Traveler karya Trinity. Karena itu, saya pengen punya buku ini (dan kebetulan ada yang ngelempar pula!), karena pengen liat petualangannya di Turki, negeri yang eksotis itu.
Dan keingintahuan saya terbukti, apalagi pas bagian mandi di hamam.. Kelucuan yang membuat saya tertawa di Naked Traveler, saya temui juga di sini. Soalnya, bagian the real ‘naked’ nya itu lho..
Penggambarannya cukup oke, namun, apa karena tokohnya besar-besar begini, jadi terasa menuh-menuhin halaman? :p
Setting kota Turki, gambaran bukit-bukit sebelum naik balon, digambarkan cukup mendetail. Yang bikin saya tertarik adalah covernya yang merah. Sangat eyecatching! Koq sesudah baca buku ini, saya pengen baca episode yang di Palau. Kalau dikomikin pasti lucu..
View all my reviews
My rating: 3 of 5 stars
#2010-70#
Jujurnya saya tertarik dengan karya ini karena suka sekali dengan buku the Naked Traveler karya Trinity. Karena itu, saya pengen punya buku ini (dan kebetulan ada yang ngelempar pula!), karena pengen liat petualangannya di Turki, negeri yang eksotis itu.
Dan keingintahuan saya terbukti, apalagi pas bagian mandi di hamam.. Kelucuan yang membuat saya tertawa di Naked Traveler, saya temui juga di sini. Soalnya, bagian the real ‘naked’ nya itu lho..
Penggambarannya cukup oke, namun, apa karena tokohnya besar-besar begini, jadi terasa menuh-menuhin halaman? :p
Setting kota Turki, gambaran bukit-bukit sebelum naik balon, digambarkan cukup mendetail. Yang bikin saya tertarik adalah covernya yang merah. Sangat eyecatching! Koq sesudah baca buku ini, saya pengen baca episode yang di Palau. Kalau dikomikin pasti lucu..
View all my reviews
For One More Day (Satu Hari Bersamamu)
For One More Day by Mitch Albom
My rating: 5 of 5 stars
#2010-69#
"Baca deh, Squid, bukunya baguss.. bikin nangis.."
Aku nggak pernah baca bukunya Mitch Albom sebelumnya, dan ketika Qui merekomendasikan buku ini ketika jalan-jalan di RB menjelang tahun baru kemarin dengan ekspresi mengharukan.
Akhirnya setelah sekian lama dalam tumpukan to-read aku sambar juga untuk dibaca dalam perjalanan pulang. Benar apa yang dikatakannya, sepanjang perjalanan di KRL rasanya dadaku sesak dan mata berkaca-kaca.
Bagaimana Chick Benetto bertemu lagi dengan ibunya yang meninggal 8 tahun yang lalu, dan terlewatkan hari kematiannya. Satu hari saja bersamanya.
"Kau bisa jadi anak mama atau anak papa. Tapi tidak keduanya."(h.31)
Bagaimana mungkin? Bagaimana seorang anak harus memilih untuk ikut mama atau papanya? Bukankah seharusnya yang ia berhak untuk memiliki keduanya sekaligus, dan berbahagia bersamanya?
Tapi kalau memang diharuskan memilih, mungkin aku memang akan pilih mama. Mama sangat mirip dengan karakter Posey di sini. Cantik, ramah, gesit sigap, hangat. Ada dalam berbagai session saat-saat ketika Ibu membelaku yang benar-benar mengingatkanku pada masa-masa mama yang begitu sayang rela melakukan apa saja untukku, mengantarku kuliah di saat hujan deras, mengajari menyetir, menyiapkan ulang tahunku, bahkan sampai sekarang, selalu datang kalau aku mau menitipkan Bintang, senantiasa berdo'a untuk keberhasilanku.
Di saat-saat aku tidak membela ibu aku teringat pada masa kabur dari rumah untuk naik gunung, tidak terbayang khawatir beliau, penolakanku untuk mengajarinya ber-sms, hingga ia bisa dari belajar dari anak tetangga, hingga telepon2 pagi yang jarang kuangkat dengan alasan ribet mau berangkat ke kantor.
she's my equilibrium.
Aku bersyukur mamaku masih ada, sehingga bisa mencoba mengembalikan kasih sayangnya. Aku tahu mama tidak mengharapkan apa-apa dariku, hanya mengharap aku bersikap lebih lembut (karena sering aku ketus seperti ayah), lebih meluangkan waktu dengannya (walaupun kesibukan kami pun sama-sama padat), banyak cerita soal kesulitan-kesulitan (sulit sekali aku untuk bercerita, lebih suka cerita yang baik2 aja).
Aku ingat, seperti chick, yang memilih baseball dengan ayahnya, aku sering lebih memilih mirip ayah, daripada membantu mama di dapur. Aku lebih sering belajar mengutak atik listrik, selalu mengelak dari pekerjaan domestik, dengan alasan belajar matematika. Bermalas2an dengan pelajaran ekonomi yang dikuasai mama, padahal beliau mengajarkan dengan susah payah. Walau akhirnya mamaku sadar, enak juga punya anak perempuan yang bisa disuruh memanjat dak untuk memeriksa tangki air, atau jd teman ditanyain kalau belanja bahan bangunan, tapi beliau pasti masih punya keinginan bisa berbagi pengalaman memasak, atau membuat kue, menjahit, kreasi manik2, dan lainnya (yang sayangnya aku tidak tertarik).
Saat akhirnya diriku menjadi bunda, aku tahu bahwa semua yang mama khawatirkan kepadaku dulu itu benar adanya. Aku menyayangi Bintang, dan mungkin seperti itulah mama menyayangiku sejak kecil. Aku khawatir akan keselamatannya, mungkin itulah yang dirasakan mama ketika aku bepergian jauh. Aku tahu, berkaca pada diriku sendiri, bahwa Bintang kelak mungkin akan bersikap sama denganku, mungkin ia akan berubah di masa remajanya, mungkin ia akan jadi cuek, tapi aku ingin, selamanya ia akan dekat denganku, di hatiku. Aku harus tahu, bukan hanya Bintang yang harus belajar mandiri, tapi aku juga, sebagai bundanya yang harus tahu bahwa ada saatnya ia akan kulepas kelak.
Buku ini mengajarkan banyak, soal hubungan ibu dan anak, soal kesalahan-kaesalahan yang sering dilakukan anak, dan menjadi seorang ibu dengan sejuta kesulitan hidupnya. Menjadi seorang ibu yang kebahagiaannya tak sempurna. Menjadi seorang ibu yang tegar dan selalu siap. Menjadi seorang ibu di mana keberhasilan anak adalah semangatnya untuk hidup. Mengajarkan suatu cinta yang sejati. Ibu tidak boleh lemah.
Kasih ibu sepanjang jalan. I love you forever. Mama and my daughter.
Happy Birthday, Ma. 10 Agustus 2010.
View all my reviews
My rating: 5 of 5 stars
#2010-69#
"Baca deh, Squid, bukunya baguss.. bikin nangis.."
Aku nggak pernah baca bukunya Mitch Albom sebelumnya, dan ketika Qui merekomendasikan buku ini ketika jalan-jalan di RB menjelang tahun baru kemarin dengan ekspresi mengharukan.
Akhirnya setelah sekian lama dalam tumpukan to-read aku sambar juga untuk dibaca dalam perjalanan pulang. Benar apa yang dikatakannya, sepanjang perjalanan di KRL rasanya dadaku sesak dan mata berkaca-kaca.
Bagaimana Chick Benetto bertemu lagi dengan ibunya yang meninggal 8 tahun yang lalu, dan terlewatkan hari kematiannya. Satu hari saja bersamanya.
"Kau bisa jadi anak mama atau anak papa. Tapi tidak keduanya."(h.31)
Bagaimana mungkin? Bagaimana seorang anak harus memilih untuk ikut mama atau papanya? Bukankah seharusnya yang ia berhak untuk memiliki keduanya sekaligus, dan berbahagia bersamanya?
Tapi kalau memang diharuskan memilih, mungkin aku memang akan pilih mama. Mama sangat mirip dengan karakter Posey di sini. Cantik, ramah, gesit sigap, hangat. Ada dalam berbagai session saat-saat ketika Ibu membelaku yang benar-benar mengingatkanku pada masa-masa mama yang begitu sayang rela melakukan apa saja untukku, mengantarku kuliah di saat hujan deras, mengajari menyetir, menyiapkan ulang tahunku, bahkan sampai sekarang, selalu datang kalau aku mau menitipkan Bintang, senantiasa berdo'a untuk keberhasilanku.
Di saat-saat aku tidak membela ibu aku teringat pada masa kabur dari rumah untuk naik gunung, tidak terbayang khawatir beliau, penolakanku untuk mengajarinya ber-sms, hingga ia bisa dari belajar dari anak tetangga, hingga telepon2 pagi yang jarang kuangkat dengan alasan ribet mau berangkat ke kantor.
she's my equilibrium.
Aku bersyukur mamaku masih ada, sehingga bisa mencoba mengembalikan kasih sayangnya. Aku tahu mama tidak mengharapkan apa-apa dariku, hanya mengharap aku bersikap lebih lembut (karena sering aku ketus seperti ayah), lebih meluangkan waktu dengannya (walaupun kesibukan kami pun sama-sama padat), banyak cerita soal kesulitan-kesulitan (sulit sekali aku untuk bercerita, lebih suka cerita yang baik2 aja).
Aku ingat, seperti chick, yang memilih baseball dengan ayahnya, aku sering lebih memilih mirip ayah, daripada membantu mama di dapur. Aku lebih sering belajar mengutak atik listrik, selalu mengelak dari pekerjaan domestik, dengan alasan belajar matematika. Bermalas2an dengan pelajaran ekonomi yang dikuasai mama, padahal beliau mengajarkan dengan susah payah. Walau akhirnya mamaku sadar, enak juga punya anak perempuan yang bisa disuruh memanjat dak untuk memeriksa tangki air, atau jd teman ditanyain kalau belanja bahan bangunan, tapi beliau pasti masih punya keinginan bisa berbagi pengalaman memasak, atau membuat kue, menjahit, kreasi manik2, dan lainnya (yang sayangnya aku tidak tertarik).
Saat akhirnya diriku menjadi bunda, aku tahu bahwa semua yang mama khawatirkan kepadaku dulu itu benar adanya. Aku menyayangi Bintang, dan mungkin seperti itulah mama menyayangiku sejak kecil. Aku khawatir akan keselamatannya, mungkin itulah yang dirasakan mama ketika aku bepergian jauh. Aku tahu, berkaca pada diriku sendiri, bahwa Bintang kelak mungkin akan bersikap sama denganku, mungkin ia akan berubah di masa remajanya, mungkin ia akan jadi cuek, tapi aku ingin, selamanya ia akan dekat denganku, di hatiku. Aku harus tahu, bukan hanya Bintang yang harus belajar mandiri, tapi aku juga, sebagai bundanya yang harus tahu bahwa ada saatnya ia akan kulepas kelak.
Buku ini mengajarkan banyak, soal hubungan ibu dan anak, soal kesalahan-kaesalahan yang sering dilakukan anak, dan menjadi seorang ibu dengan sejuta kesulitan hidupnya. Menjadi seorang ibu yang kebahagiaannya tak sempurna. Menjadi seorang ibu yang tegar dan selalu siap. Menjadi seorang ibu di mana keberhasilan anak adalah semangatnya untuk hidup. Mengajarkan suatu cinta yang sejati. Ibu tidak boleh lemah.
Kasih ibu sepanjang jalan. I love you forever. Mama and my daughter.
Happy Birthday, Ma. 10 Agustus 2010.
View all my reviews
Veronika Memutuskan Mati - Veronika Decides to Die
Veronika Memutuskan Mati - Veronika Decides to Die by Paulo Coelho
My rating: 3 of 5 stars
#2010-68#
Siapa sih yang memutuskan orang itu waras atau gila?
Harus dokter jiwakah? Atau pandangan umum mengatakan demikian?
Orang yang membiarkan dirinya menjadi gila hanya bila mereka dalam kondisi yang memungkinkan menjadi gila. H. 96
Bayangkan seratus kemungkinan yang akan membuat dirimu dikatai gila.
Kau melempari barang-barang keluar jendela.
Kau berteriak-teriak tak karuan di jalan.
Kau terdiam termangu di ujung tempat tidurmu.
Kau menatap kosong nanar pada satu dinding.
Kau mengurung diri dalam rumah.
Kau mendengar suara-suara aneh di telinga.
Kau memukuli teman-temanmu.
Kau tak pulang ke rumah.
Kau bosan dengan hidupmu.
Kau menjalani hari-hari dengan normal.
Kau tidak tahu siapa dirimu.
Kau memutuskan bunuh diri.
Dan 88 alasan lain yang membuatmu bisa dikirim untuk mengunjungi psikiater.
Kegilaan adalah ketidakmampuan mengkomunikasikan apa yang ada dalam pikiran. Seperti ketika berada di negeri asing, kamu bisa melihat dan memahami apa saja yang terjadi di sekitarmu, tetapi kamu tidak bisa menjelaskan apa yang kamu ketahui dan bantuan apa yang kamu perlukan, karena kamu tidak mengerti bahasa setempat. Kita semua pernah mengalaminya. Kita semua, apapun bentuknya, adalah gila. H.78
Seperti apa hidup Veronika yang normal dan biasa-biasa saja sehingga ia memutuskan untuk mati sebelum menjalani masa tuanya. Sebenarnya apa masalahnya? Bosan hidup? Dan ia malah terjebak dalam rumah sakit jiwa yang ia tidak tahu siapa yang gila di situ. Ia sendiri merasa sangat waras sehingga memutuskan bunuh diri. Siapakah yang bisa dipercaya waras? Pasien pun tidak bisa percaya bahwa si dokter ini waras. Di antara mereka sendiri juga tidak tahu siapa yang sebenarnya gila. Siapa yang gila karena hilang ingatan, atau hanya gila karena orang gila tidak bisa dopersalahkan. Mereka kebal dari vonis.
Zedka gila karena terkenang pada mantan kekasihnya. Mari masuk rumah sakit jiwa karena panic attack, sering bingung sendiri tidak jelas, sukar berkonsentrasi. Eduard tergila-gila pada mistis Brazil dan didakwa schizoprenia. Veronika mencoba bunuh diri karena bosan dengan kenormalan hidupnya.
Apakah sesuatu dianggap normal atau waras karena diikuti oleh mayoritas? Yang tidak mengikuti kebiasaan dianggap tidak normal? Lalu siapa yang menentukan kebiasaan umum apa yang dianggap baik?
Jangan munafik. Kegilaan merupakan bakat alami manusia. Semakin keras kau mengingkari semakin nampak ciri kegilaannya. Jalani saja. Jadilah diri sendiri, kembangkan bakat dan kemampuan. Kegilaan bukan tidak mampu mengendalikan diri. Hidup itu indah. Enjoy it. Jangan mati bosan seperti Veronika.
View all my reviews
My rating: 3 of 5 stars
#2010-68#
Siapa sih yang memutuskan orang itu waras atau gila?
Harus dokter jiwakah? Atau pandangan umum mengatakan demikian?
Orang yang membiarkan dirinya menjadi gila hanya bila mereka dalam kondisi yang memungkinkan menjadi gila. H. 96
Bayangkan seratus kemungkinan yang akan membuat dirimu dikatai gila.
Kau melempari barang-barang keluar jendela.
Kau berteriak-teriak tak karuan di jalan.
Kau terdiam termangu di ujung tempat tidurmu.
Kau menatap kosong nanar pada satu dinding.
Kau mengurung diri dalam rumah.
Kau mendengar suara-suara aneh di telinga.
Kau memukuli teman-temanmu.
Kau tak pulang ke rumah.
Kau bosan dengan hidupmu.
Kau menjalani hari-hari dengan normal.
Kau tidak tahu siapa dirimu.
Kau memutuskan bunuh diri.
Dan 88 alasan lain yang membuatmu bisa dikirim untuk mengunjungi psikiater.
Kegilaan adalah ketidakmampuan mengkomunikasikan apa yang ada dalam pikiran. Seperti ketika berada di negeri asing, kamu bisa melihat dan memahami apa saja yang terjadi di sekitarmu, tetapi kamu tidak bisa menjelaskan apa yang kamu ketahui dan bantuan apa yang kamu perlukan, karena kamu tidak mengerti bahasa setempat. Kita semua pernah mengalaminya. Kita semua, apapun bentuknya, adalah gila. H.78
Seperti apa hidup Veronika yang normal dan biasa-biasa saja sehingga ia memutuskan untuk mati sebelum menjalani masa tuanya. Sebenarnya apa masalahnya? Bosan hidup? Dan ia malah terjebak dalam rumah sakit jiwa yang ia tidak tahu siapa yang gila di situ. Ia sendiri merasa sangat waras sehingga memutuskan bunuh diri. Siapakah yang bisa dipercaya waras? Pasien pun tidak bisa percaya bahwa si dokter ini waras. Di antara mereka sendiri juga tidak tahu siapa yang sebenarnya gila. Siapa yang gila karena hilang ingatan, atau hanya gila karena orang gila tidak bisa dopersalahkan. Mereka kebal dari vonis.
Zedka gila karena terkenang pada mantan kekasihnya. Mari masuk rumah sakit jiwa karena panic attack, sering bingung sendiri tidak jelas, sukar berkonsentrasi. Eduard tergila-gila pada mistis Brazil dan didakwa schizoprenia. Veronika mencoba bunuh diri karena bosan dengan kenormalan hidupnya.
Apakah sesuatu dianggap normal atau waras karena diikuti oleh mayoritas? Yang tidak mengikuti kebiasaan dianggap tidak normal? Lalu siapa yang menentukan kebiasaan umum apa yang dianggap baik?
Jangan munafik. Kegilaan merupakan bakat alami manusia. Semakin keras kau mengingkari semakin nampak ciri kegilaannya. Jalani saja. Jadilah diri sendiri, kembangkan bakat dan kemampuan. Kegilaan bukan tidak mampu mengendalikan diri. Hidup itu indah. Enjoy it. Jangan mati bosan seperti Veronika.
View all my reviews
Eclipse: Gerhana (Twilight, #3)
Eclipse: Gerhana by Stephenie Meyer
My rating: 3 of 5 stars
#2010-67#
It’s on your opinion, that this review contains ‘curcol’ or not. Otherwise, it contains enough spoilers.
Oh iya, review ini juga dilihat dari sudut pandang cewek.
story 1 :
Bella dihukum Charlie karena menghilang menemui Edward (di buku 2). Edward nekad tetap menemui Bella tiap malam, tanpa sepengetahuan Charlie.
Nah, memang seharusnya seorang ayah seperti itu. Masa anak perempuan keluyuran ke mana-mana ia tidak tahu. Hati-hati nanti kalau punya anak perempuan. Pastikan jendela kamarmu terpasang teralis supaya tidak mudah kemasukan vampir.
Namanya juga Bella dan Ed sedang jatuh cinta, wajarlah kalau mereka ingin melewatkan waktu selalu berdua saja. Sepertinya, kalau sedang bersama memang waktu seperti berhenti. Tapi kalau sampai tiap malam, rasanya agak kebangeten. Ok, lah, karena ini cerita fiksi. Tapi jangan ditiru ya, anak2 muda..
story 2 :
Edward membawa Bella menjumpai Renee, ibu Bella. Tiket dibayari oleh Carlisle dan Esme Cullen. Sementara itu, Victoria berkeliaran di Forks dan dikejar-kejar vampir dendam dan serigala yang terusik.
Punya pacar super tajir. Bisa ngajak ke mana saja. Apalagi dia jatuh cinta setengah mati sama kamu. Mau juga sih punya pacar yang bisa beliin Porsche. Berarti bisa aku minta Baby Benz baru cukup sederhana ya? Apalagi ada mekanik handal kayak si Jacob.
story 3 :
Bella kabur ke La Push untuk bertemu dengan Jacob, ngobrol dan curhat. Tanpa sepengetahuan Edward tentunya.
Hmm, enak juga yah punya sahabat yang selalu bisa dijadikan tempat curhat. Sahabat yang selalu bisa memberikan apa saja untuk meringankan bebanmu. Sahabat yang sangat sayang sama kamu. Terkadang, kekasih menjadi tidak penting di saat seperti ini. Kadang aku nggak ngerti, what’s on your mind, Jacob. Padahal Bella sudah menyakiti kamu dengan kembali ke Edward, dan jelas kamu patah hati. Tapi kamu masih bisa juga menerimanya, dan berlaku sebagai sahabat. Salut banget sama kesetiaannya di usianya yang masih muda ini.
Karena pada awalnya memang sahabat, bolehkah seorang sahabat cemburu? Apakah sahabat harus selalu mendukung? Tentu nggak, sahabat juga menunjukkan jalan yang baik, seperti Jacob yang selalu mewanti-wanti Bella untuk berhati-hati pada Edward. Tapi ia juga harus siap, apabila usulnya ini ditolak.
story 4 :
Karena jelas-jelas Bella diburu Victoria, maka keluarga Cullen dan Black berbagi tugas menjaga Bella. Dengan kebesaran hatinya, Edward merelakan Bella dijaga oleh Jacob, ketika ia pergi berburu.
Wah, sungguh butuh kebesaran hati untuk melakukan seperti ini. Bisa enggak sih kau menitipkan kekasihmu ke sainganmu yang jelas-jelas jatuh cinta sama kekasihmu itu. Tapi untuk itu kau harus punya rasa percaya yang besar pada mereka berdua. Harus jelas dulu bahwa kekasihmu sangat setia dan mencintaimu. Tapi, untuk keselamatannya, apapun dilakukan. Walaupun itu bisa beresiko kehilangan kekasihmu karena berpindah ke lain hati.
story 5 :
Legenda werewolf berasal dari roh si pemimpin suku yang melindungi rakyatnya.
Ada istri kepala suku yang rela mati demi melindungi si kepala suku, si pemilik roh serigala. Pengorbanan lagi? Selalu, cinta butuh pengorbanan. Walau kadang tak sepadan, tapi.. itulah misteri cinta, orang bisa berbuat apa saja walaupun membahayakan dirinya. Saat tidak lagi memandang untung rugi, hitung-hitungan, hanya cinta yang berperan. Tidak bisa menyetarakan cinta dengan logika.
story 6 :
Bella loves to read Wuthering Heights.
Apa ya ceritanya? Aku juga belum baca. Kalau menilik, mungkin tentang cinta dan pengorbanan juga. Bisa dilihat bahwa penulis kayaknya terinspirasi dari kisah si Heatcliff ini. Mencintai seseorang yang akan membunuhmu. Seperti candu. Bedanya, candu membunuhmu perlahan-lahan, namun vampir tidak. Hmm, cinta juga bisa membunuhmu perlahan-lahan. Apalagi cinta yang dikorbankan.
story 7 :
“Sampai jantungmu berhenti berdetak, Bella,” katanya. “Aku akan terus berada di sini --- berjuang. Jangan lupa kalau kau punya pilihan.”
Pejuang cinta memang tak boleh patah semangat. Lihat kata-kata Jacob di atas. Berarti dia menunggu sampai bendera kuning. Wah, janur kuning tidak mempengaruhi apa-apa ternyata.. Tetapi apakah baik menunggu terlalu lama untuk sebuah cinta? Menunggu sampai cinta itu berlari kembali menyambutmu. Berharap-harap cemas akankah ada balasan.
Cinta, seandainya layak untuk diperjuangkan, cuma hatimu yang tahu.
story 8 :
Bella digendong Jacob untuk menyembunyikan baunya. Melintasi hutan bersalju hingga di puncak gunung.
Kalau seseorang berbau, memang harus disembunyikan. Tapi kalau kamu bau, ya mandi.. pakai deodoran. Jangan sampai kamu berbau begini ketauan sama pacar kamu. Apalagi sampai minta gendong segala. Kasihan kan pacar kamu kebauan. Masa iya harus pacar kamu pilek sampai nggak bisa ngebauin terus kamu minta gendong-gendong.
Selain itu, harus sadar diri lah, kalau memang berat jangan memaksa minta gendong, kecuali pacar kamu vampir atau werewolf yang kuat. Kira-kira berat badan kamu setengahnya dari sang pacar supaya nggak pingsan kalau diminta menggendong sampai naik gunung bersalju.
story 9 :
Bella, Edward dan Jacob berada dalam satu tenda di tengah badai salju.
Ini situasi yang amat buruk nih. Paling males kan kalau orang-orang yang mencintaimu berada dalam satu tempat lalu mereka saling berantem memperebutkan siapa yang layak mendampingi kamu. Seperti kamu tuh piala untuk dimenangkan saja. Buat semustahil mungkin hal ini terjadi. Kalau bisa dihindari. Akibatnya bisa dua, pertama, mereka bisa mati-matian memujamu dengan memperebutkan dan kau akan mendapatkan yang terbaik. Kedua, mereka saling membuang dirimu sehingga tak ada satu pun yang menang, dan kau pun malah tak punya pendamping sama sekali karena dikira serakah, punya banyak kekasih. Memilih? Jangan di situasi seperti ini. Tidak ada yang berpikir jernih di sini.
Ini cerita tentang pengorbanan dan kebesaran hati, yang mempertarungkan cinta dengan logika. Siapa yang menang nggak penting. Dalam kisah romantis logika biasanya kalah. Inilah ajaibnya cinta. Ia bisa muncul kapan saja, tanpa harus ada kenapa. Dan ketika cinta tidak harus memiliki, itu menyesakkan. Bohong besar kalau tidak merasa ada yang mengguncang dada. Cinta menyakitkan, namun waktu akan menyembuhkan. Saat ketika logika menang, itu hanya soal waktu. Bukan selalu untuk kembali, tapi untuk melapangkan dada.
View all my reviews
My rating: 3 of 5 stars
#2010-67#
It’s on your opinion, that this review contains ‘curcol’ or not. Otherwise, it contains enough spoilers.
Oh iya, review ini juga dilihat dari sudut pandang cewek.
story 1 :
Bella dihukum Charlie karena menghilang menemui Edward (di buku 2). Edward nekad tetap menemui Bella tiap malam, tanpa sepengetahuan Charlie.
Nah, memang seharusnya seorang ayah seperti itu. Masa anak perempuan keluyuran ke mana-mana ia tidak tahu. Hati-hati nanti kalau punya anak perempuan. Pastikan jendela kamarmu terpasang teralis supaya tidak mudah kemasukan vampir.
Namanya juga Bella dan Ed sedang jatuh cinta, wajarlah kalau mereka ingin melewatkan waktu selalu berdua saja. Sepertinya, kalau sedang bersama memang waktu seperti berhenti. Tapi kalau sampai tiap malam, rasanya agak kebangeten. Ok, lah, karena ini cerita fiksi. Tapi jangan ditiru ya, anak2 muda..
story 2 :
Edward membawa Bella menjumpai Renee, ibu Bella. Tiket dibayari oleh Carlisle dan Esme Cullen. Sementara itu, Victoria berkeliaran di Forks dan dikejar-kejar vampir dendam dan serigala yang terusik.
Punya pacar super tajir. Bisa ngajak ke mana saja. Apalagi dia jatuh cinta setengah mati sama kamu. Mau juga sih punya pacar yang bisa beliin Porsche. Berarti bisa aku minta Baby Benz baru cukup sederhana ya? Apalagi ada mekanik handal kayak si Jacob.
story 3 :
Bella kabur ke La Push untuk bertemu dengan Jacob, ngobrol dan curhat. Tanpa sepengetahuan Edward tentunya.
Hmm, enak juga yah punya sahabat yang selalu bisa dijadikan tempat curhat. Sahabat yang selalu bisa memberikan apa saja untuk meringankan bebanmu. Sahabat yang sangat sayang sama kamu. Terkadang, kekasih menjadi tidak penting di saat seperti ini. Kadang aku nggak ngerti, what’s on your mind, Jacob. Padahal Bella sudah menyakiti kamu dengan kembali ke Edward, dan jelas kamu patah hati. Tapi kamu masih bisa juga menerimanya, dan berlaku sebagai sahabat. Salut banget sama kesetiaannya di usianya yang masih muda ini.
Karena pada awalnya memang sahabat, bolehkah seorang sahabat cemburu? Apakah sahabat harus selalu mendukung? Tentu nggak, sahabat juga menunjukkan jalan yang baik, seperti Jacob yang selalu mewanti-wanti Bella untuk berhati-hati pada Edward. Tapi ia juga harus siap, apabila usulnya ini ditolak.
story 4 :
Karena jelas-jelas Bella diburu Victoria, maka keluarga Cullen dan Black berbagi tugas menjaga Bella. Dengan kebesaran hatinya, Edward merelakan Bella dijaga oleh Jacob, ketika ia pergi berburu.
Wah, sungguh butuh kebesaran hati untuk melakukan seperti ini. Bisa enggak sih kau menitipkan kekasihmu ke sainganmu yang jelas-jelas jatuh cinta sama kekasihmu itu. Tapi untuk itu kau harus punya rasa percaya yang besar pada mereka berdua. Harus jelas dulu bahwa kekasihmu sangat setia dan mencintaimu. Tapi, untuk keselamatannya, apapun dilakukan. Walaupun itu bisa beresiko kehilangan kekasihmu karena berpindah ke lain hati.
story 5 :
Legenda werewolf berasal dari roh si pemimpin suku yang melindungi rakyatnya.
Ada istri kepala suku yang rela mati demi melindungi si kepala suku, si pemilik roh serigala. Pengorbanan lagi? Selalu, cinta butuh pengorbanan. Walau kadang tak sepadan, tapi.. itulah misteri cinta, orang bisa berbuat apa saja walaupun membahayakan dirinya. Saat tidak lagi memandang untung rugi, hitung-hitungan, hanya cinta yang berperan. Tidak bisa menyetarakan cinta dengan logika.
story 6 :
Bella loves to read Wuthering Heights.
Apa ya ceritanya? Aku juga belum baca. Kalau menilik, mungkin tentang cinta dan pengorbanan juga. Bisa dilihat bahwa penulis kayaknya terinspirasi dari kisah si Heatcliff ini. Mencintai seseorang yang akan membunuhmu. Seperti candu. Bedanya, candu membunuhmu perlahan-lahan, namun vampir tidak. Hmm, cinta juga bisa membunuhmu perlahan-lahan. Apalagi cinta yang dikorbankan.
story 7 :
“Sampai jantungmu berhenti berdetak, Bella,” katanya. “Aku akan terus berada di sini --- berjuang. Jangan lupa kalau kau punya pilihan.”
Pejuang cinta memang tak boleh patah semangat. Lihat kata-kata Jacob di atas. Berarti dia menunggu sampai bendera kuning. Wah, janur kuning tidak mempengaruhi apa-apa ternyata.. Tetapi apakah baik menunggu terlalu lama untuk sebuah cinta? Menunggu sampai cinta itu berlari kembali menyambutmu. Berharap-harap cemas akankah ada balasan.
Cinta, seandainya layak untuk diperjuangkan, cuma hatimu yang tahu.
story 8 :
Bella digendong Jacob untuk menyembunyikan baunya. Melintasi hutan bersalju hingga di puncak gunung.
Kalau seseorang berbau, memang harus disembunyikan. Tapi kalau kamu bau, ya mandi.. pakai deodoran. Jangan sampai kamu berbau begini ketauan sama pacar kamu. Apalagi sampai minta gendong segala. Kasihan kan pacar kamu kebauan. Masa iya harus pacar kamu pilek sampai nggak bisa ngebauin terus kamu minta gendong-gendong.
Selain itu, harus sadar diri lah, kalau memang berat jangan memaksa minta gendong, kecuali pacar kamu vampir atau werewolf yang kuat. Kira-kira berat badan kamu setengahnya dari sang pacar supaya nggak pingsan kalau diminta menggendong sampai naik gunung bersalju.
story 9 :
Bella, Edward dan Jacob berada dalam satu tenda di tengah badai salju.
Ini situasi yang amat buruk nih. Paling males kan kalau orang-orang yang mencintaimu berada dalam satu tempat lalu mereka saling berantem memperebutkan siapa yang layak mendampingi kamu. Seperti kamu tuh piala untuk dimenangkan saja. Buat semustahil mungkin hal ini terjadi. Kalau bisa dihindari. Akibatnya bisa dua, pertama, mereka bisa mati-matian memujamu dengan memperebutkan dan kau akan mendapatkan yang terbaik. Kedua, mereka saling membuang dirimu sehingga tak ada satu pun yang menang, dan kau pun malah tak punya pendamping sama sekali karena dikira serakah, punya banyak kekasih. Memilih? Jangan di situasi seperti ini. Tidak ada yang berpikir jernih di sini.
Ini cerita tentang pengorbanan dan kebesaran hati, yang mempertarungkan cinta dengan logika. Siapa yang menang nggak penting. Dalam kisah romantis logika biasanya kalah. Inilah ajaibnya cinta. Ia bisa muncul kapan saja, tanpa harus ada kenapa. Dan ketika cinta tidak harus memiliki, itu menyesakkan. Bohong besar kalau tidak merasa ada yang mengguncang dada. Cinta menyakitkan, namun waktu akan menyembuhkan. Saat ketika logika menang, itu hanya soal waktu. Bukan selalu untuk kembali, tapi untuk melapangkan dada.
View all my reviews
Vollidiot
Vollidiot. by Tommy Jaud
My rating: 1 of 5 stars
#2010-66#
mestinya buku ini ada tulisannya 'buat cowok' atau sejenisnya, karena isi ceritanya bener-bener bikin eneg, bikin gak nyaman cewek yang baca (dalam hal ini :gue).
ok, sebagai sebuah buku berjudul voll idiot, beneran si tokohnya idiot banget, tolol malah menurut gue, sama sekali gak menghargai apa yang dia dapet.
yang ada di kepala dia cuma sex doang, yang merasa hidupnya hancur karena dia jomblo di umur 30, jadi gak bisa menyalurkan nafsunya.
berbagai cewek berseliweran di sini, yang dia mau kencani, ataupun cewek-cewek yang mengajaknya kencan. mulai dari pemandu wisata, manager, coffee girl starbucks, teman les bahasa spanyol, sampai pembantu rumah tangganya! beneran sok kegantengan banget ini orang, walaupun dia pemilih, tapi hidupnya benar-benar dilingkupi oleh tindakan-tindakan bodoh, gak pake mikir. ternyata apa? emang gak bakal dapet apa-apa karena ekspektasinya terlalu tinggi sih.
males enggak sih baca yang beginian??
mungkin kalau di jerman ratingnya lumayan tinggi karena lucunya, mungkin agak cocok dengan konteks kehidupan di sana, tapi buat gue ceritanya sangat bikin males. unmotivated.
dan lagi penerjemahannya juga kurang halus, banyak pilihan kata yang nggak enak dirangkaikan. typo mungkin ada, tapi keluwesan berbahasa saja sudah nggak enak, jadi membuat susah payah menyelesaikannya. it's all about girls, games, and beers..
View all my reviews
My rating: 1 of 5 stars
#2010-66#
mestinya buku ini ada tulisannya 'buat cowok' atau sejenisnya, karena isi ceritanya bener-bener bikin eneg, bikin gak nyaman cewek yang baca (dalam hal ini :gue).
ok, sebagai sebuah buku berjudul voll idiot, beneran si tokohnya idiot banget, tolol malah menurut gue, sama sekali gak menghargai apa yang dia dapet.
yang ada di kepala dia cuma sex doang, yang merasa hidupnya hancur karena dia jomblo di umur 30, jadi gak bisa menyalurkan nafsunya.
berbagai cewek berseliweran di sini, yang dia mau kencani, ataupun cewek-cewek yang mengajaknya kencan. mulai dari pemandu wisata, manager, coffee girl starbucks, teman les bahasa spanyol, sampai pembantu rumah tangganya! beneran sok kegantengan banget ini orang, walaupun dia pemilih, tapi hidupnya benar-benar dilingkupi oleh tindakan-tindakan bodoh, gak pake mikir. ternyata apa? emang gak bakal dapet apa-apa karena ekspektasinya terlalu tinggi sih.
males enggak sih baca yang beginian??
mungkin kalau di jerman ratingnya lumayan tinggi karena lucunya, mungkin agak cocok dengan konteks kehidupan di sana, tapi buat gue ceritanya sangat bikin males. unmotivated.
dan lagi penerjemahannya juga kurang halus, banyak pilihan kata yang nggak enak dirangkaikan. typo mungkin ada, tapi keluwesan berbahasa saja sudah nggak enak, jadi membuat susah payah menyelesaikannya. it's all about girls, games, and beers..
View all my reviews
New Moon: Dua Cinta (Twilight, #2)
New Moon: Dua Cinta by Stephenie Meyer
My rating: 3 of 5 stars
#2010-65#
Edward :
Tak pernah terpikirkan olehku /Untuk tinggalkan engkau seperti ini
Tak terbayangkan jikaku beranjak pergi /Betapa hancur dan harunya hidupmu
Sebenarnya ku tak ingin berada disini /Di tempat jauh yang sepi memisahkan kita
Kuberharap semuanya pasti akan berbeda /Meski tak mungkin menumbuhkan jiwa itu lagi
(Rapuh-Padi)
Bella :
Seribu tanya sesak di dada/Haruskah bimbang meraja
Lelah tepis harapanku/Sendiri mencari bayangmu
Kutunggu dirimu/Selalu kutunggu
Walaupun kutahu/Kau jauh .. kutahu .. kau jauh
(Jauh-Cokelat)
Jacob :
Hidupku tanpa cintamu/Bagai malam tanpa bintang
Cintaku tanpa sambutmu/Bagai panas tanpa hujan
Jiwaku berbisik lirih/Ku harus milikimu
Aku bisa membuatmu jatuh cinta kepadaku/Meski kau tak cinta... kepadaku
Beri sedikit waktu biar cinta datang/Karena telah terbiasa
(Risalah Hati – Dewa)
Sejauh ini, buku yang saya baca ketika berangkat dan pergi karaoke ini, berada dalam alur-alur yang lambat. Apalagi sepeninggal Edward. Runtutan ceritanya di awal, kisah-kisah jalan-jalannya dengan Jacob, tidak membuat antusias untuk penasaran apa yang terjadi. Mungkin karena sudah banyak spoiler kiri kanan sehingga saya tidak tegang dan penasaran lagi ketika Jacob menghilang.
Ok, apakah buku ini menjawab pertanyaan saya di review buku pertama?
Who is Bella Swan? What is her destiny?
Jadi apa arti semua itu bagiku?
Aku tahu jawaban pertanyaan itu. Berarti ada yang benar-benar tidak beres denganku. Bagaimana bisa hidupku dipenuhi karakter dari film-film horor? Bagaimana mungkin aku bisa begitu peduli pada mereka sehingga hatiku terasa seperti direnggutkan dari dadaku setiap kali mereka pergi mengikuti jalan hidup mistis mereka? (h.314)
Maaf, Twihard, saya harus tertawa di sini. Tentu saja saya bilang, koq bisa-bisanya ya takdirmu seperti itu, Bella. Meskipun demikian tetap saja saya berpikir ala teori konspirasi, kira-kira apa sih yang bikin Bella digila-gilai oleh dua jenis makhluk jadi-jadian ini? Apakah Bella adalah pembawa takdir atau sejenisnya sehingga harus dilindungi mati-matian?
Sebagai cerita love hurt story, cerita ini biasa saja, cenderung berlebihan, walaupun wajar untuk anak 17 tahun yang ditinggalkan cinta pertamanya. Patah hati, mengurung diri, menjalani kehidupan dengan kosong, hingga berbulan-bulan, sampai menarik diri dari kehidupan sehari-hari. Pasti kepergian Edward telah meninggalkan luka yang begitu dalam. Pastilah orang sekitarnya gemes banget ngeliat tingkah Bella yang sedih terus-terusan.
Dan seperti diketahui, patah hati hanya bisa diobati dengan melupakan (yah, bagaimanapun ini sulit sekali) atau jatuh cinta lagi. Salah satu terapi persahabatan Bella dengan Jacob ternyata berhasil, di mana ia sebenarnya kehilangan pelindung, dan Jacob pas sekali memasuki tempat lowong yang ditinggalkan Edward. Benar, kenangan menyeruak kapan saja, terutama di saat sendirian. Tapi di saat kau bersama teman-teman yang membawa kebahagiaan terkadang kenangan indah namun hilang itu mudah dilupakan.
Sebagai cerita vampir, hanya sedikit diceritakan di sini, lumayan gagal sih. Memang ada cerita soal bagaimana vampir mati di tangan Volturi, dan kekuatan-kekuatan tersembunyi mereka, bagaimana mereka makan. Tapi hanya sebagian kecil, hanya merupakan rangkaian cerita saja. Justru Victoria, yang jelas-jelas sepanjang cerita mengincar Bella, terasa hanya sekelebatan-sekelebatan saja sebagai pembunuh di hutan. Kenapa si Victoria ini nggak pernah berhasil mendekati Bella satu kali pun, padahal dia kan vampir yang cukup kuat juga. Tidak ada penokohan Victoria yang jelas di sini. Sama sekali nggak ada adegan tegangnya.
Sebagai cerita serigala jadi-jadian, eksplorasinya bagus. Diceritakan dengan rinci awal-awal perubahan Jacob, sifat-sifat tak terkendali, perubahan ukuran tubuh, kebiasaan berkelahi, sampai konsekuensi yang mungkin terjadi apabila berdekatan dengan serigala. Dijelaskan bahwa mereka bisa berubah jadi serigala apabila emosinya sedang meledak, dan berpotensi melukai orang-orang yang ada di sekitarnya. Bisa dibilang, karena perubahan Jacob inilah yang menguatkan karakter kawanan serigala ini. Sehingga dapat diketahui dengan jelas bagaimana masa puber seseorang yang memiliki gen serigala dapat dilewati, bersama kawanannya ataupun sendirian.
Ditambahkan juga bahwa serigala dapat membunuh vampir dengan mudahnya, sayang proses matinya Laurent tidak dijelaskan, hanya digiring pergi lalu tahu-tahu diceritakan mati. Satu lagi penghindaran konflik berdarah di sini.
Sebagai love story, pertemuan kembali Edward dan Bella terasa bagai adegan film. Scene demi scene mengalir, ada ketegangan yang dirasa, sampai akhirnya mereka bertemu kembali di Italia. Dramatis, mungkin yang ingin dicapai oleh cerita ini. Sangat mudah ditebak bahwa Bella akan berhasil menahan Edward bunuh diri. Jujur saja, saya menikmati adegan-adegan di sini.
Sebenarnya ratingnya tidak bisa setinggi yang pertama, tapi untuk bisa dibilang it’s ok juga lebih. Thanks for werewolf story, you'd saved it.
Kembali, ini kisah cinta benar. Menghadirkan ending yang romantis selalu dicari-cari. Pertemuan Bella dan Edward, permusuhan Jacob dan Edward, aroma kecemburuan satu sama lain, sampai kegalakan ayah Bella.
Cinta itu tak masuk akal, aku mengingatkan diri sendiri. Semakin kau mencintai seseorang, semakin pikiranmu menjadi tidak rasional. (h.362)
View all my reviews
My rating: 3 of 5 stars
#2010-65#
Edward :
Tak pernah terpikirkan olehku /Untuk tinggalkan engkau seperti ini
Tak terbayangkan jikaku beranjak pergi /Betapa hancur dan harunya hidupmu
Sebenarnya ku tak ingin berada disini /Di tempat jauh yang sepi memisahkan kita
Kuberharap semuanya pasti akan berbeda /Meski tak mungkin menumbuhkan jiwa itu lagi
(Rapuh-Padi)
Bella :
Seribu tanya sesak di dada/Haruskah bimbang meraja
Lelah tepis harapanku/Sendiri mencari bayangmu
Kutunggu dirimu/Selalu kutunggu
Walaupun kutahu/Kau jauh .. kutahu .. kau jauh
(Jauh-Cokelat)
Jacob :
Hidupku tanpa cintamu/Bagai malam tanpa bintang
Cintaku tanpa sambutmu/Bagai panas tanpa hujan
Jiwaku berbisik lirih/Ku harus milikimu
Aku bisa membuatmu jatuh cinta kepadaku/Meski kau tak cinta... kepadaku
Beri sedikit waktu biar cinta datang/Karena telah terbiasa
(Risalah Hati – Dewa)
Sejauh ini, buku yang saya baca ketika berangkat dan pergi karaoke ini, berada dalam alur-alur yang lambat. Apalagi sepeninggal Edward. Runtutan ceritanya di awal, kisah-kisah jalan-jalannya dengan Jacob, tidak membuat antusias untuk penasaran apa yang terjadi. Mungkin karena sudah banyak spoiler kiri kanan sehingga saya tidak tegang dan penasaran lagi ketika Jacob menghilang.
Ok, apakah buku ini menjawab pertanyaan saya di review buku pertama?
Who is Bella Swan? What is her destiny?
Jadi apa arti semua itu bagiku?
Aku tahu jawaban pertanyaan itu. Berarti ada yang benar-benar tidak beres denganku. Bagaimana bisa hidupku dipenuhi karakter dari film-film horor? Bagaimana mungkin aku bisa begitu peduli pada mereka sehingga hatiku terasa seperti direnggutkan dari dadaku setiap kali mereka pergi mengikuti jalan hidup mistis mereka? (h.314)
Maaf, Twihard, saya harus tertawa di sini. Tentu saja saya bilang, koq bisa-bisanya ya takdirmu seperti itu, Bella. Meskipun demikian tetap saja saya berpikir ala teori konspirasi, kira-kira apa sih yang bikin Bella digila-gilai oleh dua jenis makhluk jadi-jadian ini? Apakah Bella adalah pembawa takdir atau sejenisnya sehingga harus dilindungi mati-matian?
Sebagai cerita love hurt story, cerita ini biasa saja, cenderung berlebihan, walaupun wajar untuk anak 17 tahun yang ditinggalkan cinta pertamanya. Patah hati, mengurung diri, menjalani kehidupan dengan kosong, hingga berbulan-bulan, sampai menarik diri dari kehidupan sehari-hari. Pasti kepergian Edward telah meninggalkan luka yang begitu dalam. Pastilah orang sekitarnya gemes banget ngeliat tingkah Bella yang sedih terus-terusan.
Dan seperti diketahui, patah hati hanya bisa diobati dengan melupakan (yah, bagaimanapun ini sulit sekali) atau jatuh cinta lagi. Salah satu terapi persahabatan Bella dengan Jacob ternyata berhasil, di mana ia sebenarnya kehilangan pelindung, dan Jacob pas sekali memasuki tempat lowong yang ditinggalkan Edward. Benar, kenangan menyeruak kapan saja, terutama di saat sendirian. Tapi di saat kau bersama teman-teman yang membawa kebahagiaan terkadang kenangan indah namun hilang itu mudah dilupakan.
Sebagai cerita vampir, hanya sedikit diceritakan di sini, lumayan gagal sih. Memang ada cerita soal bagaimana vampir mati di tangan Volturi, dan kekuatan-kekuatan tersembunyi mereka, bagaimana mereka makan. Tapi hanya sebagian kecil, hanya merupakan rangkaian cerita saja. Justru Victoria, yang jelas-jelas sepanjang cerita mengincar Bella, terasa hanya sekelebatan-sekelebatan saja sebagai pembunuh di hutan. Kenapa si Victoria ini nggak pernah berhasil mendekati Bella satu kali pun, padahal dia kan vampir yang cukup kuat juga. Tidak ada penokohan Victoria yang jelas di sini. Sama sekali nggak ada adegan tegangnya.
Sebagai cerita serigala jadi-jadian, eksplorasinya bagus. Diceritakan dengan rinci awal-awal perubahan Jacob, sifat-sifat tak terkendali, perubahan ukuran tubuh, kebiasaan berkelahi, sampai konsekuensi yang mungkin terjadi apabila berdekatan dengan serigala. Dijelaskan bahwa mereka bisa berubah jadi serigala apabila emosinya sedang meledak, dan berpotensi melukai orang-orang yang ada di sekitarnya. Bisa dibilang, karena perubahan Jacob inilah yang menguatkan karakter kawanan serigala ini. Sehingga dapat diketahui dengan jelas bagaimana masa puber seseorang yang memiliki gen serigala dapat dilewati, bersama kawanannya ataupun sendirian.
Ditambahkan juga bahwa serigala dapat membunuh vampir dengan mudahnya, sayang proses matinya Laurent tidak dijelaskan, hanya digiring pergi lalu tahu-tahu diceritakan mati. Satu lagi penghindaran konflik berdarah di sini.
Sebagai love story, pertemuan kembali Edward dan Bella terasa bagai adegan film. Scene demi scene mengalir, ada ketegangan yang dirasa, sampai akhirnya mereka bertemu kembali di Italia. Dramatis, mungkin yang ingin dicapai oleh cerita ini. Sangat mudah ditebak bahwa Bella akan berhasil menahan Edward bunuh diri. Jujur saja, saya menikmati adegan-adegan di sini.
Sebenarnya ratingnya tidak bisa setinggi yang pertama, tapi untuk bisa dibilang it’s ok juga lebih. Thanks for werewolf story, you'd saved it.
Kembali, ini kisah cinta benar. Menghadirkan ending yang romantis selalu dicari-cari. Pertemuan Bella dan Edward, permusuhan Jacob dan Edward, aroma kecemburuan satu sama lain, sampai kegalakan ayah Bella.
Cinta itu tak masuk akal, aku mengingatkan diri sendiri. Semakin kau mencintai seseorang, semakin pikiranmu menjadi tidak rasional. (h.362)
View all my reviews
Silver Phoenix
Silver Phoenix by Cindy Pon
My rating: 2 of 5 stars
#2010-64#
Awalnya saya pikir ini cerita fantasy oriental sepeti Dragon Keeper, perjalanan dan petualangan anak perempuan. Jalan ceritanya sih menarik, tapi latar belakang yang tidak jelas membuat saya bingung.
Perjalanan Ai Ling dan Chen Yong melewati berbagai tempat dan menemukan berbagai lawan yang bisa mereka hadapi adalah plot standar penceritaan. Yah, seperti review teman-teman yang lain, ada benang merah yang hilang dalam cerita ini. Silver Phoenixnya sendiri yang hilang. Seharusnya, ketika si Dewi di Istana menceritakan tentang Silver Phoenix, tuntas sejak siapa itu Silver Phoenix hingga saat kematiannya di masa lalu. Ada kesan ditutup-tutupi untuk menimbulkan misteri, tapi ternyata cara pengungkapannya ketika di istana hanya segitu saja.
Demikian juga dengan Chen Yong, mereka bersama hanya karena 'ada kekuatan yang menarikku di sini'. Hubungannya karena sama-sama mau pergi ke istana saja? Ah, cerita yang menggantung.
Ketertarikan saya terobati oleh banyaknya makanan yang bertebaran di sini. Hebatnya, ada cerita yang benar-benar mendeskripsikan makanan sampai tidak ketinggalan satu waktu makan pun sepanjang perjalanan, pagi, siang dan sore. Apakah itu makan bakmi dan siomay kukus di restoran, dijamu dengan daging unggas panggang, sayur musim semi, kepiting sungai porselen berbintik, lobster kaisar. Dibawakan bekal di perjalanan, daging yang diasinkan, cumi-cumi, buah-buahan kering, kacang-kacangan, biskuit.
Itu baru sebagian kecil makanan yang nampak dalam satu bab. Bisa dilihat negeri Cina sangat kaya dalam seni kuliner sejak dulu. Sampai saya agak curiga, jangan-jangan penulisnya anak pemilik restoran Cina. Sungguh, buku ini tidak direkomendasikan dibaca di bulan puasa. Bisa-bisa anda terus menerus menelan ludah membacanya.
View all my reviews
My rating: 2 of 5 stars
#2010-64#
Awalnya saya pikir ini cerita fantasy oriental sepeti Dragon Keeper, perjalanan dan petualangan anak perempuan. Jalan ceritanya sih menarik, tapi latar belakang yang tidak jelas membuat saya bingung.
Perjalanan Ai Ling dan Chen Yong melewati berbagai tempat dan menemukan berbagai lawan yang bisa mereka hadapi adalah plot standar penceritaan. Yah, seperti review teman-teman yang lain, ada benang merah yang hilang dalam cerita ini. Silver Phoenixnya sendiri yang hilang. Seharusnya, ketika si Dewi di Istana menceritakan tentang Silver Phoenix, tuntas sejak siapa itu Silver Phoenix hingga saat kematiannya di masa lalu. Ada kesan ditutup-tutupi untuk menimbulkan misteri, tapi ternyata cara pengungkapannya ketika di istana hanya segitu saja.
Demikian juga dengan Chen Yong, mereka bersama hanya karena 'ada kekuatan yang menarikku di sini'. Hubungannya karena sama-sama mau pergi ke istana saja? Ah, cerita yang menggantung.
Ketertarikan saya terobati oleh banyaknya makanan yang bertebaran di sini. Hebatnya, ada cerita yang benar-benar mendeskripsikan makanan sampai tidak ketinggalan satu waktu makan pun sepanjang perjalanan, pagi, siang dan sore. Apakah itu makan bakmi dan siomay kukus di restoran, dijamu dengan daging unggas panggang, sayur musim semi, kepiting sungai porselen berbintik, lobster kaisar. Dibawakan bekal di perjalanan, daging yang diasinkan, cumi-cumi, buah-buahan kering, kacang-kacangan, biskuit.
Itu baru sebagian kecil makanan yang nampak dalam satu bab. Bisa dilihat negeri Cina sangat kaya dalam seni kuliner sejak dulu. Sampai saya agak curiga, jangan-jangan penulisnya anak pemilik restoran Cina. Sungguh, buku ini tidak direkomendasikan dibaca di bulan puasa. Bisa-bisa anda terus menerus menelan ludah membacanya.
View all my reviews
Twilight (Twilight, #1)
Twilight by Stephenie Meyer
My rating: 3 of 5 stars
#2010-63#
Prelude Confessions
Kenapa akhirnya saya memutuskan baca novel ini? Bukan karena saya pengen menjelekannya karena memang tadinya saya tidak suka setelah sempat skimming. Sebagai yang mengaku bisa buku apa saja, dan tingkat kecepatan membaca yang cukup, rasanya bolehlah meluangkan waktu sedikit untuk membaca supaya bisa berkomentar karena tahu. Yah, keputusan yang saya ambil dengan sadar dan kebetulan sangat mudah sekali mendapatkan buku ini di kalangan teman-teman saya non goodreader, sehingga tidak menunda-nunda menunggu buku.
Pengalaman nonton yang membuat saya bertanya-tanya. Pertama pas sesudah nonton bareng Eclipse dan kebetulan nggak ikut dan hanya dapet ceritanya cercaan teman-teman yang mentertawakan film ini. Kedua pas nonton Eclipse beneran dan malah saya ngerasa koq banyak bagian yang tidak bertaut. Terlalu banyak why this? Why that? Dan terutama banget adalah:
Who is Bella Swan? What is her destiny?
Siapa sih cewek ini???
Siapa sih cewek ini sampai-sampai satu keluarga vampir dan satu keluarga werewolf mau mati-matian ngelindungi dia?? Apa sih istimewanya??
(am I sound too jealous?? maybe… :p)
Trus kenapa saya mau meluangkan waktu membacanya??
Ooh, curiosity things maybe.. because this is a love story..
dan pertanyaan juga, kenapa saya, yang suka dengan buku-buku bertema curhat, tidak meluangkan waktu untuk baca?? kenapa saya skimming trus tidak suka? kenapa setelah nonton filmnya justru curious?
*
*
*
setelah baca bukunya..
Baiklah, ini analisis pribadi aja..
Ternyata Bella Swan adalah cewek biasa, namun istimewa karena pikirannya tidak bisa dibaca Edward. Belum pernah jatuh cinta sebelumnya. Tipe cewek yang sebenarnya cantik tapi nggak mau nonjolin diri. Seperti ini nih yang bikin cowok-cowok tergila-gila penasaran. Dan jatuh cinta sama Edward karena penasaran juga, nih cowok ngilang-ngilang melulu..
Edward jatuh cinta karena aroma Bella yang menggiurkan. Karena penasaran juga sih. Yeah, he just fall in love with her. Dari perasaan sayang ingin melindungi, berkembang menjadi perasaan mencintai. Karena Bella yang membuat hari-harinya lebih ceria. Kalau di buku kedua, katanya seperti meteor..
Sebagai love story, cerita ini top abis, banyak kata-kata yang bikin klepek-klepek. Apalagi adegan padang bunga di tengah hutan ketika mereka jadian, pasti so sweet. Bagaimana melihat cinta yang hanya cinta tanpa alasan berkembang di antara mereka berdua. Buat yang lagi jatuh cinta, pasti adegan ini bikin nggak bisa tidur. Sangat wajar yang dialami Bella, remaja 16 tahun yang sedang berkembang perasaannya. Siapa sih yang tidak jatuh cinta di umur segitu?
Sebagai cerita vampir, cerita ini gagal abis. Hanya diceritakan bahwa mereka tidak makan biasa, dan dapat hidup abadi. Juga diperlihatkan beberapa kemampuan-kemampuan vampir, tapi tidak diperjelas dengan kehidupannya bagaimana. Bagaimana mereka berburu, bagaimana menangkap mangsa, bagaimana menggigit untuk membunuh, atau menggigit untuk membuat vampir baru. Bagaimana mereka bertahan untuk tidak makan berhari-hari. Pertempuran dengan vampir lain pun hanya segitu saja digambarkannya. Sampai saya berharap bisa tahu siapa sih si Victoria yang tahu-tahu nongol di film, tetap tak terjawab di sini selain penjelasan bahwa ia hanya kerabat yang mampir saja.
Gaya penulisannya dengan sudut pandang 'aku' membuat semua cerita dari sudut pandang Bella. Makanya, ketika Bella pingsan, bagaimana Edward membunuh James itu tidak nampak dalam cerita. Agak kecewa di situ. Ketegangannya suspensif, tapi lambat. Malah saya berpikir, bagaimana kalau Edward bukan vampir, tapi hanya anggota keluarga pembunuh yang jatuh cinta pada korbannya? Rasanya ceritanya nggak jauh berbeda.
Saya nggak tahu pasti, tapi saya merasa ada yang kurang sreg dengan penerjemahannya. Apalagi ini jenis genre yang baru saya baca. Buku love story favorit saya tentu tulisan-tulisan Paulo Coelho, walaupun dengan sudut pandang ' aku', tapi jatuhnya menjadi kisah-kisah yang sangat indah. Eksplorasi kata-katanya meninggalkan kesan di hati. Maaf buat penggemar novel romance, sepertinya gaya penerjemahan Twilight ini terlalu mendayu-dayu dan terlalu sederhana. Seperti novel-novel romance biasa lainnya. Memang banyak kalimat-kalimat indah, tapi mungkin karena terganggu dengan penceritaannya jadi tidak terlalu nempel di hati saya. Dan cooling down klimaks di epilognya, seperti mengikuti standar penceritaan, harus ada. Agak kurang greget saja. Seandainya dihentikan di bagian rumah sakit, saya sih lebih suka. No offense ya, penggemar romance dan Twi-hard..
Tapi lagi-lagi karena ini cerita cinta, anak sekolah pula, tak lengkap rasanya tanpa pesta dansa. Dan tak ada pesta yang tak usai. Memang akhir cerita sang putri dan si vampir di halaman sekolah itu yang dicari. Mudah-mudahan saat itu terang bulan, jadi lebih romantis lagi...
View all my reviews
My rating: 3 of 5 stars
#2010-63#
Prelude Confessions
Kenapa akhirnya saya memutuskan baca novel ini? Bukan karena saya pengen menjelekannya karena memang tadinya saya tidak suka setelah sempat skimming. Sebagai yang mengaku bisa buku apa saja, dan tingkat kecepatan membaca yang cukup, rasanya bolehlah meluangkan waktu sedikit untuk membaca supaya bisa berkomentar karena tahu. Yah, keputusan yang saya ambil dengan sadar dan kebetulan sangat mudah sekali mendapatkan buku ini di kalangan teman-teman saya non goodreader, sehingga tidak menunda-nunda menunggu buku.
Pengalaman nonton yang membuat saya bertanya-tanya. Pertama pas sesudah nonton bareng Eclipse dan kebetulan nggak ikut dan hanya dapet ceritanya cercaan teman-teman yang mentertawakan film ini. Kedua pas nonton Eclipse beneran dan malah saya ngerasa koq banyak bagian yang tidak bertaut. Terlalu banyak why this? Why that? Dan terutama banget adalah:
Who is Bella Swan? What is her destiny?
Siapa sih cewek ini???
Siapa sih cewek ini sampai-sampai satu keluarga vampir dan satu keluarga werewolf mau mati-matian ngelindungi dia?? Apa sih istimewanya??
(am I sound too jealous?? maybe… :p)
Trus kenapa saya mau meluangkan waktu membacanya??
Ooh, curiosity things maybe.. because this is a love story..
dan pertanyaan juga, kenapa saya, yang suka dengan buku-buku bertema curhat, tidak meluangkan waktu untuk baca?? kenapa saya skimming trus tidak suka? kenapa setelah nonton filmnya justru curious?
*
*
*
setelah baca bukunya..
Baiklah, ini analisis pribadi aja..
Ternyata Bella Swan adalah cewek biasa, namun istimewa karena pikirannya tidak bisa dibaca Edward. Belum pernah jatuh cinta sebelumnya. Tipe cewek yang sebenarnya cantik tapi nggak mau nonjolin diri. Seperti ini nih yang bikin cowok-cowok tergila-gila penasaran. Dan jatuh cinta sama Edward karena penasaran juga, nih cowok ngilang-ngilang melulu..
Edward jatuh cinta karena aroma Bella yang menggiurkan. Karena penasaran juga sih. Yeah, he just fall in love with her. Dari perasaan sayang ingin melindungi, berkembang menjadi perasaan mencintai. Karena Bella yang membuat hari-harinya lebih ceria. Kalau di buku kedua, katanya seperti meteor..
Sebagai love story, cerita ini top abis, banyak kata-kata yang bikin klepek-klepek. Apalagi adegan padang bunga di tengah hutan ketika mereka jadian, pasti so sweet. Bagaimana melihat cinta yang hanya cinta tanpa alasan berkembang di antara mereka berdua. Buat yang lagi jatuh cinta, pasti adegan ini bikin nggak bisa tidur. Sangat wajar yang dialami Bella, remaja 16 tahun yang sedang berkembang perasaannya. Siapa sih yang tidak jatuh cinta di umur segitu?
Sebagai cerita vampir, cerita ini gagal abis. Hanya diceritakan bahwa mereka tidak makan biasa, dan dapat hidup abadi. Juga diperlihatkan beberapa kemampuan-kemampuan vampir, tapi tidak diperjelas dengan kehidupannya bagaimana. Bagaimana mereka berburu, bagaimana menangkap mangsa, bagaimana menggigit untuk membunuh, atau menggigit untuk membuat vampir baru. Bagaimana mereka bertahan untuk tidak makan berhari-hari. Pertempuran dengan vampir lain pun hanya segitu saja digambarkannya. Sampai saya berharap bisa tahu siapa sih si Victoria yang tahu-tahu nongol di film, tetap tak terjawab di sini selain penjelasan bahwa ia hanya kerabat yang mampir saja.
Gaya penulisannya dengan sudut pandang 'aku' membuat semua cerita dari sudut pandang Bella. Makanya, ketika Bella pingsan, bagaimana Edward membunuh James itu tidak nampak dalam cerita. Agak kecewa di situ. Ketegangannya suspensif, tapi lambat. Malah saya berpikir, bagaimana kalau Edward bukan vampir, tapi hanya anggota keluarga pembunuh yang jatuh cinta pada korbannya? Rasanya ceritanya nggak jauh berbeda.
Saya nggak tahu pasti, tapi saya merasa ada yang kurang sreg dengan penerjemahannya. Apalagi ini jenis genre yang baru saya baca. Buku love story favorit saya tentu tulisan-tulisan Paulo Coelho, walaupun dengan sudut pandang ' aku', tapi jatuhnya menjadi kisah-kisah yang sangat indah. Eksplorasi kata-katanya meninggalkan kesan di hati. Maaf buat penggemar novel romance, sepertinya gaya penerjemahan Twilight ini terlalu mendayu-dayu dan terlalu sederhana. Seperti novel-novel romance biasa lainnya. Memang banyak kalimat-kalimat indah, tapi mungkin karena terganggu dengan penceritaannya jadi tidak terlalu nempel di hati saya. Dan cooling down klimaks di epilognya, seperti mengikuti standar penceritaan, harus ada. Agak kurang greget saja. Seandainya dihentikan di bagian rumah sakit, saya sih lebih suka. No offense ya, penggemar romance dan Twi-hard..
Tapi lagi-lagi karena ini cerita cinta, anak sekolah pula, tak lengkap rasanya tanpa pesta dansa. Dan tak ada pesta yang tak usai. Memang akhir cerita sang putri dan si vampir di halaman sekolah itu yang dicari. Mudah-mudahan saat itu terang bulan, jadi lebih romantis lagi...
View all my reviews
Manjali dan Cakrabirawa
Manjali dan Cakrabirawa by Ayu Utami
My rating: 4 of 5 stars
#2010-62#
Seandainya aku Marja Manjali, pasti aku jatuh cinta pada Parang Jati.
Ingin ia menyaksikan mata bidadari yang terbuka untuk dijelajahi. Inilah perbedaan Parang Jati dengan lelaki lain : matanya tidak menjelajahi tubuhmu. Matanya tidak menjelmakan kau seonggok obyek. Matanya berkata kepadamu bahwa di dalam sana ada rasi-rasi bintang. Jelajahilah. Alamilah. (h.118)
Marja :
Aku akan merasa aman dan beruntung berada dekat Parang Jati, yang dipercaya kekasihku untuk menjagaku. Perjalanan yang dilakukan bersamanya membuka diriku, gadis 19 tahun yang dibesarkan di kota, yang tidak peduli pada nilai-nilai budaya.
Tiba-tiba aku terlempar ke masa silam, ketika kami menelusuri jejak candi-candi, dan menemukan sesuatu yang diperkirakan sebagai candi Calwanarang, dukun teluh pada masa Airlangga, yang dibuat moksa oleh Empu Baradah.
Kebetulan pulakah, namaku Marja Manjali, sama dengan putri Calwanarang, Ratna Manjali, yang jatuh cinta dengan Bahula, anak didik Baradah, yang mengakibatkan kematian ibunya?
Kebetulan pulakah, di situs tersebut ditemukan prasasti Bhairawa Cakra, yang sama dengan nama pasukan elite yang dituduh memberontak pada pemerintah di tahun 1965. Kata-kata yang serupa mantra untuk menaklukan negara.
Kebetulan pulakah, kalau aku bertemu dengan ibu-ibu tua yang aku kira nenek sihir, dan ternyata membuka tabir rahasia lainnya di balik Cakra Birawa?
Kebetulan pulakah, bahwa kekasihku mengkhianati sahabatnya karena terperangkap oleh kebohongannya sendiri dan mengikuti ambisinya. Dan aku hampir tidak percaya ia melakukan dan aku menjadi saksinya.
Kebetulan pulakah, bahwa aku harus ditemani Parang Jati setiap malam, untuk mendengarkan dongeng sebelum tidur untuk menahan hasrat yang menggebu. Sehingga aku bisa mengerti dongeng itu untuk memecahkan rahasia-rahasia dan misteri yang bertautan ini.
Ia ingin menguasai ilmu, tetapi tetap bisa menggunakan kepekaan lain jika diperlukan. Ia ingin menjadi dewasa, tanpa kehilangan ketulusan sebagai kanak-kanak. Betapa tidak mudah untuk menjadi seimbang. Betapa tak gampang untuk merawat kemampuan yang berbeda bersama-sama. Tapi relief ini memberi harapan bahwa kita bisa menjadi seimbang. (h. 230)
Tak selamanya diselesaikan dengan satu sudut pandang. Seperti ketika aku jadi sandera Parang Jati sesudah pengkhianatan Yudha. Diriku merasa bebas, karena menjadi subyek, bukan obyek. Melihat tidak hanya dari fakta yang nampak, namun juga dari intuisi dan keyakinan. Tanpa ada penjelasan ilmiah. Praduga yang dicobakan. Dan bisa menjadi kebetulan baru.
Jika kebetulan terjadi terlalu banyak, apakah kita tetap percaya bahwa itu tidak bermakna?
''seorang ilmuwan akan mencari pola-pola. dan seorang beriman akan mencari rencana tuhan.'' (h.18)
View all my reviews
My rating: 4 of 5 stars
#2010-62#
Seandainya aku Marja Manjali, pasti aku jatuh cinta pada Parang Jati.
Ingin ia menyaksikan mata bidadari yang terbuka untuk dijelajahi. Inilah perbedaan Parang Jati dengan lelaki lain : matanya tidak menjelajahi tubuhmu. Matanya tidak menjelmakan kau seonggok obyek. Matanya berkata kepadamu bahwa di dalam sana ada rasi-rasi bintang. Jelajahilah. Alamilah. (h.118)
Marja :
Aku akan merasa aman dan beruntung berada dekat Parang Jati, yang dipercaya kekasihku untuk menjagaku. Perjalanan yang dilakukan bersamanya membuka diriku, gadis 19 tahun yang dibesarkan di kota, yang tidak peduli pada nilai-nilai budaya.
Tiba-tiba aku terlempar ke masa silam, ketika kami menelusuri jejak candi-candi, dan menemukan sesuatu yang diperkirakan sebagai candi Calwanarang, dukun teluh pada masa Airlangga, yang dibuat moksa oleh Empu Baradah.
Kebetulan pulakah, namaku Marja Manjali, sama dengan putri Calwanarang, Ratna Manjali, yang jatuh cinta dengan Bahula, anak didik Baradah, yang mengakibatkan kematian ibunya?
Kebetulan pulakah, di situs tersebut ditemukan prasasti Bhairawa Cakra, yang sama dengan nama pasukan elite yang dituduh memberontak pada pemerintah di tahun 1965. Kata-kata yang serupa mantra untuk menaklukan negara.
Kebetulan pulakah, kalau aku bertemu dengan ibu-ibu tua yang aku kira nenek sihir, dan ternyata membuka tabir rahasia lainnya di balik Cakra Birawa?
Kebetulan pulakah, bahwa kekasihku mengkhianati sahabatnya karena terperangkap oleh kebohongannya sendiri dan mengikuti ambisinya. Dan aku hampir tidak percaya ia melakukan dan aku menjadi saksinya.
Kebetulan pulakah, bahwa aku harus ditemani Parang Jati setiap malam, untuk mendengarkan dongeng sebelum tidur untuk menahan hasrat yang menggebu. Sehingga aku bisa mengerti dongeng itu untuk memecahkan rahasia-rahasia dan misteri yang bertautan ini.
Ia ingin menguasai ilmu, tetapi tetap bisa menggunakan kepekaan lain jika diperlukan. Ia ingin menjadi dewasa, tanpa kehilangan ketulusan sebagai kanak-kanak. Betapa tidak mudah untuk menjadi seimbang. Betapa tak gampang untuk merawat kemampuan yang berbeda bersama-sama. Tapi relief ini memberi harapan bahwa kita bisa menjadi seimbang. (h. 230)
Tak selamanya diselesaikan dengan satu sudut pandang. Seperti ketika aku jadi sandera Parang Jati sesudah pengkhianatan Yudha. Diriku merasa bebas, karena menjadi subyek, bukan obyek. Melihat tidak hanya dari fakta yang nampak, namun juga dari intuisi dan keyakinan. Tanpa ada penjelasan ilmiah. Praduga yang dicobakan. Dan bisa menjadi kebetulan baru.
Jika kebetulan terjadi terlalu banyak, apakah kita tetap percaya bahwa itu tidak bermakna?
''seorang ilmuwan akan mencari pola-pola. dan seorang beriman akan mencari rencana tuhan.'' (h.18)
View all my reviews
Gadis Charleston (Twenties Girl)
Gadis Charleston by Sophie Kinsella
My rating: 5 of 5 stars
#2010-61#
”Kalau kau tinggal di suatu tempat, tidak peduli berapa lama, kau perlu melibatkan diri dengannya. Kalau tidak, kau tidak benar-benar menjalani hidupmu. Hanya berfungsi.”h.334.
Twenties girl. Gadis 20-an. Gadis dari tahun 1920 bernama Sadie Lancester. Selalu berusia 20 tahun. Karena dia tidak fana. Dia hantu. Arwah penasaran yang tidak mau dikubur karena belum menemukan kalung kesayangannya.
Sadie menghantui cucu buyutnya, Lara, untuk mencari kalungnya. Lara yang mulanya terganggu dengan kehadiran Sadie, ditambah dengan kepusingan pekerjaannya karena rekanannya meninggalkannya, akhirnya bisa bersahabat dengan Sadie. Lucunya, Sadie memaksa Lara untuk berkenalan dengan Ed, salah satu eksekutif yang ia taksir, seseorang yang baru tinggal di London tapi tak pernah berjalan-jalan.
Konflik disajikan antara hubungan Lara dengan keluarganya, dengan Josh mantan pacarnya, pamannya yang pengusaha terkenal, pencarian kalung, pencarian kandidat headhunting, perkenalannya dengan Ed, dijalin dengan cerita yang mengalir lancar dan lucu, tanpa berkesan banyak kebetulan. Mungkin lebih banyak kenekatan.
Menariknya adalah, perindahan loncatan antara hal-hal yang dialami oleh Lara terjadi sangat apik, seperti membuka hari. Tidak terasa terburu-buru, tetapi runut menceritakan kejadian pada satu waktu ke waktu yang lain. Satu ketika ia berbicara tentang menghadapi klien, lalu malamnya berkencan dengan Ed, yang dirangkai dengan kehadiran hantu Sadie yang mengganggunya.
Yang menjadi nilai tambah saya adalah Kinsella menceritakan dengan detail setting profesi Lara, bagaimana kesehariannya, kesibukannya, yang membuat tokoh ini istimewa, membuat kesibukan hariannya memang menjadi bagian dari cerita tanpa terasa sebagai tempelan belaka.
Cara mengungkap misteri siapa Sadie sebenarnya terasa agak kebetulan, tapi, itulah khas tokoh tak-mau-menyerah Kinsella, ketika semua kekesalan menghimpit, kekuatan terbesarlah yang akan keluar.
***
Sophie Kinsella selalu menjadi favorit saya. Walaupun ceritanya sering berupa cinderella story, tapi cara pengemasan dan kelucuan barunya membuat karyanya dinanti. Yang saya kagum, ia berhasil lolos dari prototipe 'Becky Bloomwood' dari Shopaholic series yang melambungkan namanya. Banyak penulis cerita serial yang tidak bisa menulis sesuatu yang berbeda dari karakter barunya. Namun, Kinsella berhasil lepas dari jeratan itu. Tokoh-tokohnya selalu memiliki identitas baru, bila dibandingkan dengan tokoh di Shopaholic, menyelesaikan masalah dengan cara yang berbeda-beda. Sehingga bisa dibandingkan Emma Corrigan di Can You Keep a Secret?, seorang gadis yang tak sengaja membocorkan rahasia dirinya pada seseorang yang tak ia kenal, yang ternyata rekanan kantornya, Samantha si pengacara super pintar yang kaget dan menemukan dirinya adalah The Undomestic Goddess di daerah pedesaan, Lexy si bukan siapa-siapa yang mengalami amnesia 3 tahun dalam Remember Me? adalah sales karpet, dan Lara ini, twenties girl, dari perusahaan headhunter yang didatangi arwah penasaran.
Apakah tidak ada persamaan? Tentu ada. Kinsella selalu membuat gadis-gadis ini tidak terlalu cantik,tampak bodoh, kekurangan cinta, dan mendapat pangerannya karena intensitas pertemuan. Namun gadis-gadis ini selalu memiliki kekuatan tersembunyi, ide-ide dan keberanian, prinsip percaya diri yang kuat, bahkan untuk mengambil risiko. Di saat uang tidak bisa menyelesaikan segalanya.
Inner beauty itu memang ada. Kecantikan tidak tersembunyi dalam kaki jenjang, pinggul ramping, atau rambut pirang. Justru ketidaksempurnaannya membuat gadis-gadis ini dijatuhcintai. Melalui dialog-dialog cerdas dan lucu, sifat sedikit manja tapi mandiri, walaupun betis besar, badan agak gemuk, menjadi tak nampak karena lebur dengan kehangatan dan persahabatan yang diberikannya. Karena ketidaksempurnaan berarti ada sesuatu yang harus diisi untuk mengimbangi.
