Boy Tales of Childhood by Roald Dahl
My rating: 4 of 5 stars
#2010-60#
Sekolah di Inggris pada masa Roald Dahl sekolah begitu mengerikan! Memoar ini sepertinya membuka perih masa sekolah Dahl.
Semua ancaman kesalahan berbuah pukulan rotan pada pantat yang menyisakan pedih. Nggak cuma hukuman dari guru, tapi juga bullying dari senior yang merasa dirinya lebih kuat sehingga merasa bisa melakukan apa saja. Seorang prefek, boazer, dapat menyuruh si junior bahkan untuk menghangatkan WCnya. Ugh, sungguh senioritas yang menyebalkan. Sebenarnya apa efek hukuman? Untuk membuat jera, atau untuk menakut-nakuti? Pola keras yang diterapkan memang menyaring mental, yang lembek akan lewat, yang kuat akan bertahan.
Aku rasa, ini sebabnya Dahl sering membuat ceritanya rada-rada sadis. Ingat kepala sekolah Trunchbull di Matilda yang menarik kepang rambut seorang anak dan melemparkannya. Atau buaya raksasa jahat yang bernasib malang yang diputar-putar dan dilempar ke bulan oleh gajah.
Tapi ada juga yang berbuah manis. Seperti juga inspirasi Charlie dan chocolate factory didapat dari pengalamannya sebagai tester Cadbury. Atau kekerasan yang dialaminya menyisakan kesan yang membenci kekerasan, membuat perangainya menjadi lembut.
Tapi mungkin yang paling berpengaruh adalah ibunya. Ibunya yang selalu membebaskannya untuk memilih jalan hidupnya. Sehingga ia dapat bertanggung jawab, dan bahagia sebagai pilihan hidupnya.
View all my reviews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar