ulasan. resensi. kesan.

ulasan. resensi. kesan. ini bukuku, apa bukumu?

Sabtu, 18 September 2010

The Catcher In The Rye

The Catcher In The RyeThe Catcher In The Rye by J.D. Salinger

My rating: 4 of 5 stars


#2010-37#



Betapa mudahnya menjadi orang munafik. Kau tinggal menjadi berpura-pura atas satu hal dan hal lainnya. Yang perlu kau lakukan hanya membuat dirimu tampak hebat di antara yang lain. Berusaha bijak, walaupun kau tidak tahu apa-apa masalahnya.



Holden Caufield, yang selalu merasa sekelilingnya amat memuakkan. Mulai dari kepala sekolahnya, teman sekamar sok jago, tapi nggak bisa mikir, yang selalu menindasnya, bocah tetangga yang sebenarnya peduli namun mengesalkan.



Dan Holden sadar, dia tidak sempurna-sempurna amat. Dia juga tidak bisa meredam emosinya. Dia melontarkan kekesalannya pada orang-orang yang menyakitinya. Dan mereka memukulinya, tapi Holden tidak membalas. Dia tetap mengungkapkan isi hatinya yang meradang.



Pengecut, atau pecundangkah? Sebenarnya apa yang disebut menang? Apa mereka yang memukuli Holden hingga babak belur, atau Holden yang tetap membiarkan dirinya dipukuli untuk mempermainkan emosi penyerangnya?



Holden punya segalanya. Keluarga berkecukupan, adik yang manis, teman kencan yang baik, wajah yang tampan, dan tidak ada yang seharusnya dia keluhkan. Namun dia melihat celah-celah kekosongan di antaranya, dia mencari sesuatu yang jujur. Sesuatu yang sulit didapat. Betapa sulit untuk menjadi naif, berpikir bahwa tidak ada apa-apa, hanya hidup mengikuti arus.



Namun ia cukup bodoh juga, karena yang ia lakukan hanya meninggalkan, hanya mengikuti apa yang ia mau, tanpa mau tahu melihat dari sisi lain, tanpa mencoba. Misalnya dia tidak suka pelajaran lain, selain sastra Inggris, dan ini satu-satunya pelajaran yang lulus. Ini salah, karena kau tidak bisa mengkritik tanpa mengalami. Kalau tidak kritikan hanya jadi omong kosong belaka karena kau tidak tau apa yang dilalui oleh orang-orang yang mengalaminya. Dan kritik ini akan mudah dipatahkan.



Seperti dulu pernah saya alami, suatu siang di sekretariat Pecinta Alam, memandang anak-anak yang berada dalam Lab Teknik Kimia. Saya bilang,"Duh, anak-anak itu apa nggak bosen yah, kerajinan banget nge-lab terus, masa kuliah cuma diisi dengan belajaar terus."

Nggak disangka, teman saya yang nggak lulus-lulus itu malah berkata,"Cobalah melihat dari sisi mereka, apa kata mereka kalau ngeliat elo, bukannya belajar malah nongkrong-nongkrong begini. Kita tuh disubsidi pemerintah, loh."



Saat itu saya terhenyak, ya, setiap orang punya cara pandangnya masing-masing dalam memandang satu persoalan, tergantung siapa dia, latar belakang dia. Belajar dari situ, saya belajar untuk melihat dari dua sisi, 'whatever you think, think the opposite' , kata Paul Arden. Dan bertanggung jawab atas apa yang diucapkan dan lakukan.



Kembali pada Holden, ia punya sikap, walaupun menjengkelkan. Dan ia banyak, banyak sekali tidak puas pada berbagai macam hal, namun ia percaya pada kejujuran dan ketulusan yang keluar dari beberapa orang yang ia temui.



Terjemahan yang bagus, yang membuat saya berpikir, dengan pilihan katanya. ah, apa sih maunya si Holden ini? Ia hanya tidak ingin terjebak dalam kemunafikan dan kepura-puraan. Ending yang hmm, antara pengen gigit kuku atau melempar bukunya. Tagline 'novel amarah anak muda' menjelaskan back cover 'mengapa buku ini disukai para pembunuh?'



Kalah tidak berarti mundur sambil menunduk. Bisa dengan menaikkan dagu, karena kau menang terhadap dirimu sendiri.







View all my reviews

Tidak ada komentar: