The Lost Symbol by Dan Brown
My rating: 4 of 5 stars
#2010-59#
Sungguh menyenangkan sekali rasanya membaca apabila kau tidak tahu. Jadinya lebih menikmati bacaan itu. Dan tidak mengkotak-kotakannya pada kata-kata, ceritanya sudah ketebak. Jadi benar-benar menjadi pengalaman membaca yang baru.
Dulu sewaktu menambahkan buku ini banyak yang bilang ceritanya kurang seru. Tapi ketika mulai membukanya, dan saya melihat setting ceritanya Perkumpulan Mason di USA dan gedung Capitol hill di Washington, malah membuat saya bersemangat. Kenapa? Karena saya tidak tahu itulah, apa itu Freemason, bagaimana isi Capitol Hill. Dan saya mengusir jauh-jauh bayangan Tom Hanks sebagai Robert Langdon dalam benak saya, yang ada di bayangan saya malah si Dan Brown sendiri.
***
Robert Langdon, dengan undangan ke Capitol Hill, National Sanctuary Hall, untuk memberikan ceramah, malah menemukan sepotong tangan milik Peter Solomon, dan terjebak dalam lika-liku diburu oleh CIA karena dirinya membawa potongan Piramida Mason, salah satu perkumpulan yang dianggap paling berpengaruh di Amerika.
Dan Brown, seperti kebiasaannya, memberikan pengalaman membaca dengan menahan napas, karena si tokoh selalu dalam posisi dikejar-kejar. Namun ia juga memberikan pengalaman ruang dan arsitektur dengan menggambarkan setiap setting dengan detail, setiap ruangan, setiap sudut, keistimewaan ruangan itu, sehingga saya merasa berada dalam ruangannya, membayangkan langit-langitnya, lorong-lorong yang dilalui, sampai-sampai akhirnya saya merasa butuh menggogling ruangan di Capitol Hill untuk mengecek kebenaran dari bayangan saya.
Pengejaran di lorong-lorong Capitol hill, yang bersambung ke Library of Congress (salah satu perpustakaan terbesar yang menakjubkan), sambil meng-enkripsi kode-kode yang ada di dalam piramida tersebut, sembari dikejar-kejar CIA yang tak tahu apakah merupakan kawan atau lawan, juga dikejar-kejar oleh pemenggal tangan yang psikopat tersebut yang juga mengincar piramida tersebut. Terus perjalanan melintasi Smithsonian Museum, Franklin Square, House of the Temple, National Cathedral, Monumen Washington.
Yang menegangkan juga ketika Langdon sempat tertangkap musuh, si psikopat tersebut, belum pernah dialami di buku sebelumnya. Sepertinya Dan Brown berusaha memberikan konflik lebih di sini untuk meningkatkan ketegangan. Dan penggambaran karakter si penjahat ini yang benar-benar psikopat banget, sampai saya agak bergidik ngeri membayangkan dirinya.
Pengungkapan sudut pandang orang ketiga membebaskan Dan Brown untuk menjelaskan detail-detail yang perlu disebutkan dalam ceritanya, tanpa si pembaca merasa digurui karena tokoh yang berbicara panjang lebar. Namun, karakter-karakter yang pintar dalam buku ini tentu bersedia membagi pengalamannya sehingga pembaca diberikan pengetahuan yang cukup.
Tokoh perempuan di sini, Katherine Solomon, diberi karakter luar biasa pintar juga. Namun sayang ia tidak mempergunakan ilmunya sama sekali untuk memecahkan masalah ini. Hanya taktik untuk melarikan diri yang sedikit diceritakan. Agak sayang. Seandainya perempuan ini bukan ahli Noetic (ah, ini panjang penjelasannya) juga rasanya tidak ada bedanya juga. Semua kodenya tetap dipecahkan oleh Langdon. Justru saya terpesona oleh Nola Kaye, analis data CIA yang bisa merangkai petunjuk yang ia dapat.
***
Karena tidak tahu justru malah banyak menafsirkan sendiri. Kode apa ini? Maksudnya apa? Jadi apa the Lost Symbolnya?? Nah, suatu hari kalau saya ke DC, saya bakal menapak tilas perjalanan lokasi-lokasi menarik ini, sebagai salah satu wisata arsitektur.
Dan saya menuntaskan buku ini hanya dengan 2 kali jeda. Sabtu, Minggu, dan Jum’at minggu berikutnya. Kenapa baru sekarang dibaca? Yah, karena memang baru kepingin. Dan pengen baca juga yang ilustrated editionnya. Untunglah perburuan edisi hardcover-nya yang cuma 7000 eksemplar sebanding dengan keasyikan yang saya dapat. Kebetulan saya belinya bulan Maret, yang edisi HCnya udah susah didapat (meskipun agak sebal, karena ternyata hardcover dicetak ulang!).
View all my reviews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar