The Girl Who Played Go: A Novel by Shan Sa
My rating: 4 of 5 stars
#2010-17#
Siapa yang lebih kau cinta?
Negaramu atau cintamu sendiri yang tak kau kenal???
Novel dengan cara bertutur yang unik ini mengisahkan dua orang yang tidak saling kenal, namun bertemu dalam suatu Lapangan Seribu Angin, di luar kota Peking, dalam satu permainan Go, salah satu permainan tradisional Jepang dan China. Bersetting masa pendudukan Jepang di Manchuria, tokohnya hanya aku dan aku.
Aku yang pertama adalah gadis 16 tahun, yang sedang dalam masa puber, mudah jatuh cinta, suka bermain Go, dan hanya ditampilkan pada bab-bab ganjil.
Aku yang kedua adalah seorang Tentara Jepang umur 20-an tahun yang ditugaskan ke Manchuria, senantiasa melihat perang dan kobaran api, bermain cinta dengan pelacur2 di area pendudukannya, dan hanya ditampilkan pada bab-bab genap.
Pertemuan keduanya pada tengah-tengah cerita menjadi unik, di tengah permainan go massal yang dilakukan orang-orang di Lapangan Seribu Angin, karena lalu diceritakan dari sudut masing-masing bagaimana pertemuan2 tersebut, dalam bab yang berganti-ganti.
Tutur bahasanya sangat nyaman dan halus untuk dibaca, dengan setting cinta yang bergolak, serangan Jepang, gerakan perlawanan dari Cina, pelarian, penghianatan. Walau tak nampak nama tokohnya dalam novel ini, hanya nama orang-orang di sekitarnya, tak membuat keasyikan membaca novel ini berkurang.
61, bab 16
Suatu hari nanti kita semua akan meninggal. Hanya negara yang akan tetap hidup. Beribu-ribu generasi para patriot akan bersama-sama menciptakan kebesaran Jepang yang abadi.
166, bab 41
Saat kamu melihatnya, seperti seolah-olah ia mengisi matamu dengan cahaya; dan saat kamu tidak melihatnya, pikiran tentangnya memakan hatimu.
103, bab 28
Setiap manusia harus mati. Memilih melupakannya adalah satu-satunya cara untuk menang atas kematian itu.
382, bab 91
Tiba-tiba aku menyadari bahwa aku bahkan tak tahu namanya. Aku tidak tahu apa-apa tentang dirinya kecuali jiwanya.
di sela ceceran darah dan puing-puing reruntuhan di mana-mana...
kita terus bermain go...
View all my reviews
2 komentar:
Kedua orang dengan latar belakang yang berbeda; disitu, mereka hanya mengenal cinta lewat antukan biji-biji Go, keduanya saling berbicara di kedalamannya, saling menalikan perasaan di tengah kebisuan yang lapar. Indah sekali, meski keduanya mati. Tapi, mungkin... "disana" ada tempat untuk mereka berdua, ya, mungkin.
Nuansa permainan igonya terasa gak disini kayak film hikaru no go? atau sekadar "tempelan" sebagai alasan pertemuan aja? Oh, ya, dan dimana masih bisa mendapatkan buku ini?
terima kasih
Posting Komentar