Mereka seperti girl next door yang bisa menjadi sahabat anda, kekasih, saudara. Terkadang bingung dan bengong, namun manis, ramah, dan berani mengambil sikap.
Tidak usah repot untuk mengatakan ini bacaan ringan atau berisi. Sebut saja ini kisah cinta, persahabatan, keberuntungan, ide, keberanian dan kenekatan. Untung juga saya dapat buku ini dari sahabat. Terima kasih kang Hippo atas e-booknya, terima kasih Ijul atas bukunya..
View all my reviews
My rating: 5 of 5 stars
#2010-61#
”Kalau kau tinggal di suatu tempat, tidak peduli berapa lama, kau perlu melibatkan diri dengannya. Kalau tidak, kau tidak benar-benar menjalani hidupmu. Hanya berfungsi.”h.334.
Twenties girl. Gadis 20-an. Gadis dari tahun 1920 bernama Sadie Lancester. Selalu berusia 20 tahun. Karena dia tidak fana. Dia hantu. Arwah penasaran yang tidak mau dikubur karena belum menemukan kalung kesayangannya.
Sadie menghantui cucu buyutnya, Lara, untuk mencari kalungnya. Lara yang mulanya terganggu dengan kehadiran Sadie, ditambah dengan kepusingan pekerjaannya karena rekanannya meninggalkannya, akhirnya bisa bersahabat dengan Sadie. Lucunya, Sadie memaksa Lara untuk berkenalan dengan Ed, salah satu eksekutif yang ia taksir, seseorang yang baru tinggal di London tapi tak pernah berjalan-jalan.
Konflik disajikan antara hubungan Lara dengan keluarganya, dengan Josh mantan pacarnya, pamannya yang pengusaha terkenal, pencarian kalung, pencarian kandidat headhunting, perkenalannya dengan Ed, dijalin dengan cerita yang mengalir lancar dan lucu, tanpa berkesan banyak kebetulan. Mungkin lebih banyak kenekatan.
Menariknya adalah, perindahan loncatan antara hal-hal yang dialami oleh Lara terjadi sangat apik, seperti membuka hari. Tidak terasa terburu-buru, tetapi runut menceritakan kejadian pada satu waktu ke waktu yang lain. Satu ketika ia berbicara tentang menghadapi klien, lalu malamnya berkencan dengan Ed, yang dirangkai dengan kehadiran hantu Sadie yang mengganggunya.
Yang menjadi nilai tambah saya adalah Kinsella menceritakan dengan detail setting profesi Lara, bagaimana kesehariannya, kesibukannya, yang membuat tokoh ini istimewa, membuat kesibukan hariannya memang menjadi bagian dari cerita tanpa terasa sebagai tempelan belaka.
Cara mengungkap misteri siapa Sadie sebenarnya terasa agak kebetulan, tapi, itulah khas tokoh tak-mau-menyerah Kinsella, ketika semua kekesalan menghimpit, kekuatan terbesarlah yang akan keluar.
***
Sophie Kinsella selalu menjadi favorit saya. Walaupun ceritanya sering berupa cinderella story, tapi cara pengemasan dan kelucuan barunya membuat karyanya dinanti. Yang saya kagum, ia berhasil lolos dari prototipe 'Becky Bloomwood' dari Shopaholic series yang melambungkan namanya. Banyak penulis cerita serial yang tidak bisa menulis sesuatu yang berbeda dari karakter barunya. Namun, Kinsella berhasil lepas dari jeratan itu. Tokoh-tokohnya selalu memiliki identitas baru, bila dibandingkan dengan tokoh di Shopaholic, menyelesaikan masalah dengan cara yang berbeda-beda. Sehingga bisa dibandingkan Emma Corrigan di Can You Keep a Secret?, seorang gadis yang tak sengaja membocorkan rahasia dirinya pada seseorang yang tak ia kenal, yang ternyata rekanan kantornya, Samantha si pengacara super pintar yang kaget dan menemukan dirinya adalah The Undomestic Goddess di daerah pedesaan, Lexy si bukan siapa-siapa yang mengalami amnesia 3 tahun dalam Remember Me? adalah sales karpet, dan Lara ini, twenties girl, dari perusahaan headhunter yang didatangi arwah penasaran.
Apakah tidak ada persamaan? Tentu ada. Kinsella selalu membuat gadis-gadis ini tidak terlalu cantik,tampak bodoh, kekurangan cinta, dan mendapat pangerannya karena intensitas pertemuan. Namun gadis-gadis ini selalu memiliki kekuatan tersembunyi, ide-ide dan keberanian, prinsip percaya diri yang kuat, bahkan untuk mengambil risiko. Di saat uang tidak bisa menyelesaikan segalanya.
Inner beauty itu memang ada. Kecantikan tidak tersembunyi dalam kaki jenjang, pinggul ramping, atau rambut pirang. Justru ketidaksempurnaannya membuat gadis-gadis ini dijatuhcintai. Melalui dialog-dialog cerdas dan lucu, sifat sedikit manja tapi mandiri, walaupun betis besar, badan agak gemuk, menjadi tak nampak karena lebur dengan kehangatan dan persahabatan yang diberikannya. Karena ketidaksempurnaan berarti ada sesuatu yang harus diisi untuk mengimbangi.
Mereka seperti girl next door yang bisa menjadi sahabat anda, kekasih, saudara. Terkadang bingung dan bengong, namun manis, ramah, dan berani mengambil sikap.
Tidak usah repot untuk mengatakan ini bacaan ringan atau berisi. Sebut saja ini kisah cinta, persahabatan, keberuntungan, ide, keberanian dan kenekatan. Untung juga saya dapat buku ini dari sahabat. Terima kasih kang Hippo atas e-booknya, terima kasih Ijul atas bukunya..
View all my reviews
Boy Tales of Childhood (Boy: Kisah Masa Kecil)
Boy Tales of Childhood by Roald Dahl
My rating: 4 of 5 stars
#2010-60#
Sekolah di Inggris pada masa Roald Dahl sekolah begitu mengerikan! Memoar ini sepertinya membuka perih masa sekolah Dahl.
Semua ancaman kesalahan berbuah pukulan rotan pada pantat yang menyisakan pedih. Nggak cuma hukuman dari guru, tapi juga bullying dari senior yang merasa dirinya lebih kuat sehingga merasa bisa melakukan apa saja. Seorang prefek, boazer, dapat menyuruh si junior bahkan untuk menghangatkan WCnya. Ugh, sungguh senioritas yang menyebalkan. Sebenarnya apa efek hukuman? Untuk membuat jera, atau untuk menakut-nakuti? Pola keras yang diterapkan memang menyaring mental, yang lembek akan lewat, yang kuat akan bertahan.
Aku rasa, ini sebabnya Dahl sering membuat ceritanya rada-rada sadis. Ingat kepala sekolah Trunchbull di Matilda yang menarik kepang rambut seorang anak dan melemparkannya. Atau buaya raksasa jahat yang bernasib malang yang diputar-putar dan dilempar ke bulan oleh gajah.
Tapi ada juga yang berbuah manis. Seperti juga inspirasi Charlie dan chocolate factory didapat dari pengalamannya sebagai tester Cadbury. Atau kekerasan yang dialaminya menyisakan kesan yang membenci kekerasan, membuat perangainya menjadi lembut.
Tapi mungkin yang paling berpengaruh adalah ibunya. Ibunya yang selalu membebaskannya untuk memilih jalan hidupnya. Sehingga ia dapat bertanggung jawab, dan bahagia sebagai pilihan hidupnya.
View all my reviews
My rating: 4 of 5 stars
#2010-60#
Sekolah di Inggris pada masa Roald Dahl sekolah begitu mengerikan! Memoar ini sepertinya membuka perih masa sekolah Dahl.
Semua ancaman kesalahan berbuah pukulan rotan pada pantat yang menyisakan pedih. Nggak cuma hukuman dari guru, tapi juga bullying dari senior yang merasa dirinya lebih kuat sehingga merasa bisa melakukan apa saja. Seorang prefek, boazer, dapat menyuruh si junior bahkan untuk menghangatkan WCnya. Ugh, sungguh senioritas yang menyebalkan. Sebenarnya apa efek hukuman? Untuk membuat jera, atau untuk menakut-nakuti? Pola keras yang diterapkan memang menyaring mental, yang lembek akan lewat, yang kuat akan bertahan.
Aku rasa, ini sebabnya Dahl sering membuat ceritanya rada-rada sadis. Ingat kepala sekolah Trunchbull di Matilda yang menarik kepang rambut seorang anak dan melemparkannya. Atau buaya raksasa jahat yang bernasib malang yang diputar-putar dan dilempar ke bulan oleh gajah.
Tapi ada juga yang berbuah manis. Seperti juga inspirasi Charlie dan chocolate factory didapat dari pengalamannya sebagai tester Cadbury. Atau kekerasan yang dialaminya menyisakan kesan yang membenci kekerasan, membuat perangainya menjadi lembut.
Tapi mungkin yang paling berpengaruh adalah ibunya. Ibunya yang selalu membebaskannya untuk memilih jalan hidupnya. Sehingga ia dapat bertanggung jawab, dan bahagia sebagai pilihan hidupnya.
View all my reviews
The Lost Symbol (Robert Langdon, #3)
The Lost Symbol by Dan Brown
My rating: 4 of 5 stars
#2010-59#
Sungguh menyenangkan sekali rasanya membaca apabila kau tidak tahu. Jadinya lebih menikmati bacaan itu. Dan tidak mengkotak-kotakannya pada kata-kata, ceritanya sudah ketebak. Jadi benar-benar menjadi pengalaman membaca yang baru.
Dulu sewaktu menambahkan buku ini banyak yang bilang ceritanya kurang seru. Tapi ketika mulai membukanya, dan saya melihat setting ceritanya Perkumpulan Mason di USA dan gedung Capitol hill di Washington, malah membuat saya bersemangat. Kenapa? Karena saya tidak tahu itulah, apa itu Freemason, bagaimana isi Capitol Hill. Dan saya mengusir jauh-jauh bayangan Tom Hanks sebagai Robert Langdon dalam benak saya, yang ada di bayangan saya malah si Dan Brown sendiri.
***
Robert Langdon, dengan undangan ke Capitol Hill, National Sanctuary Hall, untuk memberikan ceramah, malah menemukan sepotong tangan milik Peter Solomon, dan terjebak dalam lika-liku diburu oleh CIA karena dirinya membawa potongan Piramida Mason, salah satu perkumpulan yang dianggap paling berpengaruh di Amerika.
Dan Brown, seperti kebiasaannya, memberikan pengalaman membaca dengan menahan napas, karena si tokoh selalu dalam posisi dikejar-kejar. Namun ia juga memberikan pengalaman ruang dan arsitektur dengan menggambarkan setiap setting dengan detail, setiap ruangan, setiap sudut, keistimewaan ruangan itu, sehingga saya merasa berada dalam ruangannya, membayangkan langit-langitnya, lorong-lorong yang dilalui, sampai-sampai akhirnya saya merasa butuh menggogling ruangan di Capitol Hill untuk mengecek kebenaran dari bayangan saya.
Pengejaran di lorong-lorong Capitol hill, yang bersambung ke Library of Congress (salah satu perpustakaan terbesar yang menakjubkan), sambil meng-enkripsi kode-kode yang ada di dalam piramida tersebut, sembari dikejar-kejar CIA yang tak tahu apakah merupakan kawan atau lawan, juga dikejar-kejar oleh pemenggal tangan yang psikopat tersebut yang juga mengincar piramida tersebut. Terus perjalanan melintasi Smithsonian Museum, Franklin Square, House of the Temple, National Cathedral, Monumen Washington.
Yang menegangkan juga ketika Langdon sempat tertangkap musuh, si psikopat tersebut, belum pernah dialami di buku sebelumnya. Sepertinya Dan Brown berusaha memberikan konflik lebih di sini untuk meningkatkan ketegangan. Dan penggambaran karakter si penjahat ini yang benar-benar psikopat banget, sampai saya agak bergidik ngeri membayangkan dirinya.
Pengungkapan sudut pandang orang ketiga membebaskan Dan Brown untuk menjelaskan detail-detail yang perlu disebutkan dalam ceritanya, tanpa si pembaca merasa digurui karena tokoh yang berbicara panjang lebar. Namun, karakter-karakter yang pintar dalam buku ini tentu bersedia membagi pengalamannya sehingga pembaca diberikan pengetahuan yang cukup.
Tokoh perempuan di sini, Katherine Solomon, diberi karakter luar biasa pintar juga. Namun sayang ia tidak mempergunakan ilmunya sama sekali untuk memecahkan masalah ini. Hanya taktik untuk melarikan diri yang sedikit diceritakan. Agak sayang. Seandainya perempuan ini bukan ahli Noetic (ah, ini panjang penjelasannya) juga rasanya tidak ada bedanya juga. Semua kodenya tetap dipecahkan oleh Langdon. Justru saya terpesona oleh Nola Kaye, analis data CIA yang bisa merangkai petunjuk yang ia dapat.
***
Karena tidak tahu justru malah banyak menafsirkan sendiri. Kode apa ini? Maksudnya apa? Jadi apa the Lost Symbolnya?? Nah, suatu hari kalau saya ke DC, saya bakal menapak tilas perjalanan lokasi-lokasi menarik ini, sebagai salah satu wisata arsitektur.
Dan saya menuntaskan buku ini hanya dengan 2 kali jeda. Sabtu, Minggu, dan Jum’at minggu berikutnya. Kenapa baru sekarang dibaca? Yah, karena memang baru kepingin. Dan pengen baca juga yang ilustrated editionnya. Untunglah perburuan edisi hardcover-nya yang cuma 7000 eksemplar sebanding dengan keasyikan yang saya dapat. Kebetulan saya belinya bulan Maret, yang edisi HCnya udah susah didapat (meskipun agak sebal, karena ternyata hardcover dicetak ulang!).
View all my reviews
My rating: 4 of 5 stars
#2010-59#
Sungguh menyenangkan sekali rasanya membaca apabila kau tidak tahu. Jadinya lebih menikmati bacaan itu. Dan tidak mengkotak-kotakannya pada kata-kata, ceritanya sudah ketebak. Jadi benar-benar menjadi pengalaman membaca yang baru.
Dulu sewaktu menambahkan buku ini banyak yang bilang ceritanya kurang seru. Tapi ketika mulai membukanya, dan saya melihat setting ceritanya Perkumpulan Mason di USA dan gedung Capitol hill di Washington, malah membuat saya bersemangat. Kenapa? Karena saya tidak tahu itulah, apa itu Freemason, bagaimana isi Capitol Hill. Dan saya mengusir jauh-jauh bayangan Tom Hanks sebagai Robert Langdon dalam benak saya, yang ada di bayangan saya malah si Dan Brown sendiri.
***
Robert Langdon, dengan undangan ke Capitol Hill, National Sanctuary Hall, untuk memberikan ceramah, malah menemukan sepotong tangan milik Peter Solomon, dan terjebak dalam lika-liku diburu oleh CIA karena dirinya membawa potongan Piramida Mason, salah satu perkumpulan yang dianggap paling berpengaruh di Amerika.
Dan Brown, seperti kebiasaannya, memberikan pengalaman membaca dengan menahan napas, karena si tokoh selalu dalam posisi dikejar-kejar. Namun ia juga memberikan pengalaman ruang dan arsitektur dengan menggambarkan setiap setting dengan detail, setiap ruangan, setiap sudut, keistimewaan ruangan itu, sehingga saya merasa berada dalam ruangannya, membayangkan langit-langitnya, lorong-lorong yang dilalui, sampai-sampai akhirnya saya merasa butuh menggogling ruangan di Capitol Hill untuk mengecek kebenaran dari bayangan saya.
Pengejaran di lorong-lorong Capitol hill, yang bersambung ke Library of Congress (salah satu perpustakaan terbesar yang menakjubkan), sambil meng-enkripsi kode-kode yang ada di dalam piramida tersebut, sembari dikejar-kejar CIA yang tak tahu apakah merupakan kawan atau lawan, juga dikejar-kejar oleh pemenggal tangan yang psikopat tersebut yang juga mengincar piramida tersebut. Terus perjalanan melintasi Smithsonian Museum, Franklin Square, House of the Temple, National Cathedral, Monumen Washington.
Yang menegangkan juga ketika Langdon sempat tertangkap musuh, si psikopat tersebut, belum pernah dialami di buku sebelumnya. Sepertinya Dan Brown berusaha memberikan konflik lebih di sini untuk meningkatkan ketegangan. Dan penggambaran karakter si penjahat ini yang benar-benar psikopat banget, sampai saya agak bergidik ngeri membayangkan dirinya.
Pengungkapan sudut pandang orang ketiga membebaskan Dan Brown untuk menjelaskan detail-detail yang perlu disebutkan dalam ceritanya, tanpa si pembaca merasa digurui karena tokoh yang berbicara panjang lebar. Namun, karakter-karakter yang pintar dalam buku ini tentu bersedia membagi pengalamannya sehingga pembaca diberikan pengetahuan yang cukup.
Tokoh perempuan di sini, Katherine Solomon, diberi karakter luar biasa pintar juga. Namun sayang ia tidak mempergunakan ilmunya sama sekali untuk memecahkan masalah ini. Hanya taktik untuk melarikan diri yang sedikit diceritakan. Agak sayang. Seandainya perempuan ini bukan ahli Noetic (ah, ini panjang penjelasannya) juga rasanya tidak ada bedanya juga. Semua kodenya tetap dipecahkan oleh Langdon. Justru saya terpesona oleh Nola Kaye, analis data CIA yang bisa merangkai petunjuk yang ia dapat.
***
Karena tidak tahu justru malah banyak menafsirkan sendiri. Kode apa ini? Maksudnya apa? Jadi apa the Lost Symbolnya?? Nah, suatu hari kalau saya ke DC, saya bakal menapak tilas perjalanan lokasi-lokasi menarik ini, sebagai salah satu wisata arsitektur.
Dan saya menuntaskan buku ini hanya dengan 2 kali jeda. Sabtu, Minggu, dan Jum’at minggu berikutnya. Kenapa baru sekarang dibaca? Yah, karena memang baru kepingin. Dan pengen baca juga yang ilustrated editionnya. Untunglah perburuan edisi hardcover-nya yang cuma 7000 eksemplar sebanding dengan keasyikan yang saya dapat. Kebetulan saya belinya bulan Maret, yang edisi HCnya udah susah didapat (meskipun agak sebal, karena ternyata hardcover dicetak ulang!).
View all my reviews
A Wizard of Earthsea (The Earthsea Cycle, Buku 1)
A Wizard of Earthsea by Ursula K. Le Guin
My rating: 4 of 5 stars
#2010-58#
Siapakah nama sejati-mu?
Keangkuhan, seperti kita ketahui, bisa menjatuhkan seseorang, dan membuka sisi tergelapnya. Demikian juga Ged, karena terpedaya oleh emosi dan keinginan tak terkalahkan, berusaha membuka satu sisi tergelap yang seharusnya tetap tertutup. Keahlian sihir yang diperoleh dengan cepat karena bakat yang luar biasa, menjadi terpenjara oleh ketakutan dikejar-kejar oleh sisi gelap yang berhasil dibukanya. Sosok bayangan yang sulit ia ketahui nama sejatinya.
Nama sejati, yang pada jaman sihir masih berkuasa di bumi ini, tidak dibagi pada siapapun juga. Orang hanya membagikan nama sejatinya pada orang-orang yang benar-benar ia percaya. Begitu juga dengan kehidupan Ged. Segera sesudah bakat sihirnya diketahui, ia mendapatkan cara untuk mengetahui nama sejati beberapa binatang, yang membuatnya dapat memanggil binatang-binatang tersebut dengan mudah. Perjalanan hidupnya pun berubah, dan harus mengambil keputusan-keputusan dengan cepat.
Mulailah ia dengan perjalanannya. Melintasi laut, mengenal orang-orang baru, belajar untuk berjuang sendiri, mencari apa yang bisa membebaskannya dari bayangan gelap yang mengikutinya. Bahkan hingga ke tepi dunia. Itulah harga yang harus dibayar untuk keangkuhan ini.
***
Saya tidak terpengaruh oleh kata-kata ‘buku yang mengilhami Harry Potter’. Dari awal dibuat threat diskusi covernya di GR, saya sudah tertarik membacanya. Entah karena tersihir oleh covernya yang cantik (walaupun sebenarnya saya pilih yang lebih dark) tapi hasil cover jadinya yang terang, seolah melepas dogma bahwa buku tentang penyihir harus bernuansa gelap. Penggambaran tokoh penyihir di sini pun tidak melenceng dari stereotipe tentang penyihir. Penyihir tua (Archmage) digambarkan berjanggut panjang, bertopi runcing, semua rambutnya sudah memutih, seperti yang digambarkan di LOTR, dan diikuti juga oleh Harry Potter. Penyihir muda dengan jubah panjang, dengan wajah yang cukup tampan (bila diamati covernya dengan baik) dengan tongkat yang dapat dijadikan senjatanya.
Keistimewaannya justru pada alur ceritanya yang tenang, tidak terburu-buru dalam satu pertempuran atau percakapan-percakapan yang banyak. Seringnya Ged dalam kondisi sendiri membuat ceritanya sangat berpusat pada Ged dan pemikiran-pemikiran dan pertentangan dalam hatinya. Perjalanan yang dilakukan sendiri, perenungannya selama masa pelarian, membuat kita merasakan apa yang dialami Ged. Bahkan terkadang saya merasa berada di lautan bersamanya, menjadi bayang-bayang yang membantunya mendirikan layar melawan badai, membaui udara laut yang segar, merasakan hembusan angin, seperti menemaninya di kala sendiri.
Walau cerita sudah berakhir, tak sabar menantikan jilid kedua dan ketiganya. Inilah asyiknya membaca novel berseri, karena jadi ada yang ditunggu. Semoga penerjemahannya tak berhenti sampai buku pertama saja.
View all my reviews
My rating: 4 of 5 stars
#2010-58#
Siapakah nama sejati-mu?
Keangkuhan, seperti kita ketahui, bisa menjatuhkan seseorang, dan membuka sisi tergelapnya. Demikian juga Ged, karena terpedaya oleh emosi dan keinginan tak terkalahkan, berusaha membuka satu sisi tergelap yang seharusnya tetap tertutup. Keahlian sihir yang diperoleh dengan cepat karena bakat yang luar biasa, menjadi terpenjara oleh ketakutan dikejar-kejar oleh sisi gelap yang berhasil dibukanya. Sosok bayangan yang sulit ia ketahui nama sejatinya.
Nama sejati, yang pada jaman sihir masih berkuasa di bumi ini, tidak dibagi pada siapapun juga. Orang hanya membagikan nama sejatinya pada orang-orang yang benar-benar ia percaya. Begitu juga dengan kehidupan Ged. Segera sesudah bakat sihirnya diketahui, ia mendapatkan cara untuk mengetahui nama sejati beberapa binatang, yang membuatnya dapat memanggil binatang-binatang tersebut dengan mudah. Perjalanan hidupnya pun berubah, dan harus mengambil keputusan-keputusan dengan cepat.
Mulailah ia dengan perjalanannya. Melintasi laut, mengenal orang-orang baru, belajar untuk berjuang sendiri, mencari apa yang bisa membebaskannya dari bayangan gelap yang mengikutinya. Bahkan hingga ke tepi dunia. Itulah harga yang harus dibayar untuk keangkuhan ini.
***
Saya tidak terpengaruh oleh kata-kata ‘buku yang mengilhami Harry Potter’. Dari awal dibuat threat diskusi covernya di GR, saya sudah tertarik membacanya. Entah karena tersihir oleh covernya yang cantik (walaupun sebenarnya saya pilih yang lebih dark) tapi hasil cover jadinya yang terang, seolah melepas dogma bahwa buku tentang penyihir harus bernuansa gelap. Penggambaran tokoh penyihir di sini pun tidak melenceng dari stereotipe tentang penyihir. Penyihir tua (Archmage) digambarkan berjanggut panjang, bertopi runcing, semua rambutnya sudah memutih, seperti yang digambarkan di LOTR, dan diikuti juga oleh Harry Potter. Penyihir muda dengan jubah panjang, dengan wajah yang cukup tampan (bila diamati covernya dengan baik) dengan tongkat yang dapat dijadikan senjatanya.
Keistimewaannya justru pada alur ceritanya yang tenang, tidak terburu-buru dalam satu pertempuran atau percakapan-percakapan yang banyak. Seringnya Ged dalam kondisi sendiri membuat ceritanya sangat berpusat pada Ged dan pemikiran-pemikiran dan pertentangan dalam hatinya. Perjalanan yang dilakukan sendiri, perenungannya selama masa pelarian, membuat kita merasakan apa yang dialami Ged. Bahkan terkadang saya merasa berada di lautan bersamanya, menjadi bayang-bayang yang membantunya mendirikan layar melawan badai, membaui udara laut yang segar, merasakan hembusan angin, seperti menemaninya di kala sendiri.
Walau cerita sudah berakhir, tak sabar menantikan jilid kedua dan ketiganya. Inilah asyiknya membaca novel berseri, karena jadi ada yang ditunggu. Semoga penerjemahannya tak berhenti sampai buku pertama saja.
View all my reviews
Aku Ber-Facebook Maka Aku Ada
Aku Ber-Facebook Maka Aku Ada by Vbi Djenggotten
My rating: 4 of 5 stars
#2010-57#
dibaca sambil bikin SIM aja gak tamat saking cepetnya. jadi diulang di KRL depok-Jakarta.
update status :
buat SIM. tes kesehatan basa basi 15000. lah, kenapa tempatnya pisah ma kantor polisi ya? bikin bolak balik aja.
21 hours ago via Mobile Web
apa sih facebook? sampai dibikin komik ini bawa-bawa kredo Rene Descartes pula.banyak orang dengan sok tahunya berkomentar tentang facebook.
update status :
ke loket pembayaran. sim A baru 120rb. perpanjang 80rb. perpanjang aja ah, kan SIM hilang. ga usah ke loket asuransi yang 30rb itu, kata orang, nggak kepake juga.
21 hours ago via Mobile Web
waw, ternyata facebook benar-benar bisa jadi kehidupan kedua selain dunia nyata. kirim-kiriman coklat, pamer keeksisan diri dengan tag foto, nulis puisi-puisi. dan yang paling hebat adalah update status. bisa-bisanya kita cerita apa yang sedang dilakukan pada segerombolan friendlist kita.
update status :
masukin formulir ke loket pendaftaran SIM. sebelumnya ke tempat poto dulu buat minta nimbulin no SIM lama gw yang ilang. eh, ada, bagus.. trus dapat kuisioner kinerja pengurusan SIM.
21 hours ago via Mobile Web
banyak juga yang nggak berminat punya account facebook, yah karena nggak ngerasa perlu, merasa hanya permainan dunia maya.
update status :
nunggu foto SIM. lumayan. 20 menit saja.
20 hours ago via Mobile Web
indonesia, selain negara korup nomer 1, ternyata juga pengguna facebook terbesar, membanggakan?? nggak penting banget seh.. lah iya, apa kontribusinya terhadap kemajuan indonesia?
update status :
poto SIM. sisiran dulu biar ga kelihatan lecek.
20 hours ago via Mobile Web
facebook bikin ga konsentrasi, pikiran mengawang-awang, gak peduli sama sekitar, usil, komen-komenin status orang.
kalau positifnya sih bisa ketemu teman lama, mempererat tali silaturahmi. ketemu pacar lama?? bisa jadi bangeet..
ketemu musuh lama? males banget.. :( ignore aja lah, daripada dia nulis yang nggak-nggak di wall.
update status :
horee.. SIM gw udah jadi. nelpon ke ktr ga boleh ngebatalin cuti. jadi pulang aja ke rumah maenan ma bintang yang mo berangkat ke bandung.
argh, kuisionernya lupa dibalikin. gakpapa. pelayanannya bagus koq.
20 hours ago via Mobile Web
masih ada 116 friend request yang belum di-accept. habis gak kenal sih, dan ga ada friend in common-nya. sorry, emang rada protektif dikit.
SIMnya jadi, komiknya belum selesai. asik facebookan sih..
dibaca ulang deh...
View all my reviews
My rating: 4 of 5 stars
#2010-57#
dibaca sambil bikin SIM aja gak tamat saking cepetnya. jadi diulang di KRL depok-Jakarta.
update status :
buat SIM. tes kesehatan basa basi 15000. lah, kenapa tempatnya pisah ma kantor polisi ya? bikin bolak balik aja.
21 hours ago via Mobile Web
apa sih facebook? sampai dibikin komik ini bawa-bawa kredo Rene Descartes pula.banyak orang dengan sok tahunya berkomentar tentang facebook.
update status :
ke loket pembayaran. sim A baru 120rb. perpanjang 80rb. perpanjang aja ah, kan SIM hilang. ga usah ke loket asuransi yang 30rb itu, kata orang, nggak kepake juga.
21 hours ago via Mobile Web
waw, ternyata facebook benar-benar bisa jadi kehidupan kedua selain dunia nyata. kirim-kiriman coklat, pamer keeksisan diri dengan tag foto, nulis puisi-puisi. dan yang paling hebat adalah update status. bisa-bisanya kita cerita apa yang sedang dilakukan pada segerombolan friendlist kita.
update status :
masukin formulir ke loket pendaftaran SIM. sebelumnya ke tempat poto dulu buat minta nimbulin no SIM lama gw yang ilang. eh, ada, bagus.. trus dapat kuisioner kinerja pengurusan SIM.
21 hours ago via Mobile Web
banyak juga yang nggak berminat punya account facebook, yah karena nggak ngerasa perlu, merasa hanya permainan dunia maya.
update status :
nunggu foto SIM. lumayan. 20 menit saja.
20 hours ago via Mobile Web
indonesia, selain negara korup nomer 1, ternyata juga pengguna facebook terbesar, membanggakan?? nggak penting banget seh.. lah iya, apa kontribusinya terhadap kemajuan indonesia?
update status :
poto SIM. sisiran dulu biar ga kelihatan lecek.
20 hours ago via Mobile Web
facebook bikin ga konsentrasi, pikiran mengawang-awang, gak peduli sama sekitar, usil, komen-komenin status orang.
kalau positifnya sih bisa ketemu teman lama, mempererat tali silaturahmi. ketemu pacar lama?? bisa jadi bangeet..
ketemu musuh lama? males banget.. :( ignore aja lah, daripada dia nulis yang nggak-nggak di wall.
update status :
horee.. SIM gw udah jadi. nelpon ke ktr ga boleh ngebatalin cuti. jadi pulang aja ke rumah maenan ma bintang yang mo berangkat ke bandung.
argh, kuisionernya lupa dibalikin. gakpapa. pelayanannya bagus koq.
20 hours ago via Mobile Web
masih ada 116 friend request yang belum di-accept. habis gak kenal sih, dan ga ada friend in common-nya. sorry, emang rada protektif dikit.
SIMnya jadi, komiknya belum selesai. asik facebookan sih..
dibaca ulang deh...
View all my reviews
Married with Brondong
Married with Brondong by Mira Rahman
My rating: 5 of 5 stars
#2010-55#
Pertama lihat buku ini di toko bukunya kang Alwi, Bee-Books, pulang futsal waktu kopdar GRI Bandung.
‘Teh Indri, ini ada bukunya kakaknya Lulu nih, komik baru..’. Saya yang baru fesbukan sama Mira baru ngeh bukunya apa, soalnya di fesbuk kemaren Mira ga bilang-bilang soal komik baru, malah ngetawain saya karena saya tuduh semena-mena bahwa vbi_jenggoten itu nama pena-nya dia. Kirain kemaren fesbukan kita lagi ngomongin Aku Ber-Facebook Maka Aku Ada. Memegang buku pink dengan ilustrasi lucu ini, sekilas cukup menarik, tapi tidak menerbitkan keinginan saya untuk membelinya, dengan alasan ekonomis (ngarep gratisan sebenernya heheeuu..)
Malamnya, sial, saya baca reviewnya Luqman tentang buku ini, dan saya kepikiran untuk punya juga, koq kayaknya bagus nih, beneran pengen baca dan sharing isinya. Jadi keesokan siangnya, di sela jalan-jalan ke Toga Mas Bandung, di hujan agak deras sesudah pencarian chocolate café yang ternyata under renovation, mataku tertumbuk lagi dengan buku pink ini yang berjejeran dengan Mafalda dan Benny and Mice. Waaah, beneran pengen punya niihh.. melihat sedikit cuplikan ilustrasinya naik becak di Malang jadi senyum-senyum sendiri. Langsunglah sms Lulu minta bukunya (aahh, dasar gw pelitt!!), yang gak dibales-bales, dan gak disangka-sangka, koq ternyata aku punya nomernya Mira ya?? Jadi sms Mira ajah sok celamitan, tetapi sayang ternyata jatah mereka sudah habis dibagikan. Terus saya beli? Belum, karena pikir ntar aja ah tunggu tanggal 1.
Siaal bangett!! Minggu berikutnya lihat review mas Tomo tentang buku ini, yang memberi rating maksimal untuk buku ini, (skip review supaya gak spoiler), jadi saya kepengeen banget punya coretan dari mentor menggambar saya dulu ini. Jadinya ketika PBJ saya niatkan untuk membeli. Tapi apa daya, dompetku hilang di KRL, jadi hanya dengan duit 20rb yang tersisa di tas keliling-keliling PBJ ga ada asyik-asyiknya. Eh, di stand matahati malah ketemu Lulu, jadi peluk-pelukan karena kita dah lama banget nggak ketemu. Ngobrol-ngobrol kesana kemari teringat kita terakhir ketemu tuh tahun 2002, waktu sekantor bareng, sambil sama-sama nonton Piala Dunia Korea Japan di kantor sembari nungguin jalanan agak nggak macet. Senang banget ketemu temen lama, temen jalan masa muda dulu.
Dan berakhir dengan, ‘Tunggu aja bukunya Mira ya, Ndri..’
huhuuuwww, I love you luluu.. Sampe saya nggak enak karena sebenernya pengen minta gratisannya the Help (celamitan tingkat tinggi).
Singkat cerita, datanglah paket buku ini seperti biasa ke kantor saya, yang membuat saya tersenyum girang di jumat siang. Dan saya menghabiskan malam sabtu dengan membacanya. Eh, enggak semalaman sih, tapi jam 1 malam sesudah beres-beres. Dan inilah review-nya yang boleh dilihat masyarakat umum.. (curhat di atas hanya untuk warga gudrids, hehe..)
***
Beginilah review dari non profesional reviewer, kalau akhirnya berupa curhat, mohon dimaklumi.
Membaca buku ini jam 1 malam di malam Sabtu, sesudah menutup laptop untuk onlenan, membongkar tas dan menimang-nimang buku yang baru aku terima ini. Akhirnya kuputuskan untuk membacanya di samping Bintang kecilku yang sedang tidur telentang, persis seperti pose Bo di halaman 34, bedanya Bintang ga pake ngompol.
Dengan tagline ‘diinspirasi dari kisah nyata’ membuatku setengah yakin bahwa kisah-kisah di sini adalah nyata, apalagi aku pernah kenal (eh, sekarang juga masih kenal ding, cuma jarang ketemu aja) dengan salah satu penulisnya, jadi beberapa bagian keluarga Jo di buku ini terasa cukup akrab.
Nggak banyak orang bisa menceritakan kisah kehidupannya, dan sepenggal kisah di sini dari masa perkenalan, pacaran sesudah menikah, dan kehidupan sehari-hari yang saling menerima, digambarkan dengan manis. Bo yang masih berumur 25 tahun tapi sudah berani menentukan pilihan untuk menikah dengan perempuan yang baru dikenalnya 3 bulan dan lebih tua 7 tahun pula! Dalam bayangan saya Bo ini pasti orangnya rada-rada jail, iseng, tapi ngangenin dan punya sikap bertanggung jawab, makanya Jo pun bersedia menerima lamaran Bo untuk menikah dengannya. Jo digambarkan sebagai perempuan bermata teduh, manis, dan dewasa, tapi sangat menghargai suaminya yang lebih muda.
Konflik yang disajikan, konflik diri karena perbedaan usia sebelum menikah, pendapat-pendapat dari orang lain, digambarkan dengan komikal banget dan lucu. Beberapa adegan yang cukup jayus dan lebay, tapi dengan penggambarannya ekspresi ‘plis deh’ jadinya membuat ngakak dan tersenyum-senyum di pagi buta itu. Misalnya adegan minum teh, di episode Gula Kehidupan. Jo membuatkan teh untuk Bo yang sedang mensketsa gambar.
’teh hangat dulu, Bo, sori kurang manis, gulanya mau abis.’
(gambar Bo berwajah gembira)
‘waa…tengkyu, Jo. It’s okay, momen kayak begini sudah cukup manis bagiku.’
Hahahahaa, gombal jilid 1.
’gambar apa sih?’
(gambar Bo nggak menjawab tapi melihat Jo dengan serius)
(gambar Bo minum tehnya).
(gambar Bo menjilat lidah sesudah minum teh, tetap melihat Jo, dan Jo menatap galak)’Liatin apa, sih?’
‘Kan teh-nya kurang manis, jadi… aku lihat wajah Jo, biar rasanya makin manis..’
Huahahahahaaa… basii.. basii… jayus dan menggelikan.
Hampir aja membangunkan Bintang dari tidurnya.
Mungkin karena saya bukan pengamat komik, jadi penilaian saya agak subyektif. Tarikan garisnya bagus, dan pewajahan tokohnya khas banget, tidak meniru-niru manga Jepang dengan mata bundar besar, tapi dengan pewajahan karakter yang sederhana.
Coretan sketsa bangunannya yang sangat kuat pada detail, jelas karena keduanya adalah arsitek dengan jam terbang sketsa bangunan yang cukup tinggi. Nggak heran dengan gambar-gambar rumah, gedung, suasana pasar, jalan, yang digambarkan detail, bahkan sampai rendering (maaf, saya gak punya kosakata bahasa Indonesia untuk render) hanya dengan arsiran, porsi gelap terang bangunan, naungan dan bayangan, justru lebih berasa sebagai sketsa arsitektur bukan komik (tiba-tiba teringat Mira sebagai asdos TekomArs, mentor sketsa saya dulu).
Yang juga kuat dari komik ini adalah ceritanya, ceritanya yang campur lucu, manis, dan mengharukan. Nggak heran Jo jatuh cinta juga dengan Bo karena kelucuan-kelucuannya ini dan sifat sayangnya Bo yang ditunjukkan. Beberapa kritik sosial yang dimasukkan di buku ini terasa wajar sebagai percakapan sehari-hari, mungkin agak teringat dengan gaya bercerita Satrapi dengan Persepolis atau novel grafis Satrapi lainnya yang lucu juga namun penuh satire, yang juga diilhami dari kehidupan sehari-harinya.
Saya nggak tahu bagaimana pembagian kerja antara kedua penulis atau penggambar ini, tapi setiap halaman begitu kuat, dan dibuat dengan storyboard yang baik. Walaupun saya rasa komikus lain juga melakukannya, dan penilaian saya amatlah subyektif.
‘Paklik, kenapa sih, koq mau nikah sama tante?’
… (perdebatan dengan anak-anak dengan penjelasan yang sok dewasa sebanyak 2 halaman)
Iya, Paklik… mbulet… bilang aja karena cinta.. lebih to the point..
Haiyaahh.. pengen nggetok nih anak kecil keriting yang di gambar..
View all my reviews
My rating: 5 of 5 stars
#2010-55#
Pertama lihat buku ini di toko bukunya kang Alwi, Bee-Books, pulang futsal waktu kopdar GRI Bandung.
‘Teh Indri, ini ada bukunya kakaknya Lulu nih, komik baru..’. Saya yang baru fesbukan sama Mira baru ngeh bukunya apa, soalnya di fesbuk kemaren Mira ga bilang-bilang soal komik baru, malah ngetawain saya karena saya tuduh semena-mena bahwa vbi_jenggoten itu nama pena-nya dia. Kirain kemaren fesbukan kita lagi ngomongin Aku Ber-Facebook Maka Aku Ada. Memegang buku pink dengan ilustrasi lucu ini, sekilas cukup menarik, tapi tidak menerbitkan keinginan saya untuk membelinya, dengan alasan ekonomis (ngarep gratisan sebenernya heheeuu..)
Malamnya, sial, saya baca reviewnya Luqman tentang buku ini, dan saya kepikiran untuk punya juga, koq kayaknya bagus nih, beneran pengen baca dan sharing isinya. Jadi keesokan siangnya, di sela jalan-jalan ke Toga Mas Bandung, di hujan agak deras sesudah pencarian chocolate café yang ternyata under renovation, mataku tertumbuk lagi dengan buku pink ini yang berjejeran dengan Mafalda dan Benny and Mice. Waaah, beneran pengen punya niihh.. melihat sedikit cuplikan ilustrasinya naik becak di Malang jadi senyum-senyum sendiri. Langsunglah sms Lulu minta bukunya (aahh, dasar gw pelitt!!), yang gak dibales-bales, dan gak disangka-sangka, koq ternyata aku punya nomernya Mira ya?? Jadi sms Mira ajah sok celamitan, tetapi sayang ternyata jatah mereka sudah habis dibagikan. Terus saya beli? Belum, karena pikir ntar aja ah tunggu tanggal 1.
Siaal bangett!! Minggu berikutnya lihat review mas Tomo tentang buku ini, yang memberi rating maksimal untuk buku ini, (skip review supaya gak spoiler), jadi saya kepengeen banget punya coretan dari mentor menggambar saya dulu ini. Jadinya ketika PBJ saya niatkan untuk membeli. Tapi apa daya, dompetku hilang di KRL, jadi hanya dengan duit 20rb yang tersisa di tas keliling-keliling PBJ ga ada asyik-asyiknya. Eh, di stand matahati malah ketemu Lulu, jadi peluk-pelukan karena kita dah lama banget nggak ketemu. Ngobrol-ngobrol kesana kemari teringat kita terakhir ketemu tuh tahun 2002, waktu sekantor bareng, sambil sama-sama nonton Piala Dunia Korea Japan di kantor sembari nungguin jalanan agak nggak macet. Senang banget ketemu temen lama, temen jalan masa muda dulu.
Dan berakhir dengan, ‘Tunggu aja bukunya Mira ya, Ndri..’
huhuuuwww, I love you luluu.. Sampe saya nggak enak karena sebenernya pengen minta gratisannya the Help (celamitan tingkat tinggi).
Singkat cerita, datanglah paket buku ini seperti biasa ke kantor saya, yang membuat saya tersenyum girang di jumat siang. Dan saya menghabiskan malam sabtu dengan membacanya. Eh, enggak semalaman sih, tapi jam 1 malam sesudah beres-beres. Dan inilah review-nya yang boleh dilihat masyarakat umum.. (curhat di atas hanya untuk warga gudrids, hehe..)
***
Beginilah review dari non profesional reviewer, kalau akhirnya berupa curhat, mohon dimaklumi.
Membaca buku ini jam 1 malam di malam Sabtu, sesudah menutup laptop untuk onlenan, membongkar tas dan menimang-nimang buku yang baru aku terima ini. Akhirnya kuputuskan untuk membacanya di samping Bintang kecilku yang sedang tidur telentang, persis seperti pose Bo di halaman 34, bedanya Bintang ga pake ngompol.
Dengan tagline ‘diinspirasi dari kisah nyata’ membuatku setengah yakin bahwa kisah-kisah di sini adalah nyata, apalagi aku pernah kenal (eh, sekarang juga masih kenal ding, cuma jarang ketemu aja) dengan salah satu penulisnya, jadi beberapa bagian keluarga Jo di buku ini terasa cukup akrab.
Nggak banyak orang bisa menceritakan kisah kehidupannya, dan sepenggal kisah di sini dari masa perkenalan, pacaran sesudah menikah, dan kehidupan sehari-hari yang saling menerima, digambarkan dengan manis. Bo yang masih berumur 25 tahun tapi sudah berani menentukan pilihan untuk menikah dengan perempuan yang baru dikenalnya 3 bulan dan lebih tua 7 tahun pula! Dalam bayangan saya Bo ini pasti orangnya rada-rada jail, iseng, tapi ngangenin dan punya sikap bertanggung jawab, makanya Jo pun bersedia menerima lamaran Bo untuk menikah dengannya. Jo digambarkan sebagai perempuan bermata teduh, manis, dan dewasa, tapi sangat menghargai suaminya yang lebih muda.
Konflik yang disajikan, konflik diri karena perbedaan usia sebelum menikah, pendapat-pendapat dari orang lain, digambarkan dengan komikal banget dan lucu. Beberapa adegan yang cukup jayus dan lebay, tapi dengan penggambarannya ekspresi ‘plis deh’ jadinya membuat ngakak dan tersenyum-senyum di pagi buta itu. Misalnya adegan minum teh, di episode Gula Kehidupan. Jo membuatkan teh untuk Bo yang sedang mensketsa gambar.
’teh hangat dulu, Bo, sori kurang manis, gulanya mau abis.’
(gambar Bo berwajah gembira)
‘waa…tengkyu, Jo. It’s okay, momen kayak begini sudah cukup manis bagiku.’
Hahahahaa, gombal jilid 1.
’gambar apa sih?’
(gambar Bo nggak menjawab tapi melihat Jo dengan serius)
(gambar Bo minum tehnya).
(gambar Bo menjilat lidah sesudah minum teh, tetap melihat Jo, dan Jo menatap galak)’Liatin apa, sih?’
‘Kan teh-nya kurang manis, jadi… aku lihat wajah Jo, biar rasanya makin manis..’
Huahahahahaaa… basii.. basii… jayus dan menggelikan.
Hampir aja membangunkan Bintang dari tidurnya.
Mungkin karena saya bukan pengamat komik, jadi penilaian saya agak subyektif. Tarikan garisnya bagus, dan pewajahan tokohnya khas banget, tidak meniru-niru manga Jepang dengan mata bundar besar, tapi dengan pewajahan karakter yang sederhana.
Coretan sketsa bangunannya yang sangat kuat pada detail, jelas karena keduanya adalah arsitek dengan jam terbang sketsa bangunan yang cukup tinggi. Nggak heran dengan gambar-gambar rumah, gedung, suasana pasar, jalan, yang digambarkan detail, bahkan sampai rendering (maaf, saya gak punya kosakata bahasa Indonesia untuk render) hanya dengan arsiran, porsi gelap terang bangunan, naungan dan bayangan, justru lebih berasa sebagai sketsa arsitektur bukan komik (tiba-tiba teringat Mira sebagai asdos TekomArs, mentor sketsa saya dulu).
Yang juga kuat dari komik ini adalah ceritanya, ceritanya yang campur lucu, manis, dan mengharukan. Nggak heran Jo jatuh cinta juga dengan Bo karena kelucuan-kelucuannya ini dan sifat sayangnya Bo yang ditunjukkan. Beberapa kritik sosial yang dimasukkan di buku ini terasa wajar sebagai percakapan sehari-hari, mungkin agak teringat dengan gaya bercerita Satrapi dengan Persepolis atau novel grafis Satrapi lainnya yang lucu juga namun penuh satire, yang juga diilhami dari kehidupan sehari-harinya.
Saya nggak tahu bagaimana pembagian kerja antara kedua penulis atau penggambar ini, tapi setiap halaman begitu kuat, dan dibuat dengan storyboard yang baik. Walaupun saya rasa komikus lain juga melakukannya, dan penilaian saya amatlah subyektif.
‘Paklik, kenapa sih, koq mau nikah sama tante?’
… (perdebatan dengan anak-anak dengan penjelasan yang sok dewasa sebanyak 2 halaman)
Iya, Paklik… mbulet… bilang aja karena cinta.. lebih to the point..
Haiyaahh.. pengen nggetok nih anak kecil keriting yang di gambar..
View all my reviews
The Naked Traveler 2
The Naked Traveler 2 by Trinity
My rating: 4 of 5 stars
#2010-54#
saya suka jalan-jalan
saya suka jalan-jalan
saya sukaaaa sekali jalan-jalan!!!
hidup di 20 tahun pertama kehidupan saya dengan berpindah kota 8 kali membuat saya terbiasa menjelajahi daerah-daerah di tempat saya tinggal. bahwa setiap 2 atau 3 tahun selalu ada perpisahan, lalu perkenalan baru. jadi, ketika saya ditanya, aslinya orang mana? nah, saya gak tau, lha pindah-pindah terus. pokoknya mah orang pulau jawa. bisa berbahasa jawa aktif dan berbahasa sunda pasif, sama sekali blank dengan bahasa dan logat madura.
adaptasi? nah ini paling sulit. se-grapyak2nya saya pada akhirnya, waktu kenalan pasti saya terkesan pendiam. walaupun yang menyangka begitu akan menyesal kemudian.
buku ini begitu menginspirasi saya untuk melanjutkan petualangan2 masa remaja saya. setelah menuntaskan semua jalur utama di pulau jawa, anyer-panarukan sudah selesai di umur 20-an, jalur selatannya yang masih jadi obsesi pribadi, jakarta-malang via selatan sih sudah biasa, maupun malimping sukabumi.
nah, jadi obsesi saya menyelesaikan jalur pulau jawa masih pada Taman Nasional Ujung Kulon dan Taman Nasional Meru Betiri.
barulah ke diving spot yang bertebaran di Indonesia, yang terkenal dengan iklim tropisnya, sehingga pemandangan bawah lautnya menakjubkan, karena banyak spesies bertebaran di situ.
saya terkesan dengan kata-kata Trinity pada penggemarnya, bagaimana cara mengumpulkan uang untuk jalan-jalan..
ya, mulailah menabung!!
lugas, dan memang itulah yang harus dilakukan.
ditambah lagi, aturlah waktu anda, dong, apalagi saya yang sok sibuk dan punya tanggungan, ga bisa egois dan seenak2nya kabur ke luar kota untuk jalan2.
oh ya, jagalah kesehatan, rajin olahraga, jadi gak malu2in kalo banyak jalan kaki. air terjun terindah selalu ada di pedalaman. masa mau minta gendong?
berdoalah supaya usia anda panjang... mama saya baru jalan-jalan kemana-mana beberapa tahun belakangan ini, mungkin karena anak perempuannya yang manja ini sudah pisah rumah dan gak perlu dia urusin lagi. tapi, mama saya tetep have fun koq, dan saya bahagia melihatnya.
yah, kalau keindahan bisa saya nikmati lebih cepat, ya lebih seru aja kayaknya.. semoga..
this book is inspiring for me.
View all my reviews
My rating: 4 of 5 stars
#2010-54#
saya suka jalan-jalan
saya suka jalan-jalan
saya sukaaaa sekali jalan-jalan!!!
hidup di 20 tahun pertama kehidupan saya dengan berpindah kota 8 kali membuat saya terbiasa menjelajahi daerah-daerah di tempat saya tinggal. bahwa setiap 2 atau 3 tahun selalu ada perpisahan, lalu perkenalan baru. jadi, ketika saya ditanya, aslinya orang mana? nah, saya gak tau, lha pindah-pindah terus. pokoknya mah orang pulau jawa. bisa berbahasa jawa aktif dan berbahasa sunda pasif, sama sekali blank dengan bahasa dan logat madura.
adaptasi? nah ini paling sulit. se-grapyak2nya saya pada akhirnya, waktu kenalan pasti saya terkesan pendiam. walaupun yang menyangka begitu akan menyesal kemudian.
buku ini begitu menginspirasi saya untuk melanjutkan petualangan2 masa remaja saya. setelah menuntaskan semua jalur utama di pulau jawa, anyer-panarukan sudah selesai di umur 20-an, jalur selatannya yang masih jadi obsesi pribadi, jakarta-malang via selatan sih sudah biasa, maupun malimping sukabumi.
nah, jadi obsesi saya menyelesaikan jalur pulau jawa masih pada Taman Nasional Ujung Kulon dan Taman Nasional Meru Betiri.
barulah ke diving spot yang bertebaran di Indonesia, yang terkenal dengan iklim tropisnya, sehingga pemandangan bawah lautnya menakjubkan, karena banyak spesies bertebaran di situ.
saya terkesan dengan kata-kata Trinity pada penggemarnya, bagaimana cara mengumpulkan uang untuk jalan-jalan..
ya, mulailah menabung!!
lugas, dan memang itulah yang harus dilakukan.
ditambah lagi, aturlah waktu anda, dong, apalagi saya yang sok sibuk dan punya tanggungan, ga bisa egois dan seenak2nya kabur ke luar kota untuk jalan2.
oh ya, jagalah kesehatan, rajin olahraga, jadi gak malu2in kalo banyak jalan kaki. air terjun terindah selalu ada di pedalaman. masa mau minta gendong?
berdoalah supaya usia anda panjang... mama saya baru jalan-jalan kemana-mana beberapa tahun belakangan ini, mungkin karena anak perempuannya yang manja ini sudah pisah rumah dan gak perlu dia urusin lagi. tapi, mama saya tetep have fun koq, dan saya bahagia melihatnya.
yah, kalau keindahan bisa saya nikmati lebih cepat, ya lebih seru aja kayaknya.. semoga..
this book is inspiring for me.
View all my reviews
The Conch Bearer: Keong Ajaib
The Conch Bearer: Keong Ajaib by Chitra Banerjee Divakaruni
My rating: 3 of 5 stars
#2010-53#
Jika Tuhan telah
memberi kita sebuah kehidupan yang sempurna, maka tidak akan ada tujuan kita untuk (terus) hidup.
if God had gave us the perfect life, then there'll never be a question what we're living for.
Cerita tentang anak lelaki yang tiba-tiba menjadi pahlawan untuk menyelamatkan dunia dengan benda ajaib yang dibawanya sepertinya sangat biasa. Pertempuran melawan penjahat, dan berakhir dengan si penjahat mati karena serangan si anak. Sangat jelas pada tipe cerita seperti ini. Sehingga untuk membaca buku jenis ini perlu santai dan lebih baik menikmati jalannya cerita, lokasi-lokasi yang dilalui, percakapan-percakapan perjalanan karena kalau cerita anak-anak pasti tahu tokohnya pasti menang.
Nah, ketika si tokoh jahat Surabhanu sudah mati di 3/4 buku, dikalahkan oleh Anand dan Abyadatta, lalu apa? Apa yang dicari lagi sebagai klimaks? Divakaruni rupanya tidak hanya bermain dengan si tokoh menang, lalu semua bahagia selamanya.
Masih ada perjuangan sesungguhnya, antara kebahagiaan Anand atau kebahagiaan si keong Apa konsekuensi-konsekuensi yang harus diambil sesudah penyelamatan terhadap keong? Dan itulah bagaimana menghargai hidup, dan keluarga sebagai harta yang berharga.
Akhirnya tebakan saya tentang bagaimana akhirnya jadi salah, karena ini bukan cerita anak-anak biasa.
***
nemu gak sengaja di BMS.. lagi lirak-lirik, eh, tertumbuk pada buku cerita ini..
View all my reviews
My rating: 3 of 5 stars
#2010-53#
Jika Tuhan telah
memberi kita sebuah kehidupan yang sempurna, maka tidak akan ada tujuan kita untuk (terus) hidup.
if God had gave us the perfect life, then there'll never be a question what we're living for.
Cerita tentang anak lelaki yang tiba-tiba menjadi pahlawan untuk menyelamatkan dunia dengan benda ajaib yang dibawanya sepertinya sangat biasa. Pertempuran melawan penjahat, dan berakhir dengan si penjahat mati karena serangan si anak. Sangat jelas pada tipe cerita seperti ini. Sehingga untuk membaca buku jenis ini perlu santai dan lebih baik menikmati jalannya cerita, lokasi-lokasi yang dilalui, percakapan-percakapan perjalanan karena kalau cerita anak-anak pasti tahu tokohnya pasti menang.
Nah, ketika si tokoh jahat Surabhanu sudah mati di 3/4 buku, dikalahkan oleh Anand dan Abyadatta, lalu apa? Apa yang dicari lagi sebagai klimaks? Divakaruni rupanya tidak hanya bermain dengan si tokoh menang, lalu semua bahagia selamanya.
Masih ada perjuangan sesungguhnya, antara kebahagiaan Anand atau kebahagiaan si keong Apa konsekuensi-konsekuensi yang harus diambil sesudah penyelamatan terhadap keong? Dan itulah bagaimana menghargai hidup, dan keluarga sebagai harta yang berharga.
Akhirnya tebakan saya tentang bagaimana akhirnya jadi salah, karena ini bukan cerita anak-anak biasa.
***
nemu gak sengaja di BMS.. lagi lirak-lirik, eh, tertumbuk pada buku cerita ini..
View all my reviews
Because of Winn-Dixie
Because of Winn-Dixie by Kate DiCamillo
My rating: 3 of 5 stars
#2010-52#
ceritanya sangat sederhana.
tentang seekor anjing dan opal sahabatnya. dan opal mengalami banyak hal tak terduga.
View all my reviews
My rating: 3 of 5 stars
#2010-52#
ceritanya sangat sederhana.
tentang seekor anjing dan opal sahabatnya. dan opal mengalami banyak hal tak terduga.
View all my reviews
99 Untuk Arsitek
99 Untuk Arsitek by Raul Renanda
My rating: 3 of 5 stars
#2010-51#
aaaarrrghhh!!!!!
buku ini pengen gue lempaarrr!!! dejavu!!!
buat arsitek pemula, jelas buku ini berguna banget untuk menghadapi masa depannya kelak. apa mereka benar-benar pengen jadi arsitek??
berat banget loh.. lihatlah apa yang ada di depanmu..
yang tertulis di buku ini hampir sama seperti keluhan-keluhan dan curhatku tahun-tahun belakangan ini. rasanya seperti kilas balik, bagaimana menghadapi kekesalan-kekesalan dengan perusahaan, kekesalan dengan klien, bedanya kerja ikut orang atau usaha sendiri. percaya deh, sama-sama capek.
beragam nasihat yang membuka jiwa. membuat kita besar hati akan pilihan ini. jadi di sini, intinya adalah ikhlas. toh, menjadi arsitek adalah pilihan kamu sendiri. buku ini hanya membantu. self-help lah, istilahnya.
sempat saya bacakan dengan beberapa teman di kantor. haha, akhirnya kita tertawa terbahak-bahak. tertawa miris rupanya, menertawakan diri sendiri yang bernasib mirip. karena terkadang apa yang kita terima sebagai teori di kampus, sangat berbeda dalam penerapan di dunia kerja.
banyak langkah-langkah penciptaan ide yang dilewati. semua ingin langsung jadi, bentuk massa bangunan langsung ketemu. idealisme yang terkikis. eksplorasi ruang yang minimalis.
buku ini minta dibaca perlahan, namun proyek selalu minta cepat. jadi agak tidak sesuai ritmenya. membaca tiap pagi sebelum berkutat dengan autoCAD, ternyata tidak banyak membantu. terlalu lama berkutat di desain instan, jadi tidak menumbuhkan perenungan karya. rupanya harus berhenti dulu dan intropeksi untuk membacanya. mungkin saya harus mulai menata orientasi mimpi saya.
-dengankan komentar teman (awam)-
-kita mendesain untuk klien, bukan untuk kita sendiri-
-lucky = preparation meets opportunity-
-go ahead, be narcisist!-
bila memungkinkan, ubahlah mimpi kita..
View all my reviews
My rating: 3 of 5 stars
#2010-51#
aaaarrrghhh!!!!!
buku ini pengen gue lempaarrr!!! dejavu!!!
buat arsitek pemula, jelas buku ini berguna banget untuk menghadapi masa depannya kelak. apa mereka benar-benar pengen jadi arsitek??
berat banget loh.. lihatlah apa yang ada di depanmu..
yang tertulis di buku ini hampir sama seperti keluhan-keluhan dan curhatku tahun-tahun belakangan ini. rasanya seperti kilas balik, bagaimana menghadapi kekesalan-kekesalan dengan perusahaan, kekesalan dengan klien, bedanya kerja ikut orang atau usaha sendiri. percaya deh, sama-sama capek.
beragam nasihat yang membuka jiwa. membuat kita besar hati akan pilihan ini. jadi di sini, intinya adalah ikhlas. toh, menjadi arsitek adalah pilihan kamu sendiri. buku ini hanya membantu. self-help lah, istilahnya.
sempat saya bacakan dengan beberapa teman di kantor. haha, akhirnya kita tertawa terbahak-bahak. tertawa miris rupanya, menertawakan diri sendiri yang bernasib mirip. karena terkadang apa yang kita terima sebagai teori di kampus, sangat berbeda dalam penerapan di dunia kerja.
banyak langkah-langkah penciptaan ide yang dilewati. semua ingin langsung jadi, bentuk massa bangunan langsung ketemu. idealisme yang terkikis. eksplorasi ruang yang minimalis.
buku ini minta dibaca perlahan, namun proyek selalu minta cepat. jadi agak tidak sesuai ritmenya. membaca tiap pagi sebelum berkutat dengan autoCAD, ternyata tidak banyak membantu. terlalu lama berkutat di desain instan, jadi tidak menumbuhkan perenungan karya. rupanya harus berhenti dulu dan intropeksi untuk membacanya. mungkin saya harus mulai menata orientasi mimpi saya.
-dengankan komentar teman (awam)-
-kita mendesain untuk klien, bukan untuk kita sendiri-
-lucky = preparation meets opportunity-
-go ahead, be narcisist!-
bila memungkinkan, ubahlah mimpi kita..
View all my reviews
Nyanyi Sunyi Seorang Bisu 2
Nyanyi Sunyi Seorang Bisu 2 by Pramoedya Ananta Toer
My rating: 5 of 5 stars
#2010-50#
Buku kedua ini aku baca dengan selang waktu hampir 9 bulan dari buku pertamanya. Ketika membaca buku pertamanya aku merasakan dementor effect, karena jadi nggak enak rasa, nggak enak hati, membayangkan yang dialami Pramoedya di Pulau Buru. Efek yang cukup lama untuk tidak gembira, hingga membaca buku lucu sesudahnya aku tidak bisa tertawa.
Karena itu aku akhirnya baca buku ini, dalam rangka rencana kunjungan ke rumah Pram di Bojonggede, dan wawwwww!!! Ternyata isinya manis dan menyenangkan. Membuat aku tersenyum dan terharu. Biografi masa kecilnya, curhat beliau, catatan tentang siapa ayah dan ibunya. Membuatku terpana dan terus menerus membacanya. Sampai-sampai aku menargetkan bahwa buku ini harus tamat sebelum kunjunganku ke rumah Pram akhir Mei lalu, jadi aku punya bahan untuk diskusi kehidupannya beliau. Dan ternyata tidak berhasil, berkaitan dengan suasana hati yang tidak mendukung kala itu, jadi hanya menamatkan beberapa bab yang bercerita tentang masa kecilnya. Dan membuat aku makin terpana dengan tulisan hati ini.
Kulanjutkan dengan membaca cukup lama di angkot menuju rumah Pram (akibat ketinggalan kereta). Pram, yang sangat mengagumi ibunya, yang berjuang untuk kehidupan dan pendidikan anak-anaknya. Tak heran, dalam tulisan-tulisannya, Pram banyak bercerita tentang perempuan. Tentang perempuan yang kuat dan tabah. Ah, aku jadi iri sama ibunya Pram. Bagaimana bisa hidup setegar beliau, ya?
Di rumah Pram juga diskusi soal kehidupannya, pemutaran film dokumenter, dan ngobrol-ngobrol dengan mbak Astuti. Tentu berbeda penceritaan dari buku dengan yang dituturkan oleh mbak Astuti atau film tersebut. Buku kan ditulis oleh Pram sendiri, jadi emosinya, kegembiraannya, kesedihannya tergambar lewat ungkapan kata-kata yang terangkai.
Dan akhirnya pada acara tanya jawab, aku bertanya, kenapa sih buku-buku Pram dilarang? Soalnya dari sejak aku baca Bumi Manusia dan cerita-cerita lainnya yang diterbitkan oleh Lentera, rasanya ceritanya yang begitu saja. Tidak menyinggung soal ’bahaya laten komunis’ yang ditakutkan oleh pemerintah Orba. Kalau buku ’Nyanyi Sunyi’ jilid 1 kan memang banyak menyebut nama-nama pejabat Orba, jadi kupikir karena buku ini (yang hanya terbit 10 hari lalu dilarang), maka pejabat Orba menjadi alergi terhadap buku ini.
Jawaban dari mas Ronny karena memang buku-bukunya membawa ke arus pemikiran keterbukaan, kalau mau dipahami lebih dalam (ketahuan kan kalau aku hanya terperangah oleh kata-kata saja, tapi kurang mencerna), yang ditakutkan pemerintah, rakyat yang bebas mengungkapkan pendapatnya sendiri, menjadi berani seperti tulisan-tulisannya Pram. Yang lebih lucu (mengernyitkan dahi) info dari Amang soal isi SK pelarangan buku, salah satunya adalah karena kalau buku-buku Pram diijinkan, akan ada pengidolaan buku Pram, yang berakibat dengan kenaikan harga jual secara tidak wajar. Wah, pemerintah Orba, jawaban yang kurang bisa diterima nalar kayaknya. Kalau dilarang karena takut harganya mahal, ya diperbanyak saja, ditaruh di perpustakaan. Ini jelas upaya pengkerdilan pikiran masyarakat.
Dituliskan sebagai surat kepada anak-anaknya, tentang perjalanannya di Eropa, dan sampai ke sisi-sisi kehidupan pribadinya, perasaan inco (rendah diri) yang sering dialaminya. Melihat buku ini untuk lebih mengenal siapa Pram, siapa yang membentuk pribadinya seperti sekarang ini, siapa orang-orang yang mempengaruhi tulisan-tulisannya, bagaimana sikap beliau sebenarnya. Sangat beruntung berkesempatan membaca buku ini.
Setiap generasi muda punya tempatnya, waktu dan tantangan-tantangannya sendiri. Setiap generasi punya kecenderungan patriark atas yang lebih muda punya hak untuk memberontak. Hanya pemberontakan yang diekspresikan melalui pemesuman dan penggondrongan, menolak nilai-nilai yang dihasilkan oleh generasi sebelumnya. Boleh jadi satu hal yang kurang cukup lucu.
Terserah padamu sendiri.
dari halaman terakhir.
View all my reviews
My rating: 5 of 5 stars
#2010-50#
Buku kedua ini aku baca dengan selang waktu hampir 9 bulan dari buku pertamanya. Ketika membaca buku pertamanya aku merasakan dementor effect, karena jadi nggak enak rasa, nggak enak hati, membayangkan yang dialami Pramoedya di Pulau Buru. Efek yang cukup lama untuk tidak gembira, hingga membaca buku lucu sesudahnya aku tidak bisa tertawa.
Karena itu aku akhirnya baca buku ini, dalam rangka rencana kunjungan ke rumah Pram di Bojonggede, dan wawwwww!!! Ternyata isinya manis dan menyenangkan. Membuat aku tersenyum dan terharu. Biografi masa kecilnya, curhat beliau, catatan tentang siapa ayah dan ibunya. Membuatku terpana dan terus menerus membacanya. Sampai-sampai aku menargetkan bahwa buku ini harus tamat sebelum kunjunganku ke rumah Pram akhir Mei lalu, jadi aku punya bahan untuk diskusi kehidupannya beliau. Dan ternyata tidak berhasil, berkaitan dengan suasana hati yang tidak mendukung kala itu, jadi hanya menamatkan beberapa bab yang bercerita tentang masa kecilnya. Dan membuat aku makin terpana dengan tulisan hati ini.
Kulanjutkan dengan membaca cukup lama di angkot menuju rumah Pram (akibat ketinggalan kereta). Pram, yang sangat mengagumi ibunya, yang berjuang untuk kehidupan dan pendidikan anak-anaknya. Tak heran, dalam tulisan-tulisannya, Pram banyak bercerita tentang perempuan. Tentang perempuan yang kuat dan tabah. Ah, aku jadi iri sama ibunya Pram. Bagaimana bisa hidup setegar beliau, ya?
Di rumah Pram juga diskusi soal kehidupannya, pemutaran film dokumenter, dan ngobrol-ngobrol dengan mbak Astuti. Tentu berbeda penceritaan dari buku dengan yang dituturkan oleh mbak Astuti atau film tersebut. Buku kan ditulis oleh Pram sendiri, jadi emosinya, kegembiraannya, kesedihannya tergambar lewat ungkapan kata-kata yang terangkai.
Dan akhirnya pada acara tanya jawab, aku bertanya, kenapa sih buku-buku Pram dilarang? Soalnya dari sejak aku baca Bumi Manusia dan cerita-cerita lainnya yang diterbitkan oleh Lentera, rasanya ceritanya yang begitu saja. Tidak menyinggung soal ’bahaya laten komunis’ yang ditakutkan oleh pemerintah Orba. Kalau buku ’Nyanyi Sunyi’ jilid 1 kan memang banyak menyebut nama-nama pejabat Orba, jadi kupikir karena buku ini (yang hanya terbit 10 hari lalu dilarang), maka pejabat Orba menjadi alergi terhadap buku ini.
Jawaban dari mas Ronny karena memang buku-bukunya membawa ke arus pemikiran keterbukaan, kalau mau dipahami lebih dalam (ketahuan kan kalau aku hanya terperangah oleh kata-kata saja, tapi kurang mencerna), yang ditakutkan pemerintah, rakyat yang bebas mengungkapkan pendapatnya sendiri, menjadi berani seperti tulisan-tulisannya Pram. Yang lebih lucu (mengernyitkan dahi) info dari Amang soal isi SK pelarangan buku, salah satunya adalah karena kalau buku-buku Pram diijinkan, akan ada pengidolaan buku Pram, yang berakibat dengan kenaikan harga jual secara tidak wajar. Wah, pemerintah Orba, jawaban yang kurang bisa diterima nalar kayaknya. Kalau dilarang karena takut harganya mahal, ya diperbanyak saja, ditaruh di perpustakaan. Ini jelas upaya pengkerdilan pikiran masyarakat.
Dituliskan sebagai surat kepada anak-anaknya, tentang perjalanannya di Eropa, dan sampai ke sisi-sisi kehidupan pribadinya, perasaan inco (rendah diri) yang sering dialaminya. Melihat buku ini untuk lebih mengenal siapa Pram, siapa yang membentuk pribadinya seperti sekarang ini, siapa orang-orang yang mempengaruhi tulisan-tulisannya, bagaimana sikap beliau sebenarnya. Sangat beruntung berkesempatan membaca buku ini.
Setiap generasi muda punya tempatnya, waktu dan tantangan-tantangannya sendiri. Setiap generasi punya kecenderungan patriark atas yang lebih muda punya hak untuk memberontak. Hanya pemberontakan yang diekspresikan melalui pemesuman dan penggondrongan, menolak nilai-nilai yang dihasilkan oleh generasi sebelumnya. Boleh jadi satu hal yang kurang cukup lucu.
Terserah padamu sendiri.
dari halaman terakhir.
View all my reviews
Di Kaki Bukit Cibalak
Di Kaki Bukit Cibalak by Ahmad Tohari
My rating: 3 of 5 stars
#2010-49#
Isu kelestarian lingkungan yang ditukar oleh sikap konsumtif mengawali cerita ini. Melihat hutan yang semakin berkurang, pembangunan pedesaan yang berlandaskan kekuasaan, membuat miris.
Apa yang ditulis oleh Tohari mungkin benar-benar terjadi bertahun-tahun lalu. Seorang Lurah selalu tamak, dan hobi berganti istri. Seorang camat yang hanya takut pada atasan. Seperti kisah-kisah di sinetron karya Nizar Zulmi dan Tabah Penemuan yang sering diputar di TVRI dulu.
Duh, Indonesia. Mudah-mudahan lulusan STPDN sekarang yang suka tendang menendang itu menggunakan kekerasannya untuk melawan kecoa-kecoa yang menggerogoti uang rakyat. Bukannya untuk menakuti warganya sendiri.
Akhirnya kurang menggigit, walaupun ide ceritanya menarik. Seandainya diolah lebih dramatis, mungkin lebih seru.
View all my reviews
My rating: 3 of 5 stars
#2010-49#
Isu kelestarian lingkungan yang ditukar oleh sikap konsumtif mengawali cerita ini. Melihat hutan yang semakin berkurang, pembangunan pedesaan yang berlandaskan kekuasaan, membuat miris.
Apa yang ditulis oleh Tohari mungkin benar-benar terjadi bertahun-tahun lalu. Seorang Lurah selalu tamak, dan hobi berganti istri. Seorang camat yang hanya takut pada atasan. Seperti kisah-kisah di sinetron karya Nizar Zulmi dan Tabah Penemuan yang sering diputar di TVRI dulu.
Duh, Indonesia. Mudah-mudahan lulusan STPDN sekarang yang suka tendang menendang itu menggunakan kekerasannya untuk melawan kecoa-kecoa yang menggerogoti uang rakyat. Bukannya untuk menakuti warganya sendiri.
Akhirnya kurang menggigit, walaupun ide ceritanya menarik. Seandainya diolah lebih dramatis, mungkin lebih seru.
View all my reviews
Bermain-main Dengan Cinta
Bermain-main Dengan Cinta by Bagus Takwin
My rating: 4 of 5 stars
#2010-48#
hei kamu yang selalu berpikir dengan logika, bagaimana jika dihantam rasa?
Ada yang bilang bicara cinta itu lebay, bicara cinta itu menye-menye, bicara cinta itu hanya cocok untuk orang kasmaran, sedang puber.
Di sini cinta dipermainkan dalam kata. Tak perlu surat cinta yang mendayu-dayu, cukup dengan perhatian dan tatapan hangat, bahkan dalam tertawa.
Apakah cinta harus selalu dinyatakan? Kadang tidak, bisa hanya disimpan dan dilihat dalam pandangan. Cinta bikin kamu nggak bisa tidur, kata sebagian orang. Ringan, namun menghentak alam pikiran, terasa manis dan lucu.
Jangan pula terlalu mengagungkan cinta, karena bisa terjerembab dalam jurang logika. Cinta bisa salah di sini. Bisa jadi kambing hitam atas sesuatu yang tidak benar. Atau cinta bisa kehilangan maknanya, samar oleh ulah setan yang menjadikannya nafsu. Karena cinta dijadikan alasan, tanpa paham rasa sebenarnya.
Semua tentang dua manusia. Semua disatukan dengan cinta. Dan tidak harus dengan sebuku surat atau selingkar cincin. Happy ending tidak selalu bersanding. Bisa menjadi teman, sahabat, mantan kekasih, pengagum gelap, pengorbanan, bahkan kematian.
The purpose of relationship is the relationship itself. Menjaganya untuk terus ada lebih sulit daripada menemukan tujuannya.
When I ask my partner "where is this going?", I'd prefer to hear :
a) "Whenever you want it to go"
b) "Let's take it one day at a time."
c) "I love you forever"
nah! pilih jawabnya!
View all my reviews
My rating: 4 of 5 stars
#2010-48#
hei kamu yang selalu berpikir dengan logika, bagaimana jika dihantam rasa?
Ada yang bilang bicara cinta itu lebay, bicara cinta itu menye-menye, bicara cinta itu hanya cocok untuk orang kasmaran, sedang puber.
Di sini cinta dipermainkan dalam kata. Tak perlu surat cinta yang mendayu-dayu, cukup dengan perhatian dan tatapan hangat, bahkan dalam tertawa.
Apakah cinta harus selalu dinyatakan? Kadang tidak, bisa hanya disimpan dan dilihat dalam pandangan. Cinta bikin kamu nggak bisa tidur, kata sebagian orang. Ringan, namun menghentak alam pikiran, terasa manis dan lucu.
Jangan pula terlalu mengagungkan cinta, karena bisa terjerembab dalam jurang logika. Cinta bisa salah di sini. Bisa jadi kambing hitam atas sesuatu yang tidak benar. Atau cinta bisa kehilangan maknanya, samar oleh ulah setan yang menjadikannya nafsu. Karena cinta dijadikan alasan, tanpa paham rasa sebenarnya.
Semua tentang dua manusia. Semua disatukan dengan cinta. Dan tidak harus dengan sebuku surat atau selingkar cincin. Happy ending tidak selalu bersanding. Bisa menjadi teman, sahabat, mantan kekasih, pengagum gelap, pengorbanan, bahkan kematian.
The purpose of relationship is the relationship itself. Menjaganya untuk terus ada lebih sulit daripada menemukan tujuannya.
When I ask my partner "where is this going?", I'd prefer to hear :
a) "Whenever you want it to go"
b) "Let's take it one day at a time."
c) "I love you forever"
nah! pilih jawabnya!
View all my reviews
Langganan:
Postingan (Atom